RIAUPOS- Asma merupakan penyakit kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan bernapas. Salah satu gejala utama asma yang paling khas adalah mengi (napas yang berbunyi “ngik ngikâ€). Gejala muncul akibat peradangan pada saluran pernapasan yang menyebabkan penyempitan saluran, sehingga timbul kesulitan bernapas.
Ada asma “biasaâ€, ada asma jantung. Apa bedanya?
Selain asma biasa, dikenal pula istilah asma kardiak atau asma jantung, yang juga ditandai keluhan mengi dan batuk. Berbeda dengan asma, kondisi asma jantung disebabkan gagal jantung kiri, sehingga terjadi pengumpulan cairan pada paru-paru dan saluran pernapasan.
Di sisi lain, serangan jantung merupakan kondisi sebagian otot jantung mengalami kekurangan oksigen, sehingga jaringan tersebut mulai mati. Kekurangan oksigen ini timbul sebagai akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung. Salah satu gejala utama serangan jantung yang dikenal adalah nyeri dada, terutama di sebelah kiri.
Meski begitu, serangan asma ternyata dapat juga menimbulkan keluhan nyeri dada. Kondisi ini sering kali muncul akibat batuk dan mengi yang dialami saat serangan asma. Nyeri dada yang dirasakan setelah serangan asma lebih sering disebabkan karena masalah pada otot. Umumnya, nyeri dapat dirasakan bertambah hebat apabila sedang menarik napas dalam.
Nyeri dada dapat dirasakan saat serangan jantung, ataupun setelah serangan asma. Keluhan mengi pun bisa disebabkan asma atau gagal jantung. Sayangnya, sering kali sulit bagi masyarakat untuk membedakan keduanya. Jadi, jika merasakan keluhan nyeri dada yang mengganggu, sebaiknya segera temui dokter.
Walaupun sering kali tidak berbahaya, pada beberapa kasus serangan asma juga memerlukan tindakan darurat, terutama jika muncul gejala kekurangan oksigen (seperti kebiruan pada wajah, bibir, dan kuku), pernapasan yang sangat cepat sehingga cuping hidung menjadi kembang kempis atau muncul retraksi (tarikan) dada, dan sensasi tidak ada udara yang keluar masuk walaupun bernapas.
Jadi, apakah asma dapat memicu serangan jantung?
Asma umumnya muncul saat masa kanak-kanak. Namun, dalam beberapa kasus asma muncul saat dewasa. Umumnya, asma yang baru muncul saat dewasa dipicu oleh polusi udara, serta lebih sulit diatasi dibandingkan asma yang muncul sejak kecil.
Sebuah studi menemukan, mereka dengan asma yang muncul saat dewasa memiliki risiko lebih besar (57%) terkena penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki asma.
Sebuah penelitian juga menunjukkan, penderita asma yang memerlukan obat pengontrol harian memiliki risiko lebih tinggi hingga 60 persen mengalami penyakit kardiovaskular, misalnya serangan jantung, dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Ada pula studi lain dengan temuan yang juga cukup mengejutkan Penderita asma yang aktif (gejala asma muncul akhir-akhir ini), menggunakan obat asma, atau yang terapi terkait asma selama setahun belakangan berisiko terkena serangan jantung hingga dua kali lipat dibandingkan dengan orang-orang tanpa asma.
Dari beberapa studi tersebut, bisa disimpulkan bahwa asma dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Meski begitu, punya asma bukan berarti pasti mengalami serangan jantung.
Lebih lanjut, tampaknya hubungan antara asma dan serangan jantung adalah peradangan. Pada kedua kondisi ini, akan ditemukan kadar peradangan yang tinggi dalam tubuh. Biasanya peradangan bersifat baik dan merupakan tanda sistem kekebalan tubuh sedang berusaha menyembuhkan diri setelah adalanya luka, infeksi, atau kerusakan lainnya. Namun, peradangan kronis seperti yang ditemukan pada asma berpotensi menimbulkan kerusakan permanen pada tubuh.(RN/ RVS)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Deslina