JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui hingga kini belum ada BUMN yang mampu memproduksi alat kesehatan ventilator. Terkait itu, pemerintah masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan alat kesehatan itu lewat impor dan sumbangan dari negara lain.
“Kita tidak produksi (ventilator) sendiri, hari ini kita coba membeli dan menerima sumbangan, untuk beli juga kita terus upayakan,” kata dia di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Jakarta, Senin (6/4).
Ia pun mengharapkan adanya perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi ventilator. Agar hal tersebut terlaksana, beberapa lembaga, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan bahkan di PT Len Industri (Persero) tengah mengembangkan teknologi untuk bisa memproduksinya.
“Kalau bisa kami bantu produksi (ventilator) tentu kami akan lihat, tapi kami tidak bisa bicara sesuatu yang tidak ada datanya, makanya tahap awal kita terima sumbangan,” tambah Erick.
Adapun, saat ini, banyak negara bersaing untuk mendapatkan alat-alat kesehatan. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat pun mengalami kekurangan ventilator. Erick menyebutkan kalau AS rela membayar hingga dua kali lipat dari harga awal untuk memperoleh alat-alat itu.
Maka dari itu, beberapa pihak dari kementerian atau lembaga (K/L) sepakat untuk mempermudah izin impor untuk alat kesehatan agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi untuk melawan Covid-19.
“Kami untuk APD sendiri memang kesulitan karena itu kami berusaha membeli atau kerjasama dengan swasta (impor),” tutup dia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui hingga kini belum ada BUMN yang mampu memproduksi alat kesehatan ventilator. Terkait itu, pemerintah masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan alat kesehatan itu lewat impor dan sumbangan dari negara lain.
“Kita tidak produksi (ventilator) sendiri, hari ini kita coba membeli dan menerima sumbangan, untuk beli juga kita terus upayakan,” kata dia di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Jakarta, Senin (6/4).
- Advertisement -
Ia pun mengharapkan adanya perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi ventilator. Agar hal tersebut terlaksana, beberapa lembaga, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan bahkan di PT Len Industri (Persero) tengah mengembangkan teknologi untuk bisa memproduksinya.
“Kalau bisa kami bantu produksi (ventilator) tentu kami akan lihat, tapi kami tidak bisa bicara sesuatu yang tidak ada datanya, makanya tahap awal kita terima sumbangan,” tambah Erick.
- Advertisement -
Adapun, saat ini, banyak negara bersaing untuk mendapatkan alat-alat kesehatan. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat pun mengalami kekurangan ventilator. Erick menyebutkan kalau AS rela membayar hingga dua kali lipat dari harga awal untuk memperoleh alat-alat itu.
Maka dari itu, beberapa pihak dari kementerian atau lembaga (K/L) sepakat untuk mempermudah izin impor untuk alat kesehatan agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi untuk melawan Covid-19.
“Kami untuk APD sendiri memang kesulitan karena itu kami berusaha membeli atau kerjasama dengan swasta (impor),” tutup dia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman