AKARTA (RIAUPOS.CO) – Harga emas Antam kembali naik tajam, menembus Rp2.287.000 per gram pada perdagangan Kamis (6/11), atau naik Rp27.000 dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan ini melanjutkan tren positif dari perdagangan Rabu (5/11) yang masih berada di level Rp2.260.000 per gram.
Harga buyback atau pembelian kembali juga mengalami kenaikan sebesar Rp27.000 menjadi Rp2.152.000 per gram, lebih tinggi dari posisi sebelumnya Rp2.125.000 per gram. Artinya, masyarakat yang ingin menjual emas koleksinya kini akan mendapatkan harga buyback Rp2.152.000 per gram.
Kenaikan ini memberi keuntungan besar bagi mereka yang sudah menyimpan emas sejak November 2022. Saat itu, harga emas masih di kisaran Rp936.000 per gram. Jika seseorang memiliki 5 gram emas dengan harga beli Rp4.680.000, maka bila dijual saat ini nilainya mencapai Rp11.435.000 (belum termasuk pajak). Dengan demikian, keuntungan bersih yang bisa diperoleh mencapai Rp6.755.000.
Sementara itu, berdasarkan laporan Reuters, harga emas dunia juga mencatat kenaikan lebih dari 1 persen. Hal ini dipicu oleh sikap investor yang mulai menghindari aset berisiko meski data ketenagakerjaan swasta Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil lebih kuat dari perkiraan.
Harga emas spot tercatat naik 1,3 persen menjadi 3.983,89 dolar AS per troy ounce. Sedangkan emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 0,8 persen dan ditutup di level 3.992,90 dolar AS per troy ounce.
Data dari ADP menunjukkan, jumlah lapangan kerja swasta di AS meningkat 42.000 pada Oktober, melampaui perkiraan Reuters sebesar 28.000. Kondisi pasar tenaga kerja yang masih solid ini biasanya menahan peluang penurunan suku bunga dan bisa membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama.
Namun, pekan lalu, Federal Reserve telah memangkas suku bunga AS, dan Ketua Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pemangkasan tersebut bisa menjadi yang terakhir tahun ini. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 63 persen adanya pemotongan suku bunga lagi pada Desember, turun dari lebih 90 persen pada pekan sebelumnya.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkinerja lebih baik di tengah kondisi suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi global.(JPG)



