JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Seiring situasi ketidakkepercayaan pada vaksin corona yang muncul di tengah pandemi global Covid-19, Pemerintah Cina menjamin keamanan dan efektivitas produksi perusahaan negara tersebut, Sinovac dan Sinopharm.
Jaminan dari pemerintah Negara Tirai Bambu itu diutarakan Konselor Bidang Sains dan Teknologi Kedutaan Besar Cina di Jakarta, Yi Fanping, dalam konferensi pers terbatas pada Kamis (15/7/2021), menyusul sejumlah laporan yang mempertanyakan efikasi dari dua vaksin Covid-19 tersebut.
"Pihak Cina secara konsisten mementingkan keamanan dan efektivitas vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penggunaan darurat vaksin CoronaVac yang dibuat oleh Sinovac, hal itu secara penuh membuktikan keamanan dan efektivitas CoronaVac," ujar Yi seperti dilansir Antara.
Yi memaparkan, hingga 28 Juni lalu, vaksin buatan Sinovac, CoronaVac, telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat di lebih 50 negara dan kawasan di dunia. Sementara itu, sebanyak 75 juta dosis vaksin Sinovac telah didistribusikan ke seluruh dunia.
"Data penelitian sampai sekarang menunjukkan keamanan dan kemanjuran yang tinggi CoronaVac terhadap pencegahan paparan virus SARS-CoV-2 dan pengendalian pandemi," kata Yi.
Sebagai informasi, tingkat efikasi Sinovac terus dipertanyakan menyusul kasus maraknya tenaga medis di negara Asia Tenggara yang menggunakan vaksin itu masih terpapar Covid-19, bahkan ada pula yang kemudian meninggal dunia.
Setidaknya tiga negara di kawasan Asia Tenggara yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand bahkan sudah terang-terangan untuk mengganti dan tak lagi memakai Sinovac.
Singapura bahkan tak memasukan warga yang menerima suntikan Sinovac dalam daftar jumlah vaksinasi nasional. Malaysia menyatakan akan menghabiskan stok vaksin Sinovac yang dimiliki –hanya untuk penyuntikan dosis kedua– dan menggantikannya dengan vaksin Pfizer kemudian.
Sementara itu, Thailand bahkan nekat mencampur vaksin Sinovac dan AstraZeneca demi meningkatkan efikasi. Rencana Thailand ini muncul setelah sebuah dokumen kementerian kesehatan yang bocor. Isinya mendesak pemerintah pusat Thailand memberikan booster vaksin berbasis RNA seperti Pfizer kepada tenaga kesehatan.
Kebocoran dokumen Kemenkes tersebut membuat kepercayaan publik Thailand terhadap vaksin Sinovac buatan Cina semakin merosot.
Pengumuman pencampuran vaksin ini pun muncul sehari setelah Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan 618 pekerja medis dari 677.348 personel yang menerima dua dosis Sinovac terinfeksi Covid-19 dari April hingga Juli. Seorang perawat bahkan meninggal dunia akibat Covid-19 dan seorang pekerja medis lainnya dalam kondisi kritis.
Mayoritas pekerja medis dan garis depan Thailand diberi suntikan Sinovac sejak Februari. Sementara itu, vaksin AstraZeneca baru tersedia di negara itu secara luas sejak bulan lalu.
Selain Thailand, Indonesia juga melaporkan rekor infeksi Covid-19 di antara para pekerja medis dan garis depan yang telah menerima vaksin Sinovac. Kekinian, pemerintah Indonesia menyatakan akan memberikan vaksin dosis ketiga atau booster bagi para tenaga kesehatan.
Sebelumnya para tenaga kesehatan di Indonesia masuk tahap I vaksinasi nasional yang menggunakan Sinovac. Selanjutnya, untuk booster vaksinasi para nakes di Indonesia itu akan disuntikkan vaksin Moderna buatan Amerika Serikat.
Sumber: JPNN/CNN/Antara/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun