PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dalam menjalankan kegiatan literasi, Komunitas Seni Rumah Sunting melaksanakan program Literasi Konservasi. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan buku puisi konservasi.
Buku ini berjudul Bisik Langit Pasak Bumi. Ditulis 58 pendaki Indonesia tahun lalu. Diterbitkan Sempena Hari Puisi Indonesia 2020. Karena pandemi, buku ini baru bisa diperbincangkan tahun ini menyambut buku Puisi Para Pendaki 2, yakni dalam program Bincang Karya.
Dr Afni Zulkifli, Tenaga Ahli Menteri Kementerian LHK RI, menghadiri Bincang Karya tersebut, Sabtu malam, 20 Februari 2021. Selain memberikan semangat, Afni juga membagikan tumbler dan bibit pohon yang disediakan BPDAS Inrok kepada peserta Bincang Karya.
’’Tumbler ini kami bagikan sebagai bentuk kampanye agar kita semua mengurangi penggunaan plastik. Dan, bibit pohon kami bagikan agar kita semua terus menanam. Tolong ditanam dan dijaga, ya. Kalau kurang datang ke BPDAS, masih banyak. Bawa KTP dapat 25 batang. Gratis,’’ kata Afni malam itu.
Afni juga banyak berbagi cerita dan pengalaman tentang bagaimana konservasi alam di Indonesia ini terus digalakkan dan harus dilaksanakan bersama-sama.
’’Konservasi itu sangat luas dan tidak bisa dikerjakan sendiri. Menjaga agar lingkungan alam Indonesia tetap lestari harus dilakukan bersama-sama dan banyak caranya. Literasi Konservasi yang dilakukan Rumah Sunting seperti ini, jalan yang luar biasa. Apalagi melibatkan anak-anak muda. Yok bergerak dan berkolaborasi bersama untuk alam Indonesia,’’ kata Afni.
Bincang Karya kali ini dilaksanakan di basecamp Rumah Sunting Jalan Handayani, Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Dengan duduk melantai di halaman samping basecamp, kegiatan berjalan santai, tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain dihadiri langsung secara terbatas oleh beberapa komunitas, juga disiarkan secara langsung di media sosial milik Rumah Sunting.
Tiga penulis memperbincangkan buku ini. Mereka adalah drh Chaidir (panulis/Pendaki), Bambang Kariyawan (sastrawan/penggiat Literasi) dan Zainul Ikhwan (penulis/Pendaki). Sedangkan Siti Salmah, penyair dan Direktur SCW yang juga anggota keluarga besar Rumah Sunting, tampil sebagai moderator.
Selain memperbincangkan buku, mereka juga berbagi pengalaman tentang pendakian dan kepenulisan. semakin hangat ketika banyak yang bertanya. Tak heran jika acara ini berlangsung hingga tengah malam.
Sementara itu, Pembina Rumah Sunting, Kunni Masrohanti, menjelaskan, Bincang Karya akan dilaksanakan minimal sebulan sekali.
’’Insyaallah Bincang Karya akan dilaksanakan sebulan sekali. Santai, sambil duduk-duduk dan ngopi. Karena buku Bisik Langit Pasak Bumi yang diterbitkan belum pernah diperbincangkan, makanya kita perbincangan pertama kali. Insyaallah akan menyusul karya-karya lain yang akan diperbincangkan,. Bisa karya musik, film, tari atau lainnya,’’ kata Kunni.
Bincang Karya juga diramaikan dengan pembacaan puisi, musik dan musikalisasi puisi. Ada Bie Kibo, Salim Violin dan Miftah Kuala feat Hanif Muis. Kegiatan ini juga disiarkan langsung di media sosial milik Rumah Sunting.
Kegiatan ini juga dihadiri Dewan Kesenian Riau (DKR) dan komunitas lain. Di antaranya, Komunitas Pegiat Konservasi Riau (KPKR), Jungle Ghost Riau, Kaparak, Mapala Sakai, Pendaki Gunung Indonesia (PGI) Riau, Union Adventure, Jungle Ghost Padang, Pegiat Alam Dumai, Salmah Creatif Writing (SCW), Forum Lingkar Pena (FLP), Pondok Belantara, Kuala Aksara.
Usai acara, Afni dan tamu yang datang menyempatkan diri melihat-lihat suasana di basecamp Rumah Sunting dengan lebih dekat. Mereka juga menikmati pustaka kecil milik Rumah Sunting yang bukunya terus berkurang karena disalurkan ke daerah-daerah pedalaman Riau melalui program Literasi Konservasi. ***
Laporan: Kuni Masrohanti