Jumat, 20 September 2024

Indonesia Jadi Pusat Harga CPO Global

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas dari sektor pertanian yang memiliki daya tahan dan yang ikut serta menopang pertumbuhan ekonomi di Q3 tahun 2021. Industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. Pemerintah memiliki visi agar industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terbesar dan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya.

"Roadmap hilirisasi telah disiapkan, antara lain yaitu peningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit. Hal ini dilakukan agar kita bisa menjadi penentu harga ataupun price center bagi CPO global," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Webinar dengan tema Urgensi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional yang diselenggarakan oleh The Iconomics, Jumat (12/11).

Dengan luasan lahan 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia ataupun minyak nabati. Selain itu juga mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia yang sangat berperan penting dalam konteks ketahanan pangan di dunia. "Industri kelapa sawit berkontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6 persen dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut tentu menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi," kata Menko Airlangga.

Baca Juga:  BNI Wilayah 02 Serah Terima Jabatan

Luas tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tahun 2019 teridentifikasi sebesar 16,38 juta hektare dengan rincian, perkebunan sawit rakyat sebesar 41 persen, perkebunan besar negara sebesar 6 persen, dan perkebunan besar swasta nasional sebesar 53 persen. "Data-data tersebut menunjukan bahwa Perkebunan Sawit Rakyat punya kontribusi signifikan terhadap pengembangan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia," tegas Menko Airlangga.

- Advertisement -

Selanjutnya, Menko Airlangga juga menegaskan bahwa Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan Sumber Daya Manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Program PSR juga berkontribusi di masa pandemi Covid-19 dengan penyerapan tenaga kerja dan memunculkan juga multiplier effect yang positif di daerah. "Program PSR merupakan program strategis nasional agar produktivitas masyarakat bisa meningkat, menjaga luasan lahan, dan lahan yang ada bisa dioptimalkan," tambah Menko Airlangga.

Baca Juga:  Samsung Galaxy S24 Series, Fitur Canggih Usung Konsep AI

Pemerintah juga terus berkomitmen melakukan replanting dengan target seluas 540.000 hektare yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. "Bagi lahan yang produktivitasnya kurang dari 4 ton bisa ditingkatkan dengan program replanting dan bibit unggul yang berbasis pada Good Agriculture Practices," kata Menko Airlangga.

- Advertisement -

Sementara itu, pada awal November 2021 harga CPO masuk pada level yang tinggi yaitu USD 1.435/ton serta nilai tukar petani meningkat dengan harga antara Rp2.800/kg sampai Rp3.000/kg untuk tandan buah segar.

"Dari segi tantangan terdapat kompetisi minyak sawit yang semakin kompleks dengan berbagai hambatan non-tarif, seperti ISPO yang belum dianggap sama standarnya dengan RSPO dan masing-masing negara, termasuk Malaysia mempunyai standarnya sendiri yaitu MSPO," pungkas Menko Airlangga.(egp)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas dari sektor pertanian yang memiliki daya tahan dan yang ikut serta menopang pertumbuhan ekonomi di Q3 tahun 2021. Industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. Pemerintah memiliki visi agar industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terbesar dan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya.

"Roadmap hilirisasi telah disiapkan, antara lain yaitu peningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit. Hal ini dilakukan agar kita bisa menjadi penentu harga ataupun price center bagi CPO global," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Webinar dengan tema Urgensi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional yang diselenggarakan oleh The Iconomics, Jumat (12/11).

Dengan luasan lahan 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia ataupun minyak nabati. Selain itu juga mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia yang sangat berperan penting dalam konteks ketahanan pangan di dunia. "Industri kelapa sawit berkontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6 persen dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut tentu menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi," kata Menko Airlangga.

Baca Juga:  Samsung Galaxy S24 Series, Fitur Canggih Usung Konsep AI

Luas tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tahun 2019 teridentifikasi sebesar 16,38 juta hektare dengan rincian, perkebunan sawit rakyat sebesar 41 persen, perkebunan besar negara sebesar 6 persen, dan perkebunan besar swasta nasional sebesar 53 persen. "Data-data tersebut menunjukan bahwa Perkebunan Sawit Rakyat punya kontribusi signifikan terhadap pengembangan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia," tegas Menko Airlangga.

Selanjutnya, Menko Airlangga juga menegaskan bahwa Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan Sumber Daya Manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Program PSR juga berkontribusi di masa pandemi Covid-19 dengan penyerapan tenaga kerja dan memunculkan juga multiplier effect yang positif di daerah. "Program PSR merupakan program strategis nasional agar produktivitas masyarakat bisa meningkat, menjaga luasan lahan, dan lahan yang ada bisa dioptimalkan," tambah Menko Airlangga.

Baca Juga:  BNI Wilayah 02 Serah Terima Jabatan

Pemerintah juga terus berkomitmen melakukan replanting dengan target seluas 540.000 hektare yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. "Bagi lahan yang produktivitasnya kurang dari 4 ton bisa ditingkatkan dengan program replanting dan bibit unggul yang berbasis pada Good Agriculture Practices," kata Menko Airlangga.

Sementara itu, pada awal November 2021 harga CPO masuk pada level yang tinggi yaitu USD 1.435/ton serta nilai tukar petani meningkat dengan harga antara Rp2.800/kg sampai Rp3.000/kg untuk tandan buah segar.

"Dari segi tantangan terdapat kompetisi minyak sawit yang semakin kompleks dengan berbagai hambatan non-tarif, seperti ISPO yang belum dianggap sama standarnya dengan RSPO dan masing-masing negara, termasuk Malaysia mempunyai standarnya sendiri yaitu MSPO," pungkas Menko Airlangga.(egp)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari