Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Di-Banned karena Tidak Terkalahkan

(RIAUPOS.CO) – DARI hobi bermain, gamer kini bisa jadi profesi yang menjanjikan di bi­dang e-sport. Mulai dari mewakili daerah di berbagai ajang kompetisi hingga Pekan Olahraga Nasional (PON), juga memberi penghidupan yang layak saat diseriusi. Ada pula di Riau, tim yang di-banned atau dilarang mengikuti kompetisi karena dianggap tak ada lawan lagi.

Yongki Saputra saat ini di­kenal sebagai salah satu pelopor berkembangnya e-sport di Pekanbaru.  Siapa sangka awalnya sebuah penugasan dari kantor untuk kepentingan pengembangan usaha malah membuat dia kini menjadi owner sebuah tim e-sport dengan prestasi mentereng, baik di tingkat klub maupun mewakili daerah.

Owner Voxa E-sports ini menjelaskan, awalnya dia yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif mendapat tugas untuk pengembangan divisi digital di tempatnya bekerja.  "Karena saya orang IT di kantor, diminta bos perlu  gerakan milenia. Saya usulkan buat tim e-sport karena saat itu belum ada perkembangan," ujarnya kepada Riau Pos, Sabtu (23/10).

Bergeraklah dia di tahun 2019 itu membentuk tim e-sport dengan kebebasan di tangan mau membuat tim apa. "Kami cari talenta Pekanbaru dan lihat di turnamen. Kebetulan ada adik tingkat di kampus punya kawan-kawan, sudah jadi satu tim PUBG, tapi tidak ada wadahnya.  Itulah tim Voxa pertama,"  jelasnya.

Baca Juga:  Hajatan Politik Hanura

Voxa resmi berdiri di tahun 2020. Saat itu mereka diberi target untuk memenangkan 15 trofi dalam tiga bulan untuk mendapatkan support penuh. "Saat itu Covid-19 merajalela. Sudah dikejar target. Sampai ke pedalaman dan luar daerah kami kejar (turnamen, red). Setelah tiga bulan tidak tercapai target, support tidak diteruskan karena dinilai idak berkembang," kata dia.

Pada titik ini, tim yang terbentuk tidak lantas dibubarkan. Karena sejak awal sudah menunjukkan potensi, Yongki tetap melanjutkan Voxa dengan dia sebagai owner dan segala keperluan dipenuhi dari kocek pribadinya.  "Sayang diberhentikan. Saya pribadi meneruskan. Saya ajak teman-teman jalan terus, saya sebagai pemilik. Semua keperluan mereka saya pribadi menutupi  walaupun alakadarnya. Alhamdulillah Voxa di Sumatera dan Indonesiaa sudah dikenal," ungkapnya.

Prestasi yang sudah dicapai memang tak main-main. Pengorbanan yang dilakukan Yongki untuk mempertahankan tim bentukannya yang bermarkas di Jalan Pembangunan Nomor 15 A Pekanbaru ini juga berbuah manis. "Kita sekarang  itu di divisi Mobile Legend sudah di-banned. Tak boleh main di Riau ini. Apapun turrnamen di Riau tidak boleh main. Lawannya sudah tidak ada," ucapnya.

Baca Juga:  Tak Peduli AS, Turki Terus Kembangkan Kerja Sama Militer dengan Rusia

Selain itu Voxa juga  pada divisi PUBG sudah menjadi finalis turnamen ISPL Asia Tenggara, lalu peringkat 5 nasional Piala RRQ, dan runner-up Piala Presiden 2019 dan 2020 Regional Sumatera. "Sekarang kami ada mobile legend sebanyak 2 tim, PUBG ada 3 tim, dan PES ada 2 tim. Total atlet kami ada 38 orang yang aktif. ML sama PES. Yang wakil Riau ke PON Papua lalu dari kami. Free fire kami penaggungjawab. Kami bentuk satu dream team mewakili Riau," paparnya.

Di Riau, e-sport secara resmi berada di bawah naungan Pengurus Daerah E-Sport Indonesia (ESI) Provinsi Riau yang terbentuk tahun 2020 berbarengan dengan Pengurus Besar (PB) ESI di pusat. Sudah ada pula pengurus ESI di 12 kabupaten/kota.

(RIAUPOS.CO) – DARI hobi bermain, gamer kini bisa jadi profesi yang menjanjikan di bi­dang e-sport. Mulai dari mewakili daerah di berbagai ajang kompetisi hingga Pekan Olahraga Nasional (PON), juga memberi penghidupan yang layak saat diseriusi. Ada pula di Riau, tim yang di-banned atau dilarang mengikuti kompetisi karena dianggap tak ada lawan lagi.

Yongki Saputra saat ini di­kenal sebagai salah satu pelopor berkembangnya e-sport di Pekanbaru.  Siapa sangka awalnya sebuah penugasan dari kantor untuk kepentingan pengembangan usaha malah membuat dia kini menjadi owner sebuah tim e-sport dengan prestasi mentereng, baik di tingkat klub maupun mewakili daerah.

- Advertisement -

Owner Voxa E-sports ini menjelaskan, awalnya dia yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif mendapat tugas untuk pengembangan divisi digital di tempatnya bekerja.  "Karena saya orang IT di kantor, diminta bos perlu  gerakan milenia. Saya usulkan buat tim e-sport karena saat itu belum ada perkembangan," ujarnya kepada Riau Pos, Sabtu (23/10).

Bergeraklah dia di tahun 2019 itu membentuk tim e-sport dengan kebebasan di tangan mau membuat tim apa. "Kami cari talenta Pekanbaru dan lihat di turnamen. Kebetulan ada adik tingkat di kampus punya kawan-kawan, sudah jadi satu tim PUBG, tapi tidak ada wadahnya.  Itulah tim Voxa pertama,"  jelasnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ratusan Penerima Bantuan BNPT Mengundurkan Diri

Voxa resmi berdiri di tahun 2020. Saat itu mereka diberi target untuk memenangkan 15 trofi dalam tiga bulan untuk mendapatkan support penuh. "Saat itu Covid-19 merajalela. Sudah dikejar target. Sampai ke pedalaman dan luar daerah kami kejar (turnamen, red). Setelah tiga bulan tidak tercapai target, support tidak diteruskan karena dinilai idak berkembang," kata dia.

Pada titik ini, tim yang terbentuk tidak lantas dibubarkan. Karena sejak awal sudah menunjukkan potensi, Yongki tetap melanjutkan Voxa dengan dia sebagai owner dan segala keperluan dipenuhi dari kocek pribadinya.  "Sayang diberhentikan. Saya pribadi meneruskan. Saya ajak teman-teman jalan terus, saya sebagai pemilik. Semua keperluan mereka saya pribadi menutupi  walaupun alakadarnya. Alhamdulillah Voxa di Sumatera dan Indonesiaa sudah dikenal," ungkapnya.

Prestasi yang sudah dicapai memang tak main-main. Pengorbanan yang dilakukan Yongki untuk mempertahankan tim bentukannya yang bermarkas di Jalan Pembangunan Nomor 15 A Pekanbaru ini juga berbuah manis. "Kita sekarang  itu di divisi Mobile Legend sudah di-banned. Tak boleh main di Riau ini. Apapun turrnamen di Riau tidak boleh main. Lawannya sudah tidak ada," ucapnya.

Baca Juga:  Gugus Tugas: Penambahan Kasus Baru Positif Hasil Tracing Masif

Selain itu Voxa juga  pada divisi PUBG sudah menjadi finalis turnamen ISPL Asia Tenggara, lalu peringkat 5 nasional Piala RRQ, dan runner-up Piala Presiden 2019 dan 2020 Regional Sumatera. "Sekarang kami ada mobile legend sebanyak 2 tim, PUBG ada 3 tim, dan PES ada 2 tim. Total atlet kami ada 38 orang yang aktif. ML sama PES. Yang wakil Riau ke PON Papua lalu dari kami. Free fire kami penaggungjawab. Kami bentuk satu dream team mewakili Riau," paparnya.

Di Riau, e-sport secara resmi berada di bawah naungan Pengurus Daerah E-Sport Indonesia (ESI) Provinsi Riau yang terbentuk tahun 2020 berbarengan dengan Pengurus Besar (PB) ESI di pusat. Sudah ada pula pengurus ESI di 12 kabupaten/kota.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari