JAKARTA (RIUAPOS.CO) — Hoaks, disinformasi, atau berita bohong memang kerap beredar atau bermula dari media sosial (medsos). Orang-orang kemudian membagikannya atau mereplikasi ke banyak orang hingga akhirnya menuai polemik.
Hoaks atau disinformasi tak jarang juga kerap bermula dari pengguna medsos yang tak secara utuh membaca atau memahami isi konten atau misalnya artikel yang ingin mereka bagikan. Nah, mengantisipasi hal tersebut dan mendorong pengguna medsos untuk lebih cerdas dan lebih bijak lagi mengelola informasi sebelum membagikannya, Twitter mendorong penggunanya untuk lebih teliti lagi akan artikel yang ingin dibagikan.
Belum lama ini, medsos dengan logo burung itu melalui akun resmi @TwitterSupport mengumumkan fitur baru yang sedang diuji coba oleh platform media sosial. Prompt baru ini akan meminta pengguna untuk membaca kembali artikel sebelum di-retweet atau dibagikan karena kadang-kadang judul tidak menceritakan kisah lengkap.
Fitur baru yang sedang disiapkan ini seperti sudah disinggung di atas merupakan upaya lanjutan Twitter dalam membuat platformnya lebih bersih dan ramah bagi siapapun dengan bebas hoaks dan disinformasi. Selain itu, fitur baru ini juga disiapkan terkait dengan meningkatnya ketegangan di Amerika Serikat (AS) belakangan ini, bersama dengan wacana politik harian yang semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Twitter telah memutuskan bahwa orang-orang di platformnya dapat mengambil manfaat dari membaca sebuah artikel sebelum me-retweet-nya, untuk mendorong diskusi yang lebih produktif. Twitter sudah mulai meluncurkan fitur ini ke beberapa pengguna di aplikasi Android.
Saat Anda me-retweet sebuah posting dengan artikel yang disematkan, sebuah prompt akan muncul mengatakan "Headline tidak menceritakan kisah lengkap. Ingin membaca ini sebelum Retweeting?"
Pengguna masih dapat me-retweet artikel jika mereka mau. Jadi ini merupakan pengingat bagi pengguna untuk membaca artikel sebelum orang lain mulai menyebarkan informasi yang salah.
Untuk saat ini masih tidak jelas kelompok pengguna mana yang memiliki fitur tersebut. Namun demikian, menurut GSMArena, sebagaimana dikutip pada Jumat (12/6) fitur tersebut mungkin sementara waktu akan hadir hanya pada mereka yang memiliki ribuan pengikut yang pertama mengujinya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIUAPOS.CO) — Hoaks, disinformasi, atau berita bohong memang kerap beredar atau bermula dari media sosial (medsos). Orang-orang kemudian membagikannya atau mereplikasi ke banyak orang hingga akhirnya menuai polemik.
Hoaks atau disinformasi tak jarang juga kerap bermula dari pengguna medsos yang tak secara utuh membaca atau memahami isi konten atau misalnya artikel yang ingin mereka bagikan. Nah, mengantisipasi hal tersebut dan mendorong pengguna medsos untuk lebih cerdas dan lebih bijak lagi mengelola informasi sebelum membagikannya, Twitter mendorong penggunanya untuk lebih teliti lagi akan artikel yang ingin dibagikan.
- Advertisement -
Belum lama ini, medsos dengan logo burung itu melalui akun resmi @TwitterSupport mengumumkan fitur baru yang sedang diuji coba oleh platform media sosial. Prompt baru ini akan meminta pengguna untuk membaca kembali artikel sebelum di-retweet atau dibagikan karena kadang-kadang judul tidak menceritakan kisah lengkap.
Fitur baru yang sedang disiapkan ini seperti sudah disinggung di atas merupakan upaya lanjutan Twitter dalam membuat platformnya lebih bersih dan ramah bagi siapapun dengan bebas hoaks dan disinformasi. Selain itu, fitur baru ini juga disiapkan terkait dengan meningkatnya ketegangan di Amerika Serikat (AS) belakangan ini, bersama dengan wacana politik harian yang semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir.
- Advertisement -
Twitter telah memutuskan bahwa orang-orang di platformnya dapat mengambil manfaat dari membaca sebuah artikel sebelum me-retweet-nya, untuk mendorong diskusi yang lebih produktif. Twitter sudah mulai meluncurkan fitur ini ke beberapa pengguna di aplikasi Android.
Saat Anda me-retweet sebuah posting dengan artikel yang disematkan, sebuah prompt akan muncul mengatakan "Headline tidak menceritakan kisah lengkap. Ingin membaca ini sebelum Retweeting?"
Pengguna masih dapat me-retweet artikel jika mereka mau. Jadi ini merupakan pengingat bagi pengguna untuk membaca artikel sebelum orang lain mulai menyebarkan informasi yang salah.
Untuk saat ini masih tidak jelas kelompok pengguna mana yang memiliki fitur tersebut. Namun demikian, menurut GSMArena, sebagaimana dikutip pada Jumat (12/6) fitur tersebut mungkin sementara waktu akan hadir hanya pada mereka yang memiliki ribuan pengikut yang pertama mengujinya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi