PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Banjir di Riau terus meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD Damkar) Riau mencatat, hingga saat ini empat kabupaten/kota di Riau yang terdampak banjir. Dari bencana tersebut, terdata 12.813 jiwa masyarakat Riau yang menjadi korban.
“Dari laporan yang kami terima, hingga saat ini sudah ada empat kabupaten/kota di Riau yang terdampak banjir,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Damkar Riau M Edy Afrizal, Rabu (5/3). ‘’Empat kabupaten/kota yang wilayahnya terdampak banjir tersebut adalah Kabupaten Rokan Hulu, Kampar, Indragiri Hulu (Inhu), dan Kota Pekanbaru,’’ tambahnya.
Dikatakannya, dari bencana tersebut masyarakat yang terdampak terdata sebanyak 3.500 Kepala Keluarga (KK) dengan total 12.813 jiwa. Dari jumlah tersebut, yang paling banyak terdampak di Kampar yakni sebanyak 2.148 KK dengan 7.472 jiwa. Diikuti Rokan Hulu ada 610 KK dengan 2.373 jiwa, Kota Pekanbaru sebanyak 407 KK dengan 1.628 jiwa, Inhu ada 335 KK dengan 1.340 jiwa.
Sementara itu, rumah yang terdampak banjir dari laporan yang diterima ada 2.672 unit. Ada juga fasilitas pendidikan (sekolah) enam unit, fasilitas umum 16 unit, serta sawah dan kebun seluas 8.330 hektare. Saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui BPBD Damkar, Dinas Sosial, Baznas dan Dinas Kesehatan sudah menyalurkan berbagai bantuan kepada warga yang terdampak banjir.
Bantuan yang diserahkan tersebut berupa makanan, obat-obatan, dan perlengkapan tidur. “Bantuan juga sudah ada yang langsung diserahkan oleh Pak Gubernur ke Kabupaten Kampar,” sebutnya.
Banjir diprediksi terus meluas. Pasalnya, berdasarkan data yang dimiliki Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Rabu (5/3), intensitas hujan di Riau masih tinggi mengguyur sebagian besar wilayah Riau dengan intensitas yang beragam.
Forecaster On Duty BMKG Stasiun Pekanbaru Mari F mengatakan, pada pagi hari cuaca di Riau cerah berawan tanpa hujan. Namun siang hari hujan akan mengguyur Rokan Hilir (Rohil), Kota Dumai, Bengkalis, Pelalawan, Kampar, Kepulauan Meranti, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Kota Pekanbaru.
Pada sore sampai malam hari, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diprakirakan terjadi sebagian besar wilayah Riau. Dini hari hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan terjadi di sebagian Dumai, Bengkalis, Pelalawan, Siak, Kepulauan Meranti, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir.
“Warga di kawasan rawan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor diimbau untuk waspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Rokan Hilir, Kota Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Kampar, dan Kota Pekanbaru pada pagi, siang atau sore, dan malam hari,” tegasnya.
Di Pekanbaru, banjir yang disebabkan tingginya debit air Sungai Siak semakin meluas. Pantauan Riau Pos, Rabu (5/3) di sejumlah titik banjir seperti Jalan Sudirman Ujung Kecamatan Rumbai, Jalan Tanjung Batu Kecamatan Limapuluh, dan Jalan Kota Baru Kecamatan Senapelan, akses lalu lintas di kawasan tersebut lumpuh total.
Namun, masih banyak pengendara yang nekad melintasi genangan air banjir setinggi betis hingga dada orang dewasa. Akibatnya banyak kendaraan roda empat yang mogok dan harus mendapatkan bantuan dari masyarakat untuk mendorongnya keluar dari genangan banjir.
Salah seorang pengendara mobil yang enggan disebutkan namanya mengaku nekat menerobos genangan banjir lantaran mengira ketinggian air masih bisa ditempuh menggunakan mobil pribadi. “Saya pikir masih bisa menerobos ternyata malah mogok di jalan. Terpaksa minta tolong warga untuk dorong,” ucapnya.
Di sisi lain, tenda pengungsian yang ditempatkan di ujung jembatan Siak IV juga sudah tidak dapat digunakan lantaran air yang semakin tinggi. “Nanti kita suruh anggota monitor, jikalau masyarakat menginginkan untuk dipindah tendanya dan lokasinya ada, kita siap membantu,” ujar Kasi Kedaruratan BPBD Kota Pekanbaru, Suhendri.
Salah seorang warga RT 08 RW 09 Jalan Pesisir Kecamatan Rumbai Jumiati mengaku banjir kali ini merupakan yang terparah selama beberapa tahun terakhir kerap melanda kawasan pesisir Sungai Siak.
Bahkan kini ketinggian air sudah mencapai dada orang dewasa sehingga banyak masyarakat yang memilih untuk mengungsi ke rumah keluarga terdekat daripada mengungsi di tenda yang sudah disiapkan. “Ini terparah sejak tahun 2020 sampai sekarang. Kemungkinan debit air akan semakin tinggi karena banyaknya air buangan dari PLTA Koto Panjang,” katanya.
Sementara itu, Camat Rumbai, Abdul Rahman menjelaskan banjir akibat luapan air Sungai Siak terus meluas dan belum terlihat adanya tanda akan surut. Akibatnya ribuan masyarakat di Kecamatan Rumbai dari empat kelurahan terdampak yakni Kelurahan Sri Meranti, Meranti Pandak, Palas, dan Umban Sari.
“Saat ini penanganan baru sebatas penyediaan tenda untuk pengungsi, penyediaan air bersih, dan makanan. Untuk dapur umum akan dibangun hari ini (kemarin, red). Penyediaan dapur umum ada di Dinas Sosial tapi kita terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait bencana alam ini,” katanya.
Tim Search and Rescue (SAR) turun ke lokasi banjir di Kelurahan Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai, Rabu (5/3). ‘‘Tim SAR Gabungan bersama masyarakat melakukan evakuasi terhadap tujuh warga di Jalan Pesisir, Gang Rumbio di Meranti Pandak, di mana empat di antaranya masih anak-anak,’’ ujar Budi Cahyadi, Kepala Kantor SAR Pekanbaru.
Pada prosesnya, ternyata masih ada warga lainnya yang perlu dievakuasi dari tiga tempat berbeda, masih di kawasan Pesisir Rumbai. Pada lokasi kedua ini, 12 orang dari 3 KK dievakuasi. Total Tim SAR mengevakuasi 19 orang di kawasan terdampak banjir ini.
Warga RW 02, Kelurahan Meranti Pandak, Juni Nirwana mengatakan, hingga saat ini belum ada bantuan yang turun dari pemerintah. Dirinya dan warga lainnya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan sembako, pengobatan atau makanan untuk berbuka puasa dan sahur. Karena warga untuk memasak sudah tidak memungkinkan lagi.
“Kemudian kami juga berharap bantuan air bersih dan dapur umum. Kemudian tenda pengungsian agar ditambah lagi. Karena kita gak tau apakah air bakalan naik lagi. Kami sudah tidak bisa bertahan dirumah lagi, jadi harus mengungsi,” ujarnya.
Banjir juga yang melanda Jalan Nelayan, RW 03, dan RW 02 Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru. Ketua Karang Taruna setempat, Piter Sikumbang mengungkapkan, kondisi banjir di wilayah saat ini sungguh miris. Pasalnya, banjir di kawasan tersebut merupakan yang terparah.
“Jalan Nelayan ini sebetulnya tanggul yang dialihfungsikan menjadi jalan. Sekarang sudah rendah sehingga air itu cepat untuk menyeberang seperti ini. Yang kami harapkan kepada pemerintah adalah tanggul sebetulnya. Jadi kami berharap kalau bisa tanggul ini cepat diaspal ulang atau ditinggikan,” ujarnya.
Dijelaskannya, kalau seandainya tanggul ini bagus maka 10 RW, ada lebih kurang sekitar 15 ribu KK di kawasan ini mungkin akan aman. “Makanya kami berharap agar Jalan Nelayan ini harus cepat diperbaiki. Dinaikkan tanggulnya lagi, paling tidak 30 cm. Insya allah kalau ini terealisasi maka permukiman aman,” sebutnya.
Ia mengungkapkan, ketinggalan air yang merendam permukiman warga sudah mencapai sekitar 1 meter lebih. “Banjir di sini sudah terjadi sejak empat hari. Kemudian malam terjadi kenaikan air dan air langsung menyeberang di badan jalan serta merendam permukiman warga. Ini akibat tanggulnya rendah,” jelasnya.
Di Kampar, Pondok Pesantren Tahfidz Darul Ulum di Desa Kubang Raya, Kabupaten Kampar terdampak banjir cukup parah. Bahkan Selasa (4/3) menjelang petang, pihak pengelola harus meminta bantuan ke SAR untuk mengevakuasi para santri.
Kepala Kantor SAR Pekanbaru Budi Cahyadi, mengatakan pihaknya baru menerima laporan pada pukul 17.25 WIB. ‘’Kami menurunkan 7 personel menuju lokasi kejadian. Sebanyak 60 santri berhasil kita evakuasi,’’ sebut Budi Cahyadi, Rabu (5/3).
Proses evakuasi sendiri penuh tantangan. Karena Tim SAR menghabiskan sebagian besar waktu evakuasi pada saat langit sudah gelap. ‘’Proses evakuasi berjalan dengan lancar dan keadaan aman dan terkendali,’’ sebut Budi Cahyadi.
Warga Buluh Cina Harapkan Bantuan Pemerintah
Banjir juga masih melanda Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar hingga Rabu (5/3/2025). Kepala Desa Buluh Cina Azrianto menjelaskan, banjir yang melanda Desa Buluh Cina sejak Jumat (28/2) sampai sekarang. Walaupun pihak PLTA Koto Panjang sudah mengurangi bukaan lima pintu pelimpahan setinggi 1 meter tetapi Desa Buluh Cina masih terdampak banjir.
‘’Banjir di Kampar Kiri juga surut tetapi di Buluh Cina masih banjir. Hari ini air banjir naik lagi sekitar 10 cm. Biasanya banjir di Desa Buluh Cina ini sampai berbulan-bulan,’’ jelas Azrianto, Rabu (5/3/2025).
Azrianto menyampaikan, warga Desa Buluh Cina sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi. Apalagi saat ini bulan Ramadan dan sampai sekarang warga belum menerima bantuan.
’’Akses jalan putus total. Sekarang warga menggunakan transportasi air seperti sampan, boat dan lainnya. Ada sekitar 488 KK yang terdampak banjir ini,’’ jelas Azrianto.
Kalaksa BPBD Kabupaten Kampar Agustar melalui Kepala Pusdalops Adi Candra Lukita menjelaskan, banjir masih melanda Desa Pulau Payung Kecamatan Rumbio Jaya. Sebanyak 208 unit rumah, 419 KK dan 1.200 jiwa yang terdampak banjir.
Fasilitas umum yakni masjid dan Stadion di Pulau Payung juga dilanda banjir. Ketinggian air berkisaran lebih kurang 50 cm sampai 70 cm. ’’Banjir masih melanda Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara. Sebanyak 132 unit rumah dan 262 KK yang terdampak banjir,’’ jelas Adi Candra.
Adi Candra menambahkan, banjir juga terjadi Desa Lubuk Siam Kecamatan Siak Hulu. Sebanyak 345 unit rumah, 588 KK dan 2.282 jiwa yang terdampak banjir. Banjir juga melanda Desa Pulau Rambai Kecamatan Kampar,’’ tegas Adi Candra.
Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu juga demikian, sebanyak 140 unit, 150 KK dan 631 jiwa yang terdampak banjir. ‘’Banjir juga melanda Desa Tanjung Balam, Kecamatan Siak Hulu. Sebanyak 230 unit rumah, 284 KK dan 1.042 jiwa terdampak banjir, dan 12 KK mengungsi,’’ jelas Adi Candra.
Namun, banjir di Desa Sungai Jalau, Desa Sendayan Kecamatan Kampar Utara, sudah surut. Kepala Desa Sungai Jalau Nirwan Amiruddin menjelaskan, banjir surat sejak Selasa (4/3) dini hari. Air sudah berada di bibir di Sungai Kampar. “Banjir sudah surut berhubung dikurangi pintu pelimpahan waduk PLTA Koto Panjang,” jelasnya.
Nirwan Amiruddin menjelaskan, saat ini warga sangat berharap bantuan dari pemerintah. ”Kami mengharapkan kepada masyarakat yang akan mendapatkan bantuan untuk tidak ribut. Sebanyak 154 unit rumah dan sekitar 600 jiwa warga yang terdampak banjir,” jelas Nirwan Amiruddin.
Banjir di Desa Sendayan Kecamatan Kampar Utara juga sudah surut. Hal ini diungkapkan Kades Sendayan Marlis. “Sebanyak 75 rumah warga dan sekitar 200 jiwa warga yang terdampak banjir di Desa Sendayan ini,” jelas Marlis.
Di Indragiri Hulu, banjir kiriman dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) mulai dirasakan warga di Kecamatan Peranap dan Kecamatan Batang Peranap, Rabu (5/3). Sungai Kuantan atau Indragiri mulai meluap sejak kemarin, namun belum ada warga yang mengungsi.
Hanya saja, ruas jalan Petar-Selunak (Jalan Elak) di Kecamatan Batang Peranap terendam dan tidak bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. “Wilayah yang terendam merupakan daerah rendah sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS),” ujar Kapolsek Peranap, Iptu Dodi Hajri SH, Rabu (5/3).
Menurutnya, akibat Jalan Elak terendam berdampak kepada sejumlah warga di beberapa desa di Kecamatan Batang Peranap. Namun demikian, untuk menghindari Jalan Elak yang terendam, bisa melewati Jalan Napal tetapi agak jauh.
Berdasarkan hasil pantauan, terdapat sebanyak empat desa mulai terdampak. Rata-rata ketinggian air 10 cm hingga 40 cm. Empat desa tersebut adalah Selunak, Pematang, Koto Tuo, dan Pematang Benteng. “Air Sungai Indragiri masih naik dari sebelumnya,” ungkapnya.
Selain itu, banjir juga merendam sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Peranap. Di antaranya, Desa Setako Raya, Desa Pauh Ranap, Desa Gumanti, Desa Ketipo Pura, dan Desa Semelinang Tebing.
Sementara itu, Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Inhu, Mulyadi S.Sos mengatakan, setidaknya sudah ada 11 desa di Inhu yang terdampak luapan air Sungai Indragiri. “Hasil pantauan tim, ada 11 desa di lima kecamatan yang terdampak banjir,” ucap Mulyadi.
Bonai Darussalam Berangsur Surut
Banjir yang merendam rumah penduduk dan ruas jalan provinsi Simpang Kumu-Kota Tengah-Sontang Batas Duri di sejumlah desa yang ada di Kecamatan Bonai Darussalam berangsur surut, Rabu (5/3). Namun akses kendaraan bermotor roda dua dan roda empat masih belum bisa melintasi genangan banjir di KM 267 / 268 Dusun Betung Desa Sontang Kecamatan Bonai Darussalam. Sebab ketinggian air masih mencapai sekitar 1 meter lebih.
Kapolres Rohul AKBP Budi Setiyono SIK MH melalui Kapolsek Bonai Darussalam Iptu Romi Yendri SH MH mengatakan, dari kegiatan patroli dan monitoring daerah rawan bencana banjir, Rabu (5/3), saat ini jumlah rumah penduduk yang terdampak banjir di tiga desa ada 299 kepala keluarga (KK).
‘’Untuk akses jalan lintas provinsi Simpang Kumu-Kota Tengah-Sontang batas Duri Kecamatan Mandau Bengkalis, belum bisa dilalui kendaraan roda 2 dan roda 4. Karena terhambat genangan banjir di Km 267 / 268 Dusun Betung Desa Sontang. Debit Air di Desa Kasang Mungkal dan Desa Sontang terpantau surut namun di Desa Kasang Padang debit air meningkat,’’ jelasnya.
Salurkan Logistik Dapur Umum
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Rohul, Rabu (5/3) siang menyalurkan bantuan logistik berupa sembako untuk kebutuhan dapur umum masyarakat desa yang terdampak banjir di Kecamatan Bonai Darussalam.
‘’Hari ini (kemarin), pemerintah daerah melalui Dinsos P3A Rohul menyalurkan bantuan logistik untuk dapur umum bagi masyarakat desa yang terdampak,’’ ungkap Plt Kadis Sosial P3A Rohul April Liayadi SE MSi, Rabu (5/3).
Di Pelalawan banjir akibat meluapnya debit air Sungai Kampar dampak pembukaan pintu pelimpahan atau spillway gate waduk PLTA Koto Panjang di Kampar kembali meluas. Bahkan, ketinggian genangan air yang merendam sejumlah badan jalan, terus mengalami peningkatan dari hari-hari sebelumnya.
Tidak hanya merendam dan memutus akses transportasi jalan darat, banjir juga telah memaksa Manajemen PT Riau Andalan Pulp and Papar (RAPP) untuk menghentikan sementara operasional ponton penyeberangan di Sungai Kampar Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan.
“Ya, sejak Selasa (4/3), aktivitas penyeberangan ponton di Langgam sudah stop operasi. Bahkan, jalan koridor juga ditutup untuk sementara waktu karena banjir semakin tinggi,” terang Kalaksa BPBD Pelalawan, Zulfan MSi, Rabu (5/3).
Di tempat terpisah, Corporate Communications Head PT RAPP, Aji Wihardandi membenarkan penghentian operasional penyeberangan ponton dan jalan koridor itu. “Kebijakan itu diambil akibat luapan air Sungai Kampar yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan pengguna jalan,” tuturnya.
Di tempat terpisah, Kapolsek Pangkalan Kerinci, AKP Tatit Rizkyan Hanafi SIK menambahkan di Kelurahan Pangkalankerinci Kota, terjadi kenaikan air setinggi menjadi 40 cm di wilayah Dusun Kualo. “Demikian juga dengan Jalintim Kilometer 73 mulai terendam air setinggi 3 cm,’’ ujarnya.
‘’Untuk wilayah Kelurahan Pangkalankerinci Barat masih aman dari genangan air. Sedangkan Kelurahan Pangkalankerinci Timur mulai tergenang banjir hingga 30 hingga 40 cm. Ada 50 rumah terdampak, tepatnya di Dusun Pulau Payung di bawah jembatan kembar Jalan Lintas Timur (Jalintim),” ungkapnya.
Status Siaga Bencana
Debit air Sungai Kuantan sudah surut, rumah-rumah warga yang tadi terendam tidak lagi terendam. Air sungai Kuantan pun berangsur-angsur mulai normal. Itu terlihat dari pantauan Riau Pos, Rabu (5/3) siang. Namun begitu, Pemkab Kuansing lewat BPBD belum mencabut status siaga bencana banjir yang diterapkan sejak awal Februari 2025.
Hingga sekarang, status siaga bencana masih diberlakukan. “Memang banjir Sungai Kuantan sudah surut, tapi status siaga bencana banjir masih kita berlakukan,” ungkap Kalaksa BPBD Kuansing, H Yulizar menjawab Riau Pos.(ayi/end/dof/end/epp/amn/kas/dac)