Selasa, 17 September 2024

Dua Politisi Difabel di Parlemen Jepang

PEKANBARU (Riaupos.co) – Yasuhiko Funago dan Eiko Kimura tiba di gerbang Gedung Parlemen Jepang. Selain media, sejumlah orang tampak antusias menyambut mereka. Itu menjadi hari pertama dua politikus Partai Reiwa Shinsengumi tersebut ngantor ke gedung parlemen. Mereka tercatat sebagai anggota dewan penasihat di sana.

Tidak hanya di pintu masuk, Funago dan Kimura juga dielu-elukan di dalam ruangan. Sebab, untuk kali pertama, Jepang mempunyai wakil rakyat dari kaum difabel.

“Saya tidak tahu akan disambut banyak orang,” ujar Funago sebagaimana disampaikan perawatnya kepada Agence France-Presse.

Funago yang kini berusia 61 tahun dulu adalah pengusaha. Karirnya berubah setelah terserang amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sekitar dua dekade lalu. Penyakit itu membuat gerak-geriknya sangat terbatas. Jangankan bergerak, bicara saja harus dengan bantuan alat. Namun, keterbatasan itu tidak melumpuhkan ide dan pikiran kritisnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Banyak Lulusan LPTK Menganggur atau Menjadi Guru Honorer

Sebagai difabel, Funago dan Kimura merasa pemerintah belum memperhatikan mereka. Karena itulah, mereka nyemplung ke parlemen. “Perjalanan untuk mengubah sistem masih panjang. Tapi, kami akan bekerja keras,” ujar Kimura.(jpg)
 

Editor: Edwir
 

PEKANBARU (Riaupos.co) – Yasuhiko Funago dan Eiko Kimura tiba di gerbang Gedung Parlemen Jepang. Selain media, sejumlah orang tampak antusias menyambut mereka. Itu menjadi hari pertama dua politikus Partai Reiwa Shinsengumi tersebut ngantor ke gedung parlemen. Mereka tercatat sebagai anggota dewan penasihat di sana.

Tidak hanya di pintu masuk, Funago dan Kimura juga dielu-elukan di dalam ruangan. Sebab, untuk kali pertama, Jepang mempunyai wakil rakyat dari kaum difabel.

“Saya tidak tahu akan disambut banyak orang,” ujar Funago sebagaimana disampaikan perawatnya kepada Agence France-Presse.

Funago yang kini berusia 61 tahun dulu adalah pengusaha. Karirnya berubah setelah terserang amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sekitar dua dekade lalu. Penyakit itu membuat gerak-geriknya sangat terbatas. Jangankan bergerak, bicara saja harus dengan bantuan alat. Namun, keterbatasan itu tidak melumpuhkan ide dan pikiran kritisnya.

Baca Juga:  Kearifan Lokal Tonotwiyat Jaga Kelestarian Hutan

Sebagai difabel, Funago dan Kimura merasa pemerintah belum memperhatikan mereka. Karena itulah, mereka nyemplung ke parlemen. “Perjalanan untuk mengubah sistem masih panjang. Tapi, kami akan bekerja keras,” ujar Kimura.(jpg)
 

Editor: Edwir
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari