JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Perekonomian Indonesia tetap tumbuh di tengah dinamika perekonomian global yang mengalami tekanan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut stabilitas sektor jasa keuangan terjaga dengan baik, didukung tingkat permodalan dan likuditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga.
"Fungsi intermediasi lembaga jasa keuangan mengalami moderasi meski tetap sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Ritz Carlton Pasific Place Jakarta, Kamis (16/1).
Wimboh menjabarkan, laju kredit perbankan tumbuh 6,08 persen sepajang 2019 di tengah melemahnya permintaan komoditas global. Pertumbuhan kredit perbankan didominasi oleh bank BUKU IV yang tumbuh 7,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy), sedangkan BUKU III tumbuh 2,4 persen yoy, BUKU II tumbuh 8,4 persen yoy, dan BUKU I tumbuh 6,4 persen yoy.
Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh sektor konstruksi tumbuh 14,6 persen yoy dan rumah tangga tumbuh 14,6 persen yoy. Sejalan dengan itu, kredit investasi meningkat 13,2 persen yang menunjukkan potensi pertumbuhan sektor riil kedepan.
"Pertumbuhan kredit ini diikuti dengan profil risiko kredit yang terjaga," tuturnya.
Selain itu, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat rendah yaitu sebesar 2,5 persen atau net 1,2 persen. Capital Adequacy Ratio perbankan mencapai 23,3 persen, likuiditas yang cukup dengan LDR 93,6 persen, Net interest margin tercatat turun menjadi 4,9 persen, dari 5,1 persen di tahun 2018 dan rata-rata suku bunga kredit turun dari 10,8 persen di akhir 2018 menjadi 10,5 persen di akhir 2019.
"Dari data ini kami optimistis stabilitas sektor perbankan ke depan akan tetap terjaga meski pertumbuhan kredit masih berhati-hati dengan ruang likuiditas yang menyempit namun risiko kredit terjaga dengan baik," tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal