Sabtu, 23 November 2024
spot_img

200 Perawat Positif Covid-19, Satu Meninggal

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Selama sekitar sepuluh bulan terjadinya pandemi Covid-19, sudah 200 perawat di Pekanbaru yang positif terpapar virus ini. Satu di antaranya meninggal dunia setelah dirawat.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Pekanbaru, Dipa Handra menyatakan, perawat menjadi garda terdepan dan paling rentan terpapar virus ini. Di awal pandemi melanda, musibah yang melanda perawat termasuk paling banyak. Belakangan angkanya bisa ditekan karena pemahaman tentang virus ini makin baik.

“Sampai sekarang masih ada yang positif dan dirawat. Tapi tidak seperti awal-awal dulu,” ujar Dipa Handra kepada Riaupos.co, Sabtu (21/11/2020).

Angka positif Covid-19 sebanyak 200 orang itu baru pada perawat saja. Tidak termasuk dokter dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya. Tapi perawat tentunya lebih rentan karena berhadapan langsung dengan pasien dengan frekuensi dan durasi waktu yang lebih lama. Perawat yang lebih dahulu menerima pasien. Jika perlu tindakan, maka perawat juga yang pertama kali dan intens.

Baca Juga:  Tidak Sopan ke Prof Emil Salim, Arteria Dahlan Mendadak Viral

Memang, kini fasilitas alat pelindung diri (APD) sudah dilengkapi. Terutama di fasilitas pemerintah seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru. Sejak awal APD lengkap, seperti masker bedah, pelindung wajah (face shield), respirator N95, sarung tangan, hazmat, sepatu bot, dan lainnya. Tapi perawat tak hanya bertugas di rumah sakit rujukan. Banyak juga yang bertugas di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

“Di awal-awal pandemi ini, ada juga beberapa perawat di puskesmas yang terpaksa hanya menggunakan jas hujan. Makanya kemudian kami distribusikan APD. Kalau sekarang sudah baik,” ujarnya.

Dipa yang bertugas di ruang operasi ini menuturkan, setiap ada pasien terduga Covid-19, debar jantung pasti tak keruan. Kapan saja, virus ini bisa hinggap dan menjangkiti para perawat juga. Proteksi diri pun jadi keharusan.

Baca Juga:  Ya Ampun! Ada 58 Galian C di Kampar Beroperasi Tanpa Izin

Dia punya pengalaman membantu operasi sesar pasien Covid-19. Ibunya positif, dan ternyata anaknya juga positif. Tapi keduanya kemudian sembuh. Begitu juga para perawat yang aman.

“Itu pengalaman pertama yang menimbulkan kecemasan dan ketegangan. Tapi kami harus mengambil tanggung jawab itu,” ujar Dipa.

 

Laporan: Muhammad Amin (Pekanbaru)

Editor: Afiat Ananda

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Selama sekitar sepuluh bulan terjadinya pandemi Covid-19, sudah 200 perawat di Pekanbaru yang positif terpapar virus ini. Satu di antaranya meninggal dunia setelah dirawat.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Pekanbaru, Dipa Handra menyatakan, perawat menjadi garda terdepan dan paling rentan terpapar virus ini. Di awal pandemi melanda, musibah yang melanda perawat termasuk paling banyak. Belakangan angkanya bisa ditekan karena pemahaman tentang virus ini makin baik.

- Advertisement -

“Sampai sekarang masih ada yang positif dan dirawat. Tapi tidak seperti awal-awal dulu,” ujar Dipa Handra kepada Riaupos.co, Sabtu (21/11/2020).

Angka positif Covid-19 sebanyak 200 orang itu baru pada perawat saja. Tidak termasuk dokter dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya. Tapi perawat tentunya lebih rentan karena berhadapan langsung dengan pasien dengan frekuensi dan durasi waktu yang lebih lama. Perawat yang lebih dahulu menerima pasien. Jika perlu tindakan, maka perawat juga yang pertama kali dan intens.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ya Ampun! Ada 58 Galian C di Kampar Beroperasi Tanpa Izin

Memang, kini fasilitas alat pelindung diri (APD) sudah dilengkapi. Terutama di fasilitas pemerintah seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru. Sejak awal APD lengkap, seperti masker bedah, pelindung wajah (face shield), respirator N95, sarung tangan, hazmat, sepatu bot, dan lainnya. Tapi perawat tak hanya bertugas di rumah sakit rujukan. Banyak juga yang bertugas di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

“Di awal-awal pandemi ini, ada juga beberapa perawat di puskesmas yang terpaksa hanya menggunakan jas hujan. Makanya kemudian kami distribusikan APD. Kalau sekarang sudah baik,” ujarnya.

Dipa yang bertugas di ruang operasi ini menuturkan, setiap ada pasien terduga Covid-19, debar jantung pasti tak keruan. Kapan saja, virus ini bisa hinggap dan menjangkiti para perawat juga. Proteksi diri pun jadi keharusan.

Baca Juga:  Hantu

Dia punya pengalaman membantu operasi sesar pasien Covid-19. Ibunya positif, dan ternyata anaknya juga positif. Tapi keduanya kemudian sembuh. Begitu juga para perawat yang aman.

“Itu pengalaman pertama yang menimbulkan kecemasan dan ketegangan. Tapi kami harus mengambil tanggung jawab itu,” ujar Dipa.

 

Laporan: Muhammad Amin (Pekanbaru)

Editor: Afiat Ananda

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari