Jumat, 20 September 2024

Ketua Dewan Pers: Wartawan Harus Lebih Spesialis

BANJARMASIN(RIAUPOS.CO)-Persoalan yang semakin kompleks di tengah masyarakat menuntut wartawan untuk lebih kompeten. Artinya, harus ada kompetensi khusus di salah satu bidang agar bisa mengabarkan berita yang tidak saja informatif tapi juga tajam.

Begitu kata Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dalam acara “Pembukaan Program Wartawan Spesialis”, di Best Western Kindai Hotel, Jalan Ahmad Yani, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/1).

"Enggak cukup cuma jadi generalis saja, harus menjadi spesialis," ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Sebagai salah satu bukti bahwa spesialisasi dibutuhkan di dunia jurnalistik adalah dengan melihat perkembangan yang hadir di tengah masyarakat. Sebagai contohnya, Mohammad Nuh menkritik pemberitaan yang dibuat banyak wartawan di media nasional terkait fintech.

- Advertisement -
Baca Juga:  Gerindra Buka Opsi Cawabup Nonpolitisi

Katanya, banyak wartawan yang hanya menulis di tataran permukaan terkait fintech, tapi tidak ada yang mendalam dan menjadi lahan edukasi bagi masyarakat luas.

"Paling (yang ditulis) sekadar ada fintech ilegal. Tetapi fintech-nya itu apa? Kenapa bisa terjadi ilegal? Dan kenapa fintech itu menjadi penting? Nah, di situ harus ada jurnalis spesialis di bidang keuangan atau di bidang financial dan seterusnya," ucap Mohammad Nuh.

- Advertisement -

"Oleh karena itu kita butuh wartawan spesialis, yang punya pengetahuan spesifik. Enggak mungkin berubah dengan pengetahuan generalis saja. Pasti perubahan dimulai dari yang spesifik," sambungnya.

Supaya lahir wartawan yang berkualitas di satu bidang spesialis, Dewan Pers pun turut mendukungnya dengan memulai Program Wartawan Spesialis di acara perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 kali ini.

Baca Juga:  Pemerintah Review Tunggakan Insentif Nakes

"Tahun ini pun kita mulai sosialisasikan. Karena ini emergency. Kita enggak ingin berita yang disajikan sifatnya hanya deskriptif," ucap Mohammad Nuh seraya berharap.

"Tapi kita ingin sulitnya, yakni mencerdaskan. Mencerdaskan kehidupan bangsa," tutup mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini.

Sumber: RMOL.Id
Editor: Deslina

 

BANJARMASIN(RIAUPOS.CO)-Persoalan yang semakin kompleks di tengah masyarakat menuntut wartawan untuk lebih kompeten. Artinya, harus ada kompetensi khusus di salah satu bidang agar bisa mengabarkan berita yang tidak saja informatif tapi juga tajam.

Begitu kata Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dalam acara “Pembukaan Program Wartawan Spesialis”, di Best Western Kindai Hotel, Jalan Ahmad Yani, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/1).

"Enggak cukup cuma jadi generalis saja, harus menjadi spesialis," ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Sebagai salah satu bukti bahwa spesialisasi dibutuhkan di dunia jurnalistik adalah dengan melihat perkembangan yang hadir di tengah masyarakat. Sebagai contohnya, Mohammad Nuh menkritik pemberitaan yang dibuat banyak wartawan di media nasional terkait fintech.

Baca Juga:  Aishwarya Rai Dibawa ke RS

Katanya, banyak wartawan yang hanya menulis di tataran permukaan terkait fintech, tapi tidak ada yang mendalam dan menjadi lahan edukasi bagi masyarakat luas.

"Paling (yang ditulis) sekadar ada fintech ilegal. Tetapi fintech-nya itu apa? Kenapa bisa terjadi ilegal? Dan kenapa fintech itu menjadi penting? Nah, di situ harus ada jurnalis spesialis di bidang keuangan atau di bidang financial dan seterusnya," ucap Mohammad Nuh.

"Oleh karena itu kita butuh wartawan spesialis, yang punya pengetahuan spesifik. Enggak mungkin berubah dengan pengetahuan generalis saja. Pasti perubahan dimulai dari yang spesifik," sambungnya.

Supaya lahir wartawan yang berkualitas di satu bidang spesialis, Dewan Pers pun turut mendukungnya dengan memulai Program Wartawan Spesialis di acara perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 kali ini.

Baca Juga:  Korea Utara Ubah Konstitusi, Kim Jong-un Jadi Kepala Negara

"Tahun ini pun kita mulai sosialisasikan. Karena ini emergency. Kita enggak ingin berita yang disajikan sifatnya hanya deskriptif," ucap Mohammad Nuh seraya berharap.

"Tapi kita ingin sulitnya, yakni mencerdaskan. Mencerdaskan kehidupan bangsa," tutup mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini.

Sumber: RMOL.Id
Editor: Deslina

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari