(RIAUPOS.CO) — Banjir yang merendam Jorong Talantam, Nagari Lubuk Ulangaling Selatan, Kecamatan Sangir Batang Hari (SBH), Solok Selatan (Solsel) dan Ranah Batahan, Pasaman Barat, sudah surut. Kondisi kedua wilayah itu mulai berangsur normal, Ahad (9/2).
"Saat banjir datang, seluruh warga di Talantam termasuk di Pulau Cubadak, sempat mengungsi menyelamatkan diri ke lokasi ketinggian. Tapi sekarang, semuanya sudah membaik. Warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solsel, Richi Amran, kemarin.
Meski, katanya, keadaan sudah mulai membaik namun untuk keperluan primer atau logistik korban masih lumpuh dan masih bergantung pada bantuan. Pihaknya bersama puluhan tim gabungan tanggap bencana daerah itu sudah turun ke lokasi membantu para korban.
Sebanyak 38 tim gabungan terdiri dari personel BPBD, Dinas Sosial, TNI/Polri dan relawan bencana telah turun melakukan aksi bersih-bersih di Talantam. Sekaligus menyalurkan bantuan logistik bagi korban.
"Kita turun mambawa bantuan logistik, peralatan kerja termasuk terpal untuk persediaan pengungsian. Saat ini sudah tidak ada lagi yang mengungsi. Waktu air naik pada Sabtu pagi lalu memang ada," jelasnya.
Berdasar data yang dihimpun di lokasi lanjutnya, banjir berdampak pada 17 kepala keluarga. Sebanyak 11 unit rumah terendam, termasuk satu bangunan sekolah SDN 10 Talantam.
Bersama warga, pihaknya sudah membersihkan sisa-sisa endapan lumpur yang masuk ke dalam rumah.
"Total rumah di Talantam ada 85 unit. Hanya 11 rumah yang direndam banjir. Ketinggian air mencapai 50 centimeter. Selebihnya terbebas dari kepungan banjir. Air tidak sampai masuk rumah karena cepat surut," sebutnya.
Dijelaskannya, Pemkab Solsel sendiri akhir tahun lalu sudah memiliki rencana untuk merelokasi warga di Talantam yang tiap musim hujan selalu diancam bencana banjir. Pemindahan warga di jorong ini ke tempat lebih aman dinilai jadi satu-satunya solusi untuk menghindarkan mereka dari ancaman bahaya bencana tersebut.
Pihaknya kata Richi, sudah mengajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI. Saat ini tinggal menunggu persetujan pusat untuk realisasi. Sambil menunggu keputusan dari kementerian akunya, pihak nagari diminta untuk dapat menyediakan lahan relokasi itu.
Sebagaimana yang diinginkan masyarakat, lahannya masih berdekatan dengan Talantam dan agak lebih di ketinggian agar lebih aman. "Masyarakat pastinya akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan tidak jauh dari permukiman sebelumnya. Kami minta agar pemerintah nagari dan kecamatan mencarikan tempat untuk relokasi tersebut," katanya.
Gagal Panen
Terpisah, akibat banjir melanda Kecamatan Ranah Batahan, Kabupaten Pasbar pada Sabtu (8/2) lalu, ada sekitar 70 hektare lahan pertanian terancam gagal panen atau puso. Warga setempat berharap ada bantuan guna meminimalisir kerugian yang dialami petani.
"Data yang sudah kami kumpulkan untuk lahan pertanian sawah yang terancam panen itu di sawah Salak Laweh Desa Baru, Nagari Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Pasaman Barat, Sukarli di Simpangempat.
Menurut dia, data lahan sawah yang terdampak banjir ada 170 hektare. Dari total terdampak banjir ini sekitar 70 hektare terancam gagal panen. "Di Desa Baru itu dalam satu bulan terakhir sudah tiga kali dilanda banjir dan terancam gagal panen. Sedangkan di Tamiang Tengah terdampak banjir seluas 40 hektare dan puso sekitar 4,5 hektare," ungkapnya.
Dikatakan, pihaknya bersama tim Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) dan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Sumbar telah melakukan pengecekan lapangan sekaligus menghitung potensi dampak puso akibat banjir itu.
"Setelah melihat dampak akibat banjir itu, kami mengusulkan ke Dinas Pangan Provinsi Sumbar untuk bantuan kebutuhan pokok bagi petani terdampak puso. Selain itu juga mengusulkan untuk bangunan benih padi ke ke Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Sumbar dan Kementan RI," tuturnya.
Dalam jangka panjang, sebut Sukarli, pihaknya mengusulkan ke Kementan RI dan Kementerian PUPR untuk normalisasi Batang Langkitang dan Batang Laping serta pendalaman atau penghancuran batu penghalang saluran di daerah itu.
"Daerah irigasi merupakan kewenangan Balai Wilayah Sungai 2 Medan. Maka diperlukan percepatan pembangunan irigasi di Batang Air Sorik dan pembersihan sampah atau tanggul sungai di Batu Sondet Ranah Batahan Kabupaten Mandailing Natal," sebutnya.
Tanam Serai Wangi
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kota Pariaman Azman melakukan patroli ke seluruh wilayah Kota Pariaman bersama tim TRC Pariaman mengantisipasi banjir. Dibagi ke dalam dua tim. Yakni tim 1 patroli di Pariaman Timur dan Pariaman Selatan. Tim 2 berpatroli di Pariaman Utara dan Pariaman Tengah.
"Patroli dilakukan tak hanya di daerah rawan banjir namun juga kawasan rawan longsor dan pohon tumbang. Saat ini dampak hujan semalam juga menyebabkan terjadinya pohon tumbang menghambat arus lalu lintas dan mengganggu jaringan listrik di Desa Palak Aneh Pariaman Selatan," ungkapnya.
Azman menyebut TRC BPBD sudah melakukan pembersihan di lokasi. Sekarang jalan tersebut sudah bisa dilalui kembali. "Dalam penanganan bencana pohon tumbang tersebut , TRC juga berkoordinasi dengan PLN Pariaman. Sebab sebelum petugas membersihkan pohon tumbang, harus pastikan aliran listrik sudah terputus," ungkapnya. (cr19/roy/nia)
Laporan JPG, Solok Selatan