(RIAUPOS.CO) – Dua bulan terakhir, tanpa lelah Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto terus turun ke desa-desa. Dari ujung Kampar Kiri Hulu di Desa Tanjung Karang, hingga ke ujung hulu lagi di Kampar Kanan di Desa Balung. Bupati datang, menyapa, mendengarkan dan mengeksekusi kebijakan yang dirasakannya mendesak di desa-desa tersebut.
Namun tidak semua mengapresia langkah Bupati untuk melihat sendiri permasalahan Kampar hingga ke desa-desa terpelosok. Masih ada yang menganggap hal yang dilakukan Bupati adalah sebuah pencitraan. Terkait hal ini dirinya bercerita kepada Riau Pos saat berada di Balung. Di desa yang cukup jauh itu, harus melintas wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dengan akses sulit dan terbatas, dirinya mengatakan hal itu bukanlah pencitraan.
‘’Kalau orang bilang ini pencitraan rasanya kurang pas. Masyarakat itu ingin melihat pemimpinnya menyelesaikan masalah dengan melihat langsung kondisi mereka. Bupati kalau duduk bersama Gubernur, Jendral dan Presiden itu sudah biasa. Tapi hari ini, masyarakat ingin keluh kesah mereka yang didengarkan, dengan duduk bersama mereka. Ini adalah tanggung jawab Saya sebagai Bupati,’’ sebut Catur.
Menurut Catur, dirinya adalah Bupati aktif dan seorang pemimpin bagi masyarakatnya. Pemimpin itu menurutnya tidak hanya duduk di belakang meja dan mengatur strategi pembangunan, tapi juga mendengarkan langsung keluhan dan melihat langsung permasalahan. ‘’Sehingga setiap kebijakan bisa tepat sasaran dan rencana-rancana pembangunan terlaksana sesuai yang dibutuhkan masyarakat,’’ terangnya.
Akses ke Desa Balung memang tidak mudah. Selain harus memasuki wilayah Kabupaten Limapuluh Kota, akses jalan menuju kesana juga sangat buruk. Jalan tanah yang menanjak dan berbelok tanpa ada pengerasan. Selain itu, akses jembatan satu-satunya, malah berada di wilayah Sumatera Barat (Sumbar). Hal ini menurut Catur tidak mudah untuk langsung melakukan eksekusi.
‘’Sudah puluhan tahun kondisi begini, tapi ini bisa diselesaikan. Dengan Saya turun langsung begini, sebagai Bupati Saya juga merasakan derita yang dirasakan masyarakat. Maka ada tekad bahwa permasalahan ini harus cepat diselesaikan,’’ kata dia.
Pada hari itu juga Catur memastikan Dinas PUPR Kampar bersama Dinas PUPR Limapuluh Kota telah bertemu di Desa Balung. Pembahasan pembangunan jembatan untuk menggantikan jembatan gantung saat ini dilaksanakan. Selain itu, Catur juga memerintahkan Kepala Dinas PUPR Kampar Afdal untuk segera merancang Detail Engineering Design (DED). Tidak hanya jembatan, tapi juga jalan sepanjang 5 km.
‘’Salah satu permasalahan di desa ini adalah jembatan. Karena ukurannya sangat kecil. Yang hanya bisa lewat adalah jenis mobil angkutan kecil, truk tak bisa lewat. Jadi kalau untuk bangun jalan, kita harus bangun jembatan dulu. Nanti rencananya jembatan rangka baja, hingga lebih lebar,’’ kata Afdal.
Afdal juga membenarkan pihaknya sudah bertemu dengan Dinas PUPR Limapuluh Kota pada awal Juli 2020 ini. Pertemuan yang diadakan di Desa Balung itu untuk membahas rancanga pembanguna jembatan dan jalan sepanjang 5 km ke arah Desa Balung. Dirinya menargetkan DED bisa diselesaikan pada tahun ini, hingga tahun depan sudah bisa dimulai pembangunannya.(adv)