PASIRPENGARAIAN (RIAUPOS.CO) – Pengurangan kuota bahan bakar minyak (BBM) jenis solar oleh pihak PT Pertamina di SPBU yang beroperasi di Provinsi Riau, memberikan dampak terjadinya kelangkaan atau kekurangan BBM jenis solar yang selama ini secara normal diperlukan oleh kendaraan bermotor untuk mendapatkannya di SPBU khususnya di SPBU yang berada di Kabupaten Rohul.
Dampak pengurangan kuota BBM solar yang semula penyaluran 16 ribu liter per hari di setiap SPBU, pada pekan pertama Oktober 2021, kuota solar di setiap SBPU dipotong sekitar 50 persen di SPBU.
Sehingga berdampak terjadinya antrean panjang kendaraan bermotor roda 4, roda 6 atau lebih untuk mendapatkan solar di setiap SPBU yang berada di jalan lintas provinsi di Rohul.
Diketahui para sopir mobil pribadi, pikap, dump truk, interkuler dan sejenisnya mereka mencari SPBU yang tersedia layanan penjualan solar.
Seperti yang terjadi di SPBU Pasirpengaraian. Sejak 5 Oktober hingga Jumat (15/10), masih terjadi antrean panjang kendaraan bermotor roda 4, roda 6 atau lebih di ruas Jalan Tuanku Tambusai untuk mendapatkan solar di SPBU Pasirpengaraian.
Para sopir truk pengangkut sirtu, TBS kelapa sawit rela antre dan bergerak secara perlahan di ruas jalan hingga 4-5 jam demi untuk mendapatkan solar di SPBU Pasirpengaraian.
Salah seorang sopir mobil interkuler pengakut sirtu bernama Hamdan saat dikonfirmasi, Kamis (14/10) malam mengaku, tidak tahu penyebab terjadinya kelangkaan BBM jenis solar di SPBU yang beroperasi di jalan lintas provinsi di Rohul.
"Kita tidak tahu kenapa terjadi kelangkaan BBM jenis solar di setiap SPBU yang ada di Rohul. Untuk mendapatkan solar antrean cukup panjang sampai 4 Jam baru mendapatkan minyak solar untuk kendaraan," katanya.
Sementara itu, pengelola SPBU Pasirpengaraian Sony saat dikonfirmasi, Kamis (14/10) malam menyebutkan, dalam 10 hari terakhir, SPBUnya yang beroperasi di dalam Kota Pasirpengaraian, menjadi sasaran bagi para sopir dump truk maupun interkuler pengangkut pasir batu dan sawit untuk mendapatkan BBM jenis solar.
Kondisi itu, mengakibatkan setiap petang hingga malam, terjadi antrean panjang kendaraan bermotor roda 4, roda 6 atau lebih di ruas Jalan Tuanku Tambusai untuk mendapatkan solar di SPBU.
Terjadinya antrean pembelian BBM solar di SPBU Pasirpengaraian lanjutnya, bukan dikarenakan adanya pengurangan kuota BBM jenis solar di tempatnya. Dimana jatah BBM solar di SPBU Pasirpengaraian selama ini 8 ribu liter per hari.
"Sebenarnya untuk keperluan BBM jenis solar sebanyak 8 ribu liter per hari di dalam Kota Pasirpengaraian mencukupi. Dengan adanya pengurangan kuota BBM solar oleh PT Pertamina, maka SPBU yang beroperasi di jalan lintas provinsi di Rohul yang selama ini mungkin kuotanya 16 ribu liter per hari dipotong menjadi 8 ribu liter per hari, maka berefek para sopir membeli BBM solar di Kota Pasirpegaraian yang selama ini sepi," katanya.
Untuk mengantisipasi adanya oknum yang memafaatkan situasi antrean BBM jenis solar di SPBU, menurut Sony pihaknya telah melakukan pengawasan, di tangki standar dan sesuai dengan ketentuan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
"Untuk memperpendek terjadinya antrean panjang pembelian BBM solar di SPBU Pasirpengaraian, kita batasi pembelian maksimal Rp500 ribu per mobil besar dan Rp300-350 ribu untuk mobil kecil. Sebab, dengan adanya antrean panjang kendaraan bermotor untuk mendapat BBM jenis solar, paling lama 6 hingga 7 jam, kuota BBM jenis solar sebanyak 8 ribu liter per hari di SPBU kita habis," sebutnya.(epp)