Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Novel: Koruptor Sangat Sabar Menunggu Momen Pelemahan KPK

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Salah satu eks penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengatakan para koruptor sudah lama bersabar menunggu momen pelemahan lembaga anti rasuah itu.

"Saya mau katakan koruptor itu memang telah bersabar sekian lama untuk menunggu masa dimana waktu yang tepat, untuk melakukan pelemahan bahkan mematikan semangat pemberantas korupsi," tutur Novel dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Ahad (17/10/2021).

Upaya pelemahan KPK, katanya, terjadi secara sistematis, namun selalu gagal lantaran lembaga ini mendapat banyak dukungan publik.

Masyarakat muak melihat praktik-praktik korupsi yang menjalar di negara ini, kata Novel.

"Kita tahu pelaku-pelakunya tidak pernah bisa tersentuh," lanjutnya.

Saat lembaga anti-korupsi itu menangani kasus-kasus besar, pelan-pelan dukungan masyarakat sengaja dijauhkan dengan mengembuskan isu radikal di internal KPK.

Baca Juga:  Camat Dorong Desa Garap Potensi dan Inovasi Baru

Mulanya, Novel dan rekan-rekannya di KPK tak ingin terkait pembahasan tersebut sebab menurutnya isu itu hanya kebohongan dan jauh dari fakta, mengingat di lembaga ini ada beragam pemeluk agama dan etnis.

"Bayangkan, ketika disebut itu radikal, atau Taliban, atau apapun itu seolah-olah hanya satu di KPK: hanya orang Muslim saja yang bekerja. Padahal tidak begitu," tegasnya.

Isu itu disebut berhasil memecah belah dan memiliki dampak yang luar biasa.

Persepsi itu kemudian dijadikan seolah-olah terdapat proses yang tidak benar di KPK terkait penyadapan yang bermasalah.

"Padahal proses di KPK itu prudent (hati-hati, red), di KPK proses terkait penindakan check and balance begitu kuat," ucap Novel lagi.

Novel sadar betul pekerjaanya sebagai pemberantas korupsi memiliki banyak risiko, salah satunya berupa serangan balik.

Baca Juga:  Diananta: Ini Menjadi Preseden Buruk Bagi Kebebasan Pers

"Dan orang yang menyerang adalah orang yang punya kekuasaan, punya kekayaan sumber daya ekonomi," lanjutnya.

Risiko ancaman yang dimiliki para pekerja KPK itu membuat mereka mencari pelindungan, salah satunya dengan mendekatkan diri ke Tuhan. Novel mengaku memperbaiki ibadah, terus menjalin komunikasi dengan Tuhan dengan cara berdoa.

Novel merupakan salah satu dari 57 pegawai KPK yang dipecat karena tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pada akhir September lalu.

Usai tak lagi bekerja di KPK, para pegawai yang dipecat itu memilih mengisi waktu dengan berdagang hingga bertani. Sementara Novel memutuskan menghabiskan hari-harinya membuat konten di kanal YouTube.

Ia berharap kanalnya menjadi platform edukasi dan informasi mengenai isu anti korupsi.

Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Salah satu eks penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengatakan para koruptor sudah lama bersabar menunggu momen pelemahan lembaga anti rasuah itu.

"Saya mau katakan koruptor itu memang telah bersabar sekian lama untuk menunggu masa dimana waktu yang tepat, untuk melakukan pelemahan bahkan mematikan semangat pemberantas korupsi," tutur Novel dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Ahad (17/10/2021).

- Advertisement -

Upaya pelemahan KPK, katanya, terjadi secara sistematis, namun selalu gagal lantaran lembaga ini mendapat banyak dukungan publik.

Masyarakat muak melihat praktik-praktik korupsi yang menjalar di negara ini, kata Novel.

- Advertisement -

"Kita tahu pelaku-pelakunya tidak pernah bisa tersentuh," lanjutnya.

Saat lembaga anti-korupsi itu menangani kasus-kasus besar, pelan-pelan dukungan masyarakat sengaja dijauhkan dengan mengembuskan isu radikal di internal KPK.

Baca Juga:  Usai Melahirkan, Mantap Berhijab

Mulanya, Novel dan rekan-rekannya di KPK tak ingin terkait pembahasan tersebut sebab menurutnya isu itu hanya kebohongan dan jauh dari fakta, mengingat di lembaga ini ada beragam pemeluk agama dan etnis.

"Bayangkan, ketika disebut itu radikal, atau Taliban, atau apapun itu seolah-olah hanya satu di KPK: hanya orang Muslim saja yang bekerja. Padahal tidak begitu," tegasnya.

Isu itu disebut berhasil memecah belah dan memiliki dampak yang luar biasa.

Persepsi itu kemudian dijadikan seolah-olah terdapat proses yang tidak benar di KPK terkait penyadapan yang bermasalah.

"Padahal proses di KPK itu prudent (hati-hati, red), di KPK proses terkait penindakan check and balance begitu kuat," ucap Novel lagi.

Novel sadar betul pekerjaanya sebagai pemberantas korupsi memiliki banyak risiko, salah satunya berupa serangan balik.

Baca Juga:  66 Warga Desa Wadas Akhirnya Dibebaskan Polisi

"Dan orang yang menyerang adalah orang yang punya kekuasaan, punya kekayaan sumber daya ekonomi," lanjutnya.

Risiko ancaman yang dimiliki para pekerja KPK itu membuat mereka mencari pelindungan, salah satunya dengan mendekatkan diri ke Tuhan. Novel mengaku memperbaiki ibadah, terus menjalin komunikasi dengan Tuhan dengan cara berdoa.

Novel merupakan salah satu dari 57 pegawai KPK yang dipecat karena tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pada akhir September lalu.

Usai tak lagi bekerja di KPK, para pegawai yang dipecat itu memilih mengisi waktu dengan berdagang hingga bertani. Sementara Novel memutuskan menghabiskan hari-harinya membuat konten di kanal YouTube.

Ia berharap kanalnya menjadi platform edukasi dan informasi mengenai isu anti korupsi.

Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari