PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kedatangan vaksin Covid-19 pada Ahad (6/12) lalu menjadi kabar baik bagi upaya pencegahan pandemi Covid-19. Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dr Ede Surya Darmawan SKM MDM mengatakan, vaksinasi itu adalah upaya protektif terhadap penyakit spesifik.
Beberapa virus dan bakteri di Indonesia memang sudah lama dilawan dengan imunisasi, sehingga di Indonesia mengenal program imunisasi, kemudian beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi bisa tereleminasi. “Vaksin Covid-19 ini juga diharapkan memiliki peran seperti itu nantinya,” ujarnya dalam acara Dialog Produktif bertema “Vaksin Datang, Tetap Disiplin 3M” yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (10/12).
Lebih jauh lagi Ede menjelaskan, perhitungan untung rugi dari program vaksinasi nantinya. “Vaksin itu untungnya lebih banyak daripada ketika kita harus sakit. Bukan hanya menelan biaya rata-rata Rp184 juta per orang, tapi juga kita rugi karena tidak bisa produktif bekerja. Sejauh ini vaksin sebagai intervensi kesehatan masyarakat dalam pencegahan penyakit menular sudah terbukti efektif sejak lama,” ujarnya.
Terkait efek ikutan setelah divaksinasi, menurut Dr Ede hal tersebut hanya sekadar ketidaknyamanan yang bersifat sementara. “Sakitnya hanya karena ditusuk jarum suntik, kemudian ada bengkak, dan badan panas. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. Kalau vaksinnya efektif maka akan segera terbentuk antibodi sehingga kita akan kebal terhadap suatu penyakit yang spesifik,” ungkapnya.
Betapapun terpapar Covid-19 menjadi kerugian secara fisik dan mental seperti diceritakan Abi Satria, Penyintas Covid-19. “Kondisi fisikku di hari keenam dirawat di Wisma Atlet, tubuh menggigil karena demam, meski AC sudah dimatikan. Usai sembuh dari Covid-19, fisik sebenarnya sudah mulai membaik, tapi secara mental masih kurang stabil. Aku masih takut keluar dan muncul di depan publik. Setelah aku konsultasikan ternyata memang itu adalah dampak psikologis. Jadi bukan hanya terdampak pada fisik tapi juga mentalnya,” ujarnya.
Abi Satria juga mengatakan, semua bisa tertular di mana saja dan kapan saja. Bisa jadi tertular dari benda-benda di sekitar kita. “Masyarakat yang menganggap Covid-19 hanya konspirasi, percayalah Covid-19 ini nyata. Karena mereka yang belum percaya mungkin belum pernah ada orang terdekatnya yang tertular Covid-19,” ujarnya.
Oleh karena itu Abi Satria mengimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan 3M. “Untuk semua masyarakat yang masih abai dengan 3M. Tolong jangan egois karena kita tidak pernah tahu kapan bertemu dengan orang yang imunitasnya sedang rentan. Kita tidak pernah sadar bahwa kita membawa virus kepada yang lebih tua atau muda, jadi jangan egois dan patuhi protokol 3M,” pesannya.
“Adapun untuk vaksin mari kita bersiap menyambut vaksinasi sebagai salah satu bentuk proteksi spesifik agar tidak tertular Covid-19. Tapi proses mendapatkan vaksin masih membutuhkan waktu, karena itu menjaga 3M itu bukan lagi pilihan tapi keharusan di situasi pandemi seperti ini. Bahkan khususnya untuk cuci tangan tidak boleh lepas, tidak ada Covid-19 pun kita harus terus cuci tangan,” tutur Ede.(das)
Laporan: KAMARUDDIN (Pekanbaru)
Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan