Sabtu, 23 November 2024
spot_img

PLN Bisa Beli Listrik EBT dari Masyarakat

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Saat ini masyarakat sudah bisa menyuplai listrik untuk kebutuhan harian rumah tangga sendiri melalui energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya, menggunakan solar panel di atap maupun di halaman tempat tinggalnya.

Hal itu dijelaskan oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini. Ke depan, ia memperkirakan Independent Power Producer (IPP) yang menjual listrik ke perusahaannya tak hanya korporasi-korporasi besar, melainkan juga kelompok masyarakat. 

Dalam hal ini, masyarakat tak cuma hanya berada di posisi konsumen melainkan juga produsen listrik.

"Kalau ada kelebihan mereka pasti berpikir bagaimana mereka menjual listrik solar panel dari yang mereka lakukan. Sehingga grid (jaringan, red) yang dibutuhkan nantinya tidak hanya satu arah tetapi juga dua arah," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (12/8/2020) di Jakarta.

Baca Juga:  XSR 155 Matte Green Penuhi Lifestyle Berkendara Wanderlust Nature

Zulkifli juga menyampaikan bahwa skema tersebut bisa jadi inovasi yang dapat membantu perseroan memenuhi target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.

Perusahaannya dengan demikian tak perlu mengeluarkan dana besar untuk investasi pembangkit energi baru dan terbarukan.

"Sudah barang tentu, seperti yang saya katakan, bahwa yang survive bukan yang paling besar yang paling pintar dan paling banyak modalnya, tapi yang inovatif," imbuhnya.

Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RPJPP), lanjut Zulkifli, PLN sendiri menargetkan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 12,8 Giga Watt (GW) pada 2024. Namun hingga akhir 2019 lalu, realisasi daya pembangkit EBT terpasang baru mencapai 7,8 GW.

Artinya, masih ada defisit 5 GW untuk dapat mencapai target RJPP 2024. Sementara jika mengacu pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), defisit kapasitas pembangkit listrik EBT jauh lebih besar.

Baca Juga:  Wali Kota Pekanbaru Buka Iven Culture, Tourism dan Bisnis 2021

"RUPTL menargetkan 16,3 GW, sehingga ada selisih antara RPJPP dan RUPTL sebesar 3,5 GW," terangnya.

Lantaran itulah, PLN mulai menggenjot pembangunan pembangkit EBT dengan menggenjot bauran biomassa sebagai pengganti batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik diesel.

Selanjutnya, perusahaan juga berencana meningkatkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan memanfaatkan lahan tambang yang sudah tidak digunakan serta permukaan air di danau dan waduk sehingga tak membutuhkan pembebasan lahan.

Sumber: Antara/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Saat ini masyarakat sudah bisa menyuplai listrik untuk kebutuhan harian rumah tangga sendiri melalui energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya, menggunakan solar panel di atap maupun di halaman tempat tinggalnya.

Hal itu dijelaskan oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini. Ke depan, ia memperkirakan Independent Power Producer (IPP) yang menjual listrik ke perusahaannya tak hanya korporasi-korporasi besar, melainkan juga kelompok masyarakat. 

- Advertisement -

Dalam hal ini, masyarakat tak cuma hanya berada di posisi konsumen melainkan juga produsen listrik.

"Kalau ada kelebihan mereka pasti berpikir bagaimana mereka menjual listrik solar panel dari yang mereka lakukan. Sehingga grid (jaringan, red) yang dibutuhkan nantinya tidak hanya satu arah tetapi juga dua arah," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (12/8/2020) di Jakarta.

- Advertisement -
Baca Juga:  Perekonomian Riau Tumbuh 3,36 Persen

Zulkifli juga menyampaikan bahwa skema tersebut bisa jadi inovasi yang dapat membantu perseroan memenuhi target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.

Perusahaannya dengan demikian tak perlu mengeluarkan dana besar untuk investasi pembangkit energi baru dan terbarukan.

"Sudah barang tentu, seperti yang saya katakan, bahwa yang survive bukan yang paling besar yang paling pintar dan paling banyak modalnya, tapi yang inovatif," imbuhnya.

Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RPJPP), lanjut Zulkifli, PLN sendiri menargetkan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 12,8 Giga Watt (GW) pada 2024. Namun hingga akhir 2019 lalu, realisasi daya pembangkit EBT terpasang baru mencapai 7,8 GW.

Artinya, masih ada defisit 5 GW untuk dapat mencapai target RJPP 2024. Sementara jika mengacu pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), defisit kapasitas pembangkit listrik EBT jauh lebih besar.

Baca Juga:  Suzuki Baleno Jadi Incaran Pekerja Muda

"RUPTL menargetkan 16,3 GW, sehingga ada selisih antara RPJPP dan RUPTL sebesar 3,5 GW," terangnya.

Lantaran itulah, PLN mulai menggenjot pembangunan pembangkit EBT dengan menggenjot bauran biomassa sebagai pengganti batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik diesel.

Selanjutnya, perusahaan juga berencana meningkatkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan memanfaatkan lahan tambang yang sudah tidak digunakan serta permukaan air di danau dan waduk sehingga tak membutuhkan pembebasan lahan.

Sumber: Antara/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari