RIAUPOS.CO – GEMPA berkekuatan magnitudo 7,4 SR mengguncang Taiwan, Rabu (3/4) pagi. Badan Cuaca Pusat Taiwan melaporkan gempa terjadi pada pukul 07.58 pagi dengan pusatnya berada pada kedalaman 15,5 km di lepas pantai Timur Taiwan.
Sejumlah gedung di jalanan Taiwan ambruk, banyak di antaranya juga miring hingga hampir rata dengan tanah. Taiwan pun memiliki salah satu ikon gedung pencakar langit yaitu Taipei 101. Video yang tersebar di berbagai media juga memperlihatkan gedung setinggi 508 meter itu bergoyang kala gempa menghantam.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), gempa tersebut terasa di seluruh Taiwan, dengan lebih dari 100 gempa susulan mengguncang pulau berpenduduk sekitar 23 juta jiwa tersebut. Pusat gempa berada di wilayah Hualien bagian timur. Itu adalah wilayah pegunungan yang terkenal dengan jalan setapak dan pemandangan lautnya yang indah.
Setidaknya sembilan orang tewas dalam gempa tersebut (seluruhnya di Hualien), dengan tiga orang tewas di jalur pendakian dan dua orang tertimpa batu besar akibat tanah longsor di dalam kendaraan mereka. Lebih dari 900 orang terluka di seluruh Taiwan. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat masih banyak warga yang disebut terjebak di dalam bangunan yang runtuh.
Departemen Pemadam Kebakaran Nasional Taiwan (NFA) menyebut otoritas Taiwan masih mengumpulkan informasi lebih banyak soal detail korban. NFA dan Pusat Komando Darurat Pusat (CEOC) Taiwan menyebut sedikitnya 26 gedung atau bangunan dalam kondisi miring atau ambruk usai gempa mengguncang. Sekitar 15 bangunan yang ambruk, menurut CEOC, berada di distrik Hualien.
Taiwan cukup terbiasa dengan gempa bumi. Itu disebabkan karena pulau ini terletak di dekat pertemuan dua lempeng tektonik.
Alhasil, bangunan-bangunan di kota-kota besar pun dibuat tahan terhadap guncangan yang kuat. Meskipun terdapat gedung-gedung tinggi di ibu kota Taipei, masyarakat cenderung lebih memilih untuk tinggal di bangunan yang tingginya kurang dari 10 lantai. ’’Gempa ini bagai sebuah gunung yang runtuh,’’ jelas Liu, salah seorang warga, kepada AFP. Liu tinggal di samping sebuah bangunan yang berusia sekitar 60 tahun yang dulunya pernah menjadi tempat mesin cetak. Kemarin, bangunan itu telah rata dengan tanah.
Pernyataan Liu bukanlah isapan jempol semata. Gempa dahsyat yang terjadi kemarin merupakan gempa bumi terkuat dalam 25 tahun terakhir.
Di Kota New Taipei, Walikota Hou Yu-ih mengamati lokasi runtuhnya mesin cetak itu bersama petugas penyelamat. Kepada wartawan, Yu-ih menyebut 57 orang di dalam gedung berhasil selamat. ’’Satu orang terluka,’’ jelasnya. Beberapa warga setempat menyebut ketakutan karena gempa berlangsung lama.
Sejumlah negara tetangga ikut mengeluarkan peringatan evakuasi, seperti di wilayah pesisir selatan Prefektur Okinawa, Jepang. Saking dahsayatnya, gempa di Okinawa juga memicu sejumlah gelombang tsunami kecil di selatan Prefektur Okinawa.
Selain itu, Seismologi Filipina juga mengeluarkan peringatan bagi warga di wilayah pesisirnya. Lembaga itu mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Media pemerintah Cina juga menyatakan gempa terasa di negaranya. Termasuk di Fuzhou, Xiamen, Quanzhou dan Ningde di Provinsi Fujian Cina.
Sementara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut mendeteksi gempa bumi yang terjadi di Taiwan. Gempa tersebut tidak berdampak serius terhadap Indonesia.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, berdasarkan hasil pemodelan tsunami dan analisis yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Gempabumi Taiwan ini menimbulkan tsunami kecil di laut Taiwan dan sekitarnya. Tapi, tidak berdampak signifikan hingga di wilayah Indonesia. ‘’Tidak sampai ke Indonesia,’’ terangnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengungkapkan, telah berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei terkait kondisi WNI pasca gempa yang mengguncang Hualien, Taiwan. Hingga saat ini, dilaporkan tak ada WNI yang menjadi korban gempa bumi Taiwan maupun yang ada di Prefektur Okinawa, Jepang.
Sebagai informasi, gempa tersebut dirasakan di beberapa wilayah. Terutama di Okinawa, Jepang hingga akhirnya memicu peringatan tsunami. ‘’Kami sudah menjalin komunikasi dengan komunitas dan simpul-simpul masyarakat Indonesia di Okinawa dan di sekitar Hualien. Tidak ada info mengenai korban WNI,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha dalam temu media, di Jakarta, kemarin.
Kendati demikian, Kemenlu terus berkoordinasi dengan otorita setempat dan memonitor informasi yang disampaikan otoritas setempat untuk mengetahui kondisi WNI. Tercatat, jumlah WNI total di Taiwan mencapai 284.751 orang. Di mana, jumlah sebanyak 3340 WNI di wilayah pusat gempa di Hualien, Taiwan. Mereka mayoritas merupakan pekerja migrant Indonesia (PMI). Sementara, dari data lapor KBRI Tokyo, terdapat 1854 WNI berada di Okinawa, Jepang. Sebagian besar merupakan ABK, peserta magang, dan PMI skilled workers.”Sejauh ini, KBRI Tokyo dan KDEI Taipei sudah menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk hati-hati terhadap kemungkinan gempa susulan,” tuturnya.
Bagi WNI yang mengalami masalah dan membutuhkan bantuan disarankan untuk menghubungi hotline di +818035068612 atau +818049407419 untuk KBRI Tokyo. Kemudian, hotline KDEI Taipei +88690132000 dan +886987587000.
Hingga Rabu, pukul 17.00 waktu Taiwan, jumlah korban diketahui mencapai 800 orang. Sementara, di Jepang tidak ada laporan korban hingga akhirnya peringatan tsunami dicabut. ‘’9 orang dilaporkan meninggal dunia, terdiri dari 7 WN Taiwan dan 2 WN asing tapi belum diketahui identitasnya,’’ jelasnya. (dee/idr/mia/esi)
Laporan JPG, New Taipei