JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pasien positif virus corona di dunia dan Indonesia khususnya bertambah. Angka kematian juga bertambah. Meski begitu, kabar menyejukkan datang di tengah perjuangan keras melawan virus yang disebut COVID-19.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan obat bagi pasien positif virus corona. Obat itu diyakini dan terbukti telah banyak menyembuhkan pasien COVID-19. Jokowi mengatakan obat tersebut adalah Avigan serta Kloroquine.
Avigan merupakan obat flu yang diproduksi oleh Jepang. Obat yang dijual dengan nama merek Avigan dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical pada 2014.
Dalam uji coba awal, Avigan terbukti efektif dalam mengobati pasien positif virus Korona. Otoritas medis di Tiongkok mengatakan mereka menguji obat antivirus Favipiravir yang tak lain Avigan pada 340 pasien positif corona dan mendapati mampu mengurangi waktu pemulihan. Selain itu bisa meningkatkan kemampuan paru-paru pasien. Hal ini seperti dilansir Guardian.
Pasien yang terinfeksi virus corona dan diberi obat Avigan di Wuhan dan Shenzhen, kemudian dites negatif untuk virus setelah rata-rata empat hari. Dibandingkan dengan rata-rata 11 hari untuk pasien yang tidak diberikan obat.
"Obat ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan," kata Zhang Xinmin, seorang pejabat di Kementerian Sains dan Teknologi Cina seperti dilansir Guardian.
Para peneliti juga menemukan bahwa kondisi paru-paru pasien membaik sekitar 91 persen usai diberi obat dibandingkan dengan 62 persen dari pasien yang tidak meminum obat tersebut.
Kabar dari Zhang tersebut membuat saham Fujifilm Toyama Chemical, yang mengembangkan Favipiravir atau kemudian diberi nama Avigan, melonjak setelah setelah uji klinis. Saham perusahaan menguat pada Rabu (18/3), ditutup pagi hari naik 14,7% pada 5.207 yen, setelah sempat mencapai batas tertinggi harian pada 5.238 yen.
Dokter di Jepang menggunakan obat yang sama dalam studi klinis pada pasien Coronavirus dengan gejala ringan hingga sedang. Diharapkan akan mencegah virus berkembang biak pada pasien.
Sementara itu, sumber Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan obat itu tidak efektif pada orang dengan gejala yang lebih parah. "Kami telah memberi Avigan kepada 70 hingga 80 orang, tetapi tampaknya tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda," kata sumber itu kepada Mainichi Shimbun seperti dilansir Guardian.
Pada 2016, pemerintah Jepang memasok Favipiravir sebagai bantuan darurat untuk menghadapi wabah virus Ebola di Guinea. Favipiravir akan memerlukan persetujuan pemerintah untuk penggunaan skala besar pada pasien COVID-19, karena pada awalnya dimaksudkan untuk mengobati flu.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal