MAKKAH (RIAUPOS.CO) — Di tengah ancaman penularan virus corona di Arab Saudi, 42 jamaah umrah Indonesia telantar di Mekah. Sampai kemarin (12/3), mereka tidak kunjung memegang tiket pulang. Padahal, Saudi memberikan deadline hanya sampai 15 Maret bagi seluruh jamaah umrah untuk pulang.
Para jamaah itu berangkat menggunakan travel Panglima Ekspres. Nur Ainiyah, salah seorang jamaah Panglima Ekspres, menjelaskan bahwa mereka berangkat ke Saudi pada 25 Februari lalu. Mereka mendarat di Madinah untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Sesuai dengan kontrak, mereka seharusnya pulang besok (14/3). Namun, ternyata pihak travel tidak menyediakan tiket untuk kepulangan tanggal 14 Maret. Jamaah saat ini sudah berada di Makkah.
Dia menjelaskan, pihak travel menyampaikan bahwa pemulangan mereka dimajukan menjadi 7 Maret. Artinya, sewa hotel juga sampai 7 Maret. Otomatis, mulai 7 Maret sampai kemarin, mereka membayar biaya hotel sendiri. Nur sudah melaporkan kasus tersebut ke KBRI di Riyadh. "Belum dapat tiket kepulangan. Masih terus bernegosiasi dengan pihak travel," katanya tadi malam (12/3).
Menurut pengakuan Nur, pihak travel meminta uang Rp180 juta untuk biaya tiket kepulangan 14 Maret. Nur menyatakan bahwa jamaah kompak tidak mau membayar biaya tambahan tersebut. Sebab, mereka berpegang pada kontrak layanan jamaah umrah selama 20 hari. Dengan begitu, biaya tiket kepulangan menjadi tanggung jawab travel.
Saat dikonfirmasi, Direktur Panglima Ekspres Muhibbin Billah menceritakan kronologi versi mereka. "’Sebanyak 42 jamaah itu sudah punya tiket pulang, tapi hangus," ujarnya tadi malam.
Muhibbin memaparkan, jamaah berangkat pada 25 Februari. Kemudian, pada 29 Februari, maskapai penerbangan AirAsia berkirim e-mail menawarkan dua pilihan. Yakni, kepulangan dimajukan menjadi 7 Maret atau refund biaya tiket untuk penerbangan Jeddah–Kuala Lumpur. Dia sudah mengomunikasikan pemberitahuan dari AirAsia tersebut kepada rombongan jamaah. Namun, tidak ada keputusan dari jamaah. Mereka bersikukuh tetap berumrah sesuai dengan kontrak, yaitu 20 hari.
Muhibbin lantas tidak ingin tiket jamaah hangus. Akhirnya, dia putuskan memilih opsi memajukan jadwal kepulangan pada 7 Maret. Tiket kepulangan untuk penerbangan 7 Maret sudah dikirimkan kepada jamaah pada 1 Maret. Namun, lagi-lagi jamaah tidak mau pulang. Mereka tetap ingin berada di Makkah. Sampai akhirnya, lewat dari 7 Maret, tiket kepulangan hangus.
Dia mengaku sudah mengembalikan sebagian biaya umrah kepada jamaah karena masa tinggalnya diperpendek dari 20 hari menjadi 14 hari. Di antara total biaya umrah Rp 22 juta per orang, uang Rp 2,5 juta dikembalikan kepada jamaah. Uang tersebut sudah ditransfer.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal