PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai mengancam Riau. Beberapa kabupaten/kota seperti Dumai, Siak, Pelalawan, dan Kepulauan Meranti sudah terjadi karhutla. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sebanyak 51 titik panas (hotspot) tersebar di Riau, Senin (18/3).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru Irwansyah Nasution mengatakan, titik panas di Riau tersebar di Pelalawan (32 titik), Bengkalis (4 titik), Rokan Hilir (4 titik), Dumai (3 titik), Indragiri Hulu (3 titik), Rokan Hulu (2 titik), Kampar (2 titik), dan Siak (1 titik). “Confidence tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan yaitu di Teluk Meranti,” ujarnya.
Irwansyah memaparkan, total ada 119 titik panas tersebar di wilayah Sumatera, Senin (18/3). (Redaksi meminta maaf atas kesalahan foto Irwansyah Nasution yang terbit pada Sabtu (16/3) lalu. Foto wajah yang betul sesuai terbitan hari ini). Selain di Riau, titik panas tersebar di Nanggroe Aceh Darussalam ada 7 titik, Bengkulu ada 14 titik, Jambi 6 titik, Sumatera Barat 9 titik, Sumatera Selatan 6, Sumatera Utara 19 titik, Kepulauan Riau 6, dan Bangka Belitung 1 titik.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal melalui Kabid Kedaturatan Jim Gafur mengatakan, menurut data yang mereka terima, baru tiga daerah yang melaporkan terjadi karhutla “Karhutla saat ini masih ada di Dumai, Siak dan Pelalawan. Untuk yang di Dumai itu lokasi yang sebelumnya terbakar juga,” katanya.
Sementara itu, demikian Jim, untuk lokasi karhutla di Siak saat ini sudah padam dan sedang dilakukan pendinginan. Sedangkan di Pelalawan karhutanya masih dilakukan pemadaman. “Kalau di Siak itu tinggal pendinginan karena sudah beberapa hari dipadamkan oleh tim gabungan,” ujarnya.
Bagaimana terkait bantuan helikopter? Disebutkan Jim pihaknya masih menunggu. “Kalau surat usulan bantuan helikopter sudah kami kirimkan saat ini tinggal menunggu dikirim. Karena pusat kan perlu proses pengadaan juga. Kemudian helikopter juga ada yang masih di pakai,” sebutnya.
Sedangkan untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), pihaknya mendapat informasi bahwa akan dilakukan akhir Maret. TMC menurutnya penting dilakukan untuk membuat hujan buatan. “Kalau TMC infonya akhir Maret ini akan dilakukan mengingat potensi awan juga masih ada. Jadi potensi hujan masih bisa terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, di Kepulauan Meranti karhutla terus meluas. Jika, Ahad (18/3) hanya terpantau satu titik di Desa Tanah Merah Kecamatan Rangsang Pesisir, Senin (18/3) bertambah menjadi 4 titik. Namun, Sekretaris BPBD Kepulauan Meranti Eko Setiawan mengatakan, masih fokus pendinginan Tanah Merah.
“Kami masih fokus pendinginan di Tanah Merah walaupun saat ini sudah ada tiga titik api muncul di Kepulauan Meranti yang saat ini ditanggulangi mandiri oleh masyarakat peduli api,” ujarnya, Senin (18/3).
Adapun tambahan tiga titik api tersebut berada di Desa Telesung Kecamatan Rangsang Pesisir, Desa Penyangun Kecamatan Rangsang, dan di Desa Sungai Tohor Kecamatan Tebingtinggi Timur. Namun, titik api yang berada di Desa Telesung Kecamatan Rangsang Pesisir sudah padam.
Pemadaman dilakukan MPA dan Perusahaan HTI yang berada tidak jauh dari lokasi. “Yang di Telesung sudah padam. Pemadaman dilakukan satgas gabungan mulai dari MPA dan perusahaan HTI di sana,” ujarnya.
Eko mengatakan, mereka berencana akan membagi tim menjadi tiga bagian. Langkah tersebut mulai dilaksanakan Selasa (18/3) untuk memperkuat regu pemadam di Desa Penyagun dan Desa Sungai Tohor. Sementara sebagian kecil akan tetap melakukan pendinginan di Desa Tanah Merah.
“Tanah Merah harus ada yang stand by. Proses pendinginan harus teliti dan jeli. Pastikan api di dasar gambut benar-benar padam, baru kita izinkan petugas tinggalkan lokasi. Tapi pendinginan hanya sebagian kecil saja. Sebagain besar di Sungai Tohor dan Penyagun,” ujarnya.
Dengan demikian, jumlah kumulatif kejadian karhutla yang menimpa wilayah Kepulauan Meranti sejak dari awal tahun hingga saat ini sebanyak 12 kejadian.Secara rinci 4 kejadian di Kecamatan Tebingtinggi, 5 Kejadian di Rangsang Pesisir, 1 di Rangsang, 1 Pulau Merbau, 1 lagi di Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Untuk kesiapan fasilitas peralatan personel, ia membeberkan tidak memiliki kendala. Apalagi tingkat desa sudah siaga MPA yang berkomitmen siap lakukan penanggulangan. Apalagi, MPA di daerah rawan seperti wilayah Rangsang dan Rangsang Pesisir.
“Begitupula komitmen perusahaan HTI siap lakukan penanggulangan di luar wilayah konsesi agar tetap aman. Selain itu, kami turut memperkuat tim sosialisasi agar tidak ada masyarakat yang melaksanakan aktiviats yang memicu kebakarann,” ujarnya.
Di Pelalawan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan memiliki komitmen yang tinggi untuk melakukan pengelolaan potensi sumberdaya alam, termasuk ekosistem gambut secara seimbang dan berkelanjutan.
“Jika terjadi kebakaran di lahan gambut, maka yang selalu menjadi isu penting sering terjadi saat musim kemarau. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan secara lebih komprehensif dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan,’’ ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pelalawan Eko Novitra.
“Untuk itu, Pemkab Pelalawan memiliki komitmen yang tinggi untuk melakukan pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan. Sehingga dengan demikian, maka kedepannya ancaman bencana seperti Karhutla dapat diminimalisir dan tidak terjadi kembali di negeri tercinta Kabupaten Pelalawan ini,” tambahbnya.
Pekanbaru Belum Tetapkan Status Siaga Darurat
Hingga pertengahan Maret 2024 ini Kota Pekanbaru masih belum menentukan status siaga darurat terkait karhutla. Padahal, sejumlah daerah di Riau sudah menetapkan status tersebut guna mengantisipasi terjadinya lonjakan titik panas selama musim kemarau.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Pekanbaru Zarman Candra mengatakan pihaknya memang belum menetapkan status siaga darurat lantaran Kota Pekanbaru masih zero fire. Apalagi Pekanbaru baru mengakhiri status siaga darurat banjir pada akhir Februari 2024 lalu.
“Untuk di Pekanbaru belum ada kejadian kebakaran sehingga masih zero fire. Sampai saat ini kita belum berencana menetapkan status siaga darurat karhutla. Kami juga baru cabut status siaga darurat banjir,” katanya.
Lanjut Zarman, kondisi cuaca Kota Pekanbaru saat ini sudah memasuki musim panas. Namun beberapa hari sempat diwarnai kondisi ekstrem di mana hujan yang beberapa kali mengguyur dengan intensitas kecil dan sedang di sejumlah wilayah.
Meskipun begitu, Tim BPBD Kota Pekanbaru di lapangan tetap melakukan upaya pencegahan kebakaran lahan dengan sosialisasi ke masyarakat di wilayah rawan kebakaran. Pihaknya juga melakukan langkah antisipasi dengan mengimbau masyarakat agar masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar.
“Sosialisasi akan terus dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya karhutla di musim pancaroba ini. Jika memang sudah ada titik panas dan diharuskan untuk menetapkan status siaga darurat maka kami akan mencoba berkoordinasi dengan Pj Wali Kota Pekanbaru dan sejumlah pihak terkait lainnya,” katanya.
Sementara itu, Forecaster On Duty BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru Mia V mengatakan kondisi cuaca di Riau sejak pagi hari terpantau berawan dengan potensi hujan intensitas ringan hingga sedang. Ini diperakirakan terjadi di sebagian wilayah Kampar, Siak, Kuantan Singingi, dan Pekanbaru.
Siang hingga sore hari cerah berawan. Namun, malam hingga dini hari udara kabur berawan dengan potensi hujan intensitas ringan hingga sedang. Ini diperakirakan terjadi di sebagian wilayah Kuantan Singingi, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, dan Indragiri Hulu. Suhu udara berkisar 22.0 – 33.0 °C, kelembapan udara 50- 99 %.(ayi/sol/wir/amn).
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru