BANGKINANG (RIAUPOS.CO) — Menanggapi mundurnya H Catur Sugeng Susanto SH sebagai kader Golkar dan bergabung dengan PKB, DPD II Partai Golkar menggelar rapat pada Senin (5/4) sore. Rapat dipimpin langsung Ketua DPD II Golkar Repol ini dihadiri dua politikus senior Golkar yang juga mantan Ketua DPRD Golkar, Masnur dan Ahmad Fikri. Pada rapat tersebut muncul wacana, dengan keluarnya Catur Sugeng, Golkar akan mengambil tempat sebagai oposisi dalam pemerintahan di Kabupaten Kampar.
Namun, usai rapat, ketiga ditanya terkait wacana tersebut Repol tidak menegaskan posisi Golkar sebagai oposisi. Tapi dengan keluarnya Catur Sugeng dari Golkar, maka otomatis Pemerintahan Kabupaten Kampar kini tidak lagi disebut pemerintahan di bawah kepemimpinan Golkar.
"Bahasa bukan oposisi. Karena walaupun dulu saat masih bersama Golkar, kami juga tetap mengkritik. Maka sekarang kami makin kuat, makin merapatkan barisan karena kami tidak ada beban lagi. Kami akan tetap terus melakukan kritik yang konstruktif pada penyelenggaraan pemerintah, dan kritik keras bila diperlukan, karena Golkar tidak lagi terikat, kini Golkar tanpa beban," sebut Repol.
Namun Repol mengatakan, keluar Catur Sugeng Susanto yang merupakan kader asli Golkar, adalah sebuah hal yang tidak wajar. Namun partai menurut Repol justru berterima kasih. Karena sebelum Catur Sugeng keluar, orang menyebut Kampar berada di bawah pemerintahan Golkar. Hal itu membebani partai secara politis karena Bupati tidak menjalin komunikasi yang baik dengan partai.
"Tidak ada komunikasi, yang kami usulkan juga tidak didengarkan dan tidak dijalankan. Golkar, dengan pindah beliau, maka sudah clear, orang tidak lagi mempersepsikan pemerintahan ini sebagai pemerintahan Golkar. Kini kami sudah tanpa beban," tegasnya.
Koordinator Daerah Pemenangan Golkar Kampar Ahmad Fikri, di tempat yang sama, mengomentari lebih keras. Bahkan Fikri mengusulkan agar seluruh Kader Golkar di Kampar memutuskan komunikasi politik dengan Catur Sugeng. Alasan Fikri sederhana. bahwa Catur Sugeng tidak lagi kader Golkar. Fikri mendukung kalau Golkar memilih untuk beroposisi.
"Dulu pemerintahan ini adalah pemerintahan Golkar, sekarang tidak lagi. Berposisi sebagai oposisi itu tepat. Kalau dulu Golkar masih menahan, kalau sekarang Bupati bukan lagi bagian dari Golkar. Kalau sekarang kami mengkritik, kami tidak berdosa lagi. Karena beliau tidak lagi serumah dengan kami," kata Fikri.
Sekretaris Golkar Kampar Yuli Hendra secara terpisah, juga ikut mengomentari hengkangnya Catur usai rapat tersebut. Dirinya menertawai komentar orang-orang yang menyebutkan Golkar merasa kehilangan dan rugi atas kepergian Catur Sugeng. Justru, kata dia, kepergian kader dengan jabatan terakhir Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Kampar itu, tidak berdampak apa-apa terhadap partai.
"Dia di dalam Golkar tidak menambah, dia keluar juga tidak mengurangi. Itulah yang kami rasakan," kata Yuli. Dirinya juga menyebutkan Catur Sugeng telah menyurati partai terkait pengunduran dirinya sebagai kader.
Surat itu, kata Yuli Hendra, tertanggal 24 Maret 2021, namun baru diterima partai pada Kamis (1/4). Surat itu perihal pengunduran diri Catur Sugeng Susanto sebagai pengurus sekaligus sebagai kader Golkar. Surat itu bertandatangan basah di atas materai 10 ribu, langsung oleh Catur Sugeng Susanto.
Sementara itu, Bupati Kampar yang baru saja menerima SK sebagai Ketua DPC PKB Riau Catur Sugeng belum memberikan yang memilih menyebrang. Setelah dikirim pesan singkat ke nomor WhatsApp yang bersangkutan dan dihubungi beberapa kali dirinya belum memberikan tanggapan hingga berita diturunkan ada Senin (5/4) malam. Upaya mendapatkan tanggapan melalui ajudannya juga menemui jalan buntu. Karena beberapa kali dihubungi lewat telepon seluler ke dua nomor berbeda, tidak satupun memberikan jawaban. Hingga tulisan ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Catur Sugeng Susanto.
Sekilas perjalanan politiknya di partai beringin, Catur Sugeng dari awal terjun ke dunia politik merupakan Kader Golkar. Pria asal Sei Lembu Makmur, Kecamatan Tapung ini pertama kali menjadi Kader Golkar Kampar pada 2003. Karir politiknya menanjak ketika terpilih sebagai Anggota DPRD Kampar dua priode. Selama dua priode itu, Catur Sugeng sempat duduk sebagai Ketua Fraksi Golkar. Salah satu peristiwa yang layak diingat di masa itu, Catur ikut "mengkudeta" Ketua DPRD Kampar Syafrizal dari jabatannya. Syafrizal sendiri waktu itu Ketua DPRD Kampar dari Partai Golkar.(jrr)
Laporan: HENDRAWAN KARIMAN, Bangkinang