Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Dampak Pandemi, Mulai Deteksi Dini Kesehatan Jiwa

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 menuntut masyarakat untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan baru. Aktivitas yang biasa di tempat kerja (perkantoran), sekolah, kampus, dan tempat umum kini banyak dilakukan di rumah. Hal itu tentu membuat sebagian masyarakat mengalami masalah kesehatan psikologis.

Dosen Bidang Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana mengatakan, berdasar laporan dari layanan SEJIWA, platform penyedia konsultasi psikologi, ternyata banyak kasus kesehatan jiwa yang dialami masyarakat Indonesia selama pandemi.

’’Mulai gangguan kognisi, gangguan emosi dan afeksi, gangguan perilaku, hingga psikosomatis,” katanya. Gangguan fisik yang arahnya psikosomatis disebabkan budaya kolektif masyarakat Indonesia sehingga mereka malu mengakui bahwa dirinya mengalami keluhan gangguan psikologis.

’’Jadi, itu adalah manifestasi beberapa perasaan emosi,” ujar dia.

Baca Juga:  Banyak Pelamar Belum Tuntaskan Pendaftaran

Atika menuturkan, penting sekali melakukan deteksi dini terhadap gangguan psikologis. Hal itu bisa dilakukan siapa pun. Termasuk mereka yang nonprofessional, tetapi memiliki kedekatan relasi.

’’Semua orang punya tanggung jawab untuk memperhatikan lingkungan terdekatnya. Harus lebih peka terhadap perubahan perilaku dan emosi yang ditunjukkan oleh orang-orang terdekat,” jelasnya.

Berbagai perubahan perilaku dan emosi, lanjut dia, bisa berupa menarik diri secara sosial, menurunnya motivasi untuk mengerjakan hal-hal yang merupakan hobinya, hingga perubahan emosi yang ekstrem.

’’Caranya, kita bisa mendekati, mendengarkan, dan memberikan perhatian. Banyak orang yang cukup terbantu dengan dukungan awal yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya,” imbuhnya.

Atika menjelaskan, jika perubahan-perubahan perilaku yang dialami cenderung menetap dan membahayakan diri sendiri dan orang lain, sudah seharusnya mereka mencari bantuan profesional.

Baca Juga:  Jokowi Minta Perang Tak Boleh Terjadi antara Rusia-Ukraina

’’Ketika sudah menunjukkan perilaku seperti itu, wajib datang ke yang profesional,” kata dia.

Kepala prodi S-1 psikologi Unair itu menambahkan, self care atau peduli terhadap diri sendiri sangat penting. Ketika merasa ada gangguan, tetapi tidak bisa diatasi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.

Atika mengatakan, bantuan profesional dapat diberikan oleh psikolog atau psikiater. Layanan tersebut dapat diperoleh dari mana saja. Bahkan, sudah banyak layanan virtual yang diberikan psikolog atau psikiater.

’’Layanan psikolog dan psikiater sebenarnya sangat dekat dan bisa saling kerja sama. Masyarakat tinggal pilih satu atau dua dari tenaga profesional tersebut,” katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 menuntut masyarakat untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan baru. Aktivitas yang biasa di tempat kerja (perkantoran), sekolah, kampus, dan tempat umum kini banyak dilakukan di rumah. Hal itu tentu membuat sebagian masyarakat mengalami masalah kesehatan psikologis.

Dosen Bidang Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana mengatakan, berdasar laporan dari layanan SEJIWA, platform penyedia konsultasi psikologi, ternyata banyak kasus kesehatan jiwa yang dialami masyarakat Indonesia selama pandemi.

- Advertisement -

’’Mulai gangguan kognisi, gangguan emosi dan afeksi, gangguan perilaku, hingga psikosomatis,” katanya. Gangguan fisik yang arahnya psikosomatis disebabkan budaya kolektif masyarakat Indonesia sehingga mereka malu mengakui bahwa dirinya mengalami keluhan gangguan psikologis.

’’Jadi, itu adalah manifestasi beberapa perasaan emosi,” ujar dia.

- Advertisement -
Baca Juga:  100 Dai Ikuti Pembekalan

Atika menuturkan, penting sekali melakukan deteksi dini terhadap gangguan psikologis. Hal itu bisa dilakukan siapa pun. Termasuk mereka yang nonprofessional, tetapi memiliki kedekatan relasi.

’’Semua orang punya tanggung jawab untuk memperhatikan lingkungan terdekatnya. Harus lebih peka terhadap perubahan perilaku dan emosi yang ditunjukkan oleh orang-orang terdekat,” jelasnya.

Berbagai perubahan perilaku dan emosi, lanjut dia, bisa berupa menarik diri secara sosial, menurunnya motivasi untuk mengerjakan hal-hal yang merupakan hobinya, hingga perubahan emosi yang ekstrem.

’’Caranya, kita bisa mendekati, mendengarkan, dan memberikan perhatian. Banyak orang yang cukup terbantu dengan dukungan awal yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya,” imbuhnya.

Atika menjelaskan, jika perubahan-perubahan perilaku yang dialami cenderung menetap dan membahayakan diri sendiri dan orang lain, sudah seharusnya mereka mencari bantuan profesional.

Baca Juga:  Jokowi Minta Perang Tak Boleh Terjadi antara Rusia-Ukraina

’’Ketika sudah menunjukkan perilaku seperti itu, wajib datang ke yang profesional,” kata dia.

Kepala prodi S-1 psikologi Unair itu menambahkan, self care atau peduli terhadap diri sendiri sangat penting. Ketika merasa ada gangguan, tetapi tidak bisa diatasi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.

Atika mengatakan, bantuan profesional dapat diberikan oleh psikolog atau psikiater. Layanan tersebut dapat diperoleh dari mana saja. Bahkan, sudah banyak layanan virtual yang diberikan psikolog atau psikiater.

’’Layanan psikolog dan psikiater sebenarnya sangat dekat dan bisa saling kerja sama. Masyarakat tinggal pilih satu atau dua dari tenaga profesional tersebut,” katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari