Sabtu, 23 November 2024
spot_img

“Ronaldo” dari Gaza Itu Harus Kubur Impian

YERUSSALEM (RIAUPOS.CO) – Osama Muhammad Abu Mustafa tak hanya kehilangan sepupu, bibi, serta pamannya. Buyung 13 tahun itu juga kehilangan kaki kiri dan impian untuk menjadi Cristiano Ronaldo berikutnya. “Saya sedang memainkan bola dan tiba-tiba misil jatuh,” katanya tentang serangan udara 3 Juli lalu kepada NBC yang menemui di rumahnya di Khan Younis.

Dari data yang dilansir Anadolu Agency, sekitar 1.000 anak-anak Gaza senasib dengan Osama. Serangan tiada henti Israel sejak 7 Oktober tahun lalu mengakibatkan mereka kehilangan satu atau kedua kaki. Kurang lebih 17.000 anak-anak di wilayah yang dikontrol Hamas itu tewas, ribuan juga kehilangan orang tua, luka-luka, dan terancam kanker toraks.

Angka-angka yang sungguh merobek hati. Osama dan ribuan anak-anak malang itu tak bertanggung jawab untuk serbuan Hamas ke Israel 7 Oktober lalu yang dijadikan alasan Israel melakukan genosida. Tapi, merekalah korban terbesarnya.

Baca Juga:  Sejumlah Kota di Saudi Dilanda Banjir

Di tengah serangan Israel, Gaza seharusnya tak menjadi tempat bagi anak-anak, kata James Elder, juru bicara Unicef, kepada NBC lewat sambungan telepon seperti dilansir kemarin (7/10). “Penderitaan yang mereka alami melampaui apa yang bisa kita bayangkan dan bom yang terus dijatuhkan meninggalkan luka yang bahkan lebih dalam ketimbang kerusakan fisik,” ujarnya.

Agustus lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu lagi-lagi mengambinghitamkan Hamas. “Kami menyesali tiap korban sipil yang jatuh. Tapi, Hamas-lah yang telah menjadikan anak-anak korban,” kata Netanyahu.

Dari sisi Hamas, mereka mengklaim serbuan ke Israel pada 7 Oktober 2023 adalah upaya terakhir melawan kejahatan negeri Zionis itu kepada warga Palestina. Termasuk penduduk Gaza yang selama berdekade-dekade hidup di bawah blokade Israel yang didukung Mesir.

Jeritan Anak-Anak Itu, Sebagai dokter, Ammar Darwish pernah bertugas di wilayah konflik seperti Ukraina, Yaman, dan Syria. Tapi, apa yang dia saksikan di Gaza sungguh tak terperikan. “Jeritan, kesakitan, dan penderitaan anak-anak, sungguh di luar imajinasi terliar Anda,” kata Darwish yang kini sudah balik ke Manchester, Inggris, setelah sebulan bertugas di Gaza, persisnya di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.

Baca Juga:  Inggris Masuk Jurang Resesi

Dia sangat mengkhawatirkan dampak psikologis jangka panjang terhadap anak-anak Gaza. “Tidak hanya generasi sekarang, tapi lebih kepada generasi yang akan datang,” ujarnya.

Seperti Osama yang kini lebih memilih mengurung diri dan menonton Captain Majid, serial animasi tentang pesepak bola yang bermimpi main di Piala Dunia. Itulah hiburannya kini. Sebab, impian untuk menjadi Ronaldo dan bermain di Piala Dunia lenyap sudah.(lyn/c19/ttg/jpg/muh)

Laporan JPG, Gaza

YERUSSALEM (RIAUPOS.CO) – Osama Muhammad Abu Mustafa tak hanya kehilangan sepupu, bibi, serta pamannya. Buyung 13 tahun itu juga kehilangan kaki kiri dan impian untuk menjadi Cristiano Ronaldo berikutnya. “Saya sedang memainkan bola dan tiba-tiba misil jatuh,” katanya tentang serangan udara 3 Juli lalu kepada NBC yang menemui di rumahnya di Khan Younis.

Dari data yang dilansir Anadolu Agency, sekitar 1.000 anak-anak Gaza senasib dengan Osama. Serangan tiada henti Israel sejak 7 Oktober tahun lalu mengakibatkan mereka kehilangan satu atau kedua kaki. Kurang lebih 17.000 anak-anak di wilayah yang dikontrol Hamas itu tewas, ribuan juga kehilangan orang tua, luka-luka, dan terancam kanker toraks.

- Advertisement -

Angka-angka yang sungguh merobek hati. Osama dan ribuan anak-anak malang itu tak bertanggung jawab untuk serbuan Hamas ke Israel 7 Oktober lalu yang dijadikan alasan Israel melakukan genosida. Tapi, merekalah korban terbesarnya.

Baca Juga:  Mesir Siapkan Penampungan untuk Pengungsi Palestina

Di tengah serangan Israel, Gaza seharusnya tak menjadi tempat bagi anak-anak, kata James Elder, juru bicara Unicef, kepada NBC lewat sambungan telepon seperti dilansir kemarin (7/10). “Penderitaan yang mereka alami melampaui apa yang bisa kita bayangkan dan bom yang terus dijatuhkan meninggalkan luka yang bahkan lebih dalam ketimbang kerusakan fisik,” ujarnya.

- Advertisement -

Agustus lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu lagi-lagi mengambinghitamkan Hamas. “Kami menyesali tiap korban sipil yang jatuh. Tapi, Hamas-lah yang telah menjadikan anak-anak korban,” kata Netanyahu.

Dari sisi Hamas, mereka mengklaim serbuan ke Israel pada 7 Oktober 2023 adalah upaya terakhir melawan kejahatan negeri Zionis itu kepada warga Palestina. Termasuk penduduk Gaza yang selama berdekade-dekade hidup di bawah blokade Israel yang didukung Mesir.

Jeritan Anak-Anak Itu, Sebagai dokter, Ammar Darwish pernah bertugas di wilayah konflik seperti Ukraina, Yaman, dan Syria. Tapi, apa yang dia saksikan di Gaza sungguh tak terperikan. “Jeritan, kesakitan, dan penderitaan anak-anak, sungguh di luar imajinasi terliar Anda,” kata Darwish yang kini sudah balik ke Manchester, Inggris, setelah sebulan bertugas di Gaza, persisnya di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.

Baca Juga:  Perundingan Israel-Hamas Berlanjut di Kairo

Dia sangat mengkhawatirkan dampak psikologis jangka panjang terhadap anak-anak Gaza. “Tidak hanya generasi sekarang, tapi lebih kepada generasi yang akan datang,” ujarnya.

Seperti Osama yang kini lebih memilih mengurung diri dan menonton Captain Majid, serial animasi tentang pesepak bola yang bermimpi main di Piala Dunia. Itulah hiburannya kini. Sebab, impian untuk menjadi Ronaldo dan bermain di Piala Dunia lenyap sudah.(lyn/c19/ttg/jpg/muh)

Laporan JPG, Gaza

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari