Mayoritas negara di Eropa kembali terpuruk. Menjelang musim dingin, kasus penularan Covid-19 terus melonjak. Pilihan sulit harus diambil, kembali mengorbankan perekonomian demi nyawa penduduk.
(RIAUPOS.CO) – KERUGIAN besar sudah membayang di mata peternak cerpelai Denmark. Pemerintah berencana memusnahkan sekitar 17 juta cerpelai di lebih dari seribu peternakan. Sebab, ditemukan mutasi virus SARS-CoV-2 di cerpelai yang bisa menular ke manusia.
Denmark dikenal sebagai produsen bulu cerpelai terbesar di dunia. Memusnahkan jutaan cerpelai itu tentu bakal memukul perekonomian. Namun, keputusan berat harus diambil dan dieksekusi secepatnya.
Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen menjelaskan, mutasi virus berisiko terhadap efektivitas vaksin Covid-19 nanti. Berdasar hasil penelitian, virus yang bermutasi bisa melemahkan kemampuan tubuh membentuk antibodi. Ada lima temuan terkait dengan mutasi tersebut dan sudah menular ke 12 orang.
’’Kami memiliki tanggung jawab besar terhadap populasi kami. Namun, dengan mutasi yang kami temukan ini, kami memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi terhadap masyarakat global,’’ tegas Frederiksen sebagaimana dikutip BBC.
Tanpa masalah mutasi virus corona pada cerpelai, Benua Biru sudah kalang kabut. Saat ini penularan gelombang kedua melanda wilayah mereka. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (3/11) menyebutkan, dalam tujuh hari terakhir, kasus corona di Eropa naik 22 persen dan angka kematian mencapai 43 persen.
Beberapa negara langsung menerapkan lockdown. Yang terbaru adalah Inggris. Angka penularan harian di Inggris mencapai 20 ribu kasus per hari. Mulai Kamis (5/11), negara yang dipimpin PM Boris Johnson itu memberlakukan lockdown hingga sebulan penuh. Bahwa ada 2.500 personel militer yang siap sedia membantu rumah sakit. Termasuk membawa pasien dari satu lokasi ke lokasi lain ketika staf rumah sakit sudah kelelahan.
Di Polandia, kebijakan baru mulai diterapkan, Sabtu (7/11). Salah satunya adalah pembelajaran jarak jauh untuk anak-anak, penutupan institusi kebudayaan, pengurangan kapasitas toko, serta hotel hanya dibuka untuk urusan bisnis. ’’Satu langkah lain setelah kebijakan yang kami umumkan ini adalah lockdown nasional,’’ ujar PM Inggris tak hanya menerapkan lockdown.
Dilansir USA Today, tes masif juga bakal dilakukan. Rencananya, sekitar 500 ribu penduduk Liverpool dites Covid-19 secara reguler. Tes mulai dilakukan pekan ini dengan berbagai teknologi. Termasuk tes antigen yang bisa mengeluarkan hasil cepat.
Ketika kasus baru mulai bertambah, kemampuan rumah sakit dan pekerja medis serba terbatas. ICU di Brussel, Belgia, bahkan mencapai batas maksimalnya sejak Senin (2/11). Militer pun dikerahkan di wilayah Liege demi membantu mengurai kemacetan dan menjaga keamanan.
Swiss juga mengerahkan militernya untuk membantu mengatasi lonjakan pasien Covid-19. Pada Rabu (4/11), pemerintah mengungkapkan bahwa ada 2.500 personel militer yang siap sedia membantu rumah sakit. Termasuk membawa pasien dari satu lokasi ke lokasi lain ketika staf rumah sakit sudah kelelahan.
Di Polandia, kebijakan baru mulai diterapkan kemarin (7/11). Salah satunya adalah pembelajaran jarak jauh untuk anak-anak, penutupan institusi kebudayaan, pengurangan kapasitas toko, serta hotel hanya dibuka untuk urusan bisnis. ’’Satu langkah lain setelah kebijakan yang kami umumkan ini adalah lockdown nasional,’’ ujar PM Polandia Mateusz Morawiecki sebagaimana dikutip CNN.
Swedia yang sebelumnya sangat longgar karena penularan minimal kini juga memperketat aturan. (sha/c14/bay/jpg)
Laporan JPG, Jakarta