Kamis, 21 November 2024

Malu Menjadi Budaya

- Advertisement -

Malu terhadap diri kita sendiri, malu kepada; keluarga dan anak cucu, malu terhadap masyarakat, malu terhadap bangsa dan negara, tetapi yang paling penting kita harus malu kepada Allah.

Tulisan ini membuat kita berpikir secara mendalam, budaya menjadi malu atau malu menjadi budaya; yang pasti malu merupakan rem (menahan) batin dan sekaligus cambuk untuk meningkatkan prestasi.

- Advertisement -

Lihatlah diri kita terlebih dahulu; otak yang bisa berpikir, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, hati yang bisa merasa, dan seluruh tubuh kita dari ujung rambut sampai ujung kaki, Subhanallah Maha Suci Allah, sungguh canggih makhluk ciptaan Allah yang bernama manusia ini.

Pastinya Allah ciptakan bumi dan langit, manusia dan segala isinya dengan tujuan yang benar. Tetapi manusialah yang sering menentang kebenaran bahkan menolak kebenaran. Sebab ukuran kebenaran menurut kepentingannya, dirinya, dan kelompoknya masing-masing, disebabkan oleh sebagian kita belum yakin sepenuhnya bahwa kebenaran yang sebenarnya itu datang dari Allah.

Lalu, tidak malukah kita terhadap diri sendiri? yang belum bisa berbuat baik minimal mengatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar sebab salah satu inti dari ajaran agama kita yaitu ihsan (berbuat kebaikan). Inilah tujuan dari hidup kita dan inilah yang dinamakan ibadah. Apapun aktivitas kita di dunia ini kalau diniatkan beribadah kepada Allah di lingkungan manapun kita berada di tengah-tengah keluarga, di tengah –tengah masyarakat bahkan di tengah-tengah bernegara, pasti orang lain akan merasa aman nyaman dan terlindungi. Inilah yang dinamakan ajaran Islam rahmatan lil alamin.

- Advertisement -

Kita harus malu dicap oleh Allah sebagai orang-orang, atau manusia pendosa, yang sangat berpihak pada kejahatan, pembohong, sombong, korupsi, congkak, tamak, rakus, tidak menjaga kehormatan, pendengki, rasis, penyebar kebencian, manusia seperti inilah yang tidak mengerti dengan rambu-rambu (batas-batas atau ajaran agama yang telah ditetapkan Allah). Manusia seperti inilah penebar kekacauan bahkan teror, yang membuat lingkungan tidak aman, bahkan dunia bisa tidak aman dibuatnya. Perbuatan seperti inilah penyimpangan yang luar biasa dari makhluk yang bernama manusia akibat dari mengikuti langkah-langkah setan yang hawa nafsunya sudah menjadi panutan, kehancuran di dunia dan pasti dapat azab yang pedih di akhirat.

Baca Juga:  Pilkada 2020: Saling Klaim Dukungan

Sebagai evaluasi dan koreksi, mari kita mundur selangkah; baik buruk yang kita jalani secara berbangsa. Tentu ini sangat penting yang buruk mari kita tinggalkan dan kita perbaiki yang baik mari kita kembangkan secara terus menerus untuk lebih baik lagi. Itulah tugas-tugas kita ke depan, tetapi yang lebih penting mari kita menadah ke langit supaya Allah menunjukkan kita jalan yang lurus; yaitu jalan yang diridoi, bukan jalan yang dimurkainya apalagi jalan yang sesat yang terhina.

Pembaca yang beriman dalam agama kita Islam, setiap diri ini adalah pemimpin, pemimpin dalam arti yang sebenarnya menerima segala bentuk kebenaran dan menolak tegas segala bentuk kejahatan, sekaligus mendidik dan mengarahkan ke tujuan yang benar, tentu saja dimulai dari diri sendiri, baik kita sebagai pemimpin keluarga, pemimpin umat, pemimpin masyarakat, yang seharusnya bisa diteladani untuk anak cucu dan generasi penerus, inilah pemimpin yang bisa diteladani di segala sektor yang diharapkan.

Kita seharusnya bertanya secara mendalam kepada diri kita masing-masing; mampukah kita menjadi manusia teladan yang baik dimanapun posisi kita? kenapa pertanyaan ini perlu kita ajukan? karena keteladanan sangat sulit kita dapatkan saat ini, apa yang salah dengan diri kita sehingga tidak bisa diteladani?

Sepertinya keteladanan itu terletak kepada kejernihan pikiran, kebersihan hati, dan keikhlasan dalam segala perbuatan; dan gigih dalam menegakkan keadilan yang bisa dirasakan oleh seluruh rakyat. Di sinilah letaknya manusia yang bernilai. Kita harus bernilai dipandangan Allah, merawat selalu hubungan yang baik dengannya kita harus tahu dengan perintah dan larangan Allah, perintahnya kita taati, larangannya kita hentikan dan kita takuti, kita juga bernilai dari pandangan manusia yaitu menjaga hubungan baik dengan siapapun rasanya inilah yang bisa dikatakan dengan manusia teladan sekaligus pemimpin yang teladan.

Baca Juga:  Pelihara Kewarasan di Tengah Wabah Covid-19

Sebagai pengingat, Gurindam 12 pasal yang keempat: Hati kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggota pun roboh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.

Supaya malu bisa menjadi budaya mari kita renungkan ayat Allah di bawah ini, artinya: “Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Al Jumu’ah : 8).

Supaya kita tidak malu di dunia dan tidak menyesal di akhirat jadilah orang-orang yang cerdas. Syarat utama untuk menjadi orang-orang yang cerdas yaitu banyak-banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan baik, dengan banyak mengingat mati, pikiran kita, perasaan kita, pasti menuju kepada langkah-langkah kebaikan dan kebenaran

Mati bukan suatu “musibah” melainkan pelajaran penting bagi yang masih hidup, untuk bisa berbuat lebih arif dan bijak sebab setiap kita harus merindukan surga, rezeki yang paling mulia itu adalah surga, dan kita harus merindukan wajah Allah dan inilah puncak kenikmatan dari surga.***

Malu terhadap diri kita sendiri, malu kepada; keluarga dan anak cucu, malu terhadap masyarakat, malu terhadap bangsa dan negara, tetapi yang paling penting kita harus malu kepada Allah.

Tulisan ini membuat kita berpikir secara mendalam, budaya menjadi malu atau malu menjadi budaya; yang pasti malu merupakan rem (menahan) batin dan sekaligus cambuk untuk meningkatkan prestasi.

- Advertisement -

Lihatlah diri kita terlebih dahulu; otak yang bisa berpikir, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, hati yang bisa merasa, dan seluruh tubuh kita dari ujung rambut sampai ujung kaki, Subhanallah Maha Suci Allah, sungguh canggih makhluk ciptaan Allah yang bernama manusia ini.

Pastinya Allah ciptakan bumi dan langit, manusia dan segala isinya dengan tujuan yang benar. Tetapi manusialah yang sering menentang kebenaran bahkan menolak kebenaran. Sebab ukuran kebenaran menurut kepentingannya, dirinya, dan kelompoknya masing-masing, disebabkan oleh sebagian kita belum yakin sepenuhnya bahwa kebenaran yang sebenarnya itu datang dari Allah.

- Advertisement -

Lalu, tidak malukah kita terhadap diri sendiri? yang belum bisa berbuat baik minimal mengatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar sebab salah satu inti dari ajaran agama kita yaitu ihsan (berbuat kebaikan). Inilah tujuan dari hidup kita dan inilah yang dinamakan ibadah. Apapun aktivitas kita di dunia ini kalau diniatkan beribadah kepada Allah di lingkungan manapun kita berada di tengah-tengah keluarga, di tengah –tengah masyarakat bahkan di tengah-tengah bernegara, pasti orang lain akan merasa aman nyaman dan terlindungi. Inilah yang dinamakan ajaran Islam rahmatan lil alamin.

Kita harus malu dicap oleh Allah sebagai orang-orang, atau manusia pendosa, yang sangat berpihak pada kejahatan, pembohong, sombong, korupsi, congkak, tamak, rakus, tidak menjaga kehormatan, pendengki, rasis, penyebar kebencian, manusia seperti inilah yang tidak mengerti dengan rambu-rambu (batas-batas atau ajaran agama yang telah ditetapkan Allah). Manusia seperti inilah penebar kekacauan bahkan teror, yang membuat lingkungan tidak aman, bahkan dunia bisa tidak aman dibuatnya. Perbuatan seperti inilah penyimpangan yang luar biasa dari makhluk yang bernama manusia akibat dari mengikuti langkah-langkah setan yang hawa nafsunya sudah menjadi panutan, kehancuran di dunia dan pasti dapat azab yang pedih di akhirat.

Baca Juga:  Membuka Hati Pemimpin

Sebagai evaluasi dan koreksi, mari kita mundur selangkah; baik buruk yang kita jalani secara berbangsa. Tentu ini sangat penting yang buruk mari kita tinggalkan dan kita perbaiki yang baik mari kita kembangkan secara terus menerus untuk lebih baik lagi. Itulah tugas-tugas kita ke depan, tetapi yang lebih penting mari kita menadah ke langit supaya Allah menunjukkan kita jalan yang lurus; yaitu jalan yang diridoi, bukan jalan yang dimurkainya apalagi jalan yang sesat yang terhina.

Pembaca yang beriman dalam agama kita Islam, setiap diri ini adalah pemimpin, pemimpin dalam arti yang sebenarnya menerima segala bentuk kebenaran dan menolak tegas segala bentuk kejahatan, sekaligus mendidik dan mengarahkan ke tujuan yang benar, tentu saja dimulai dari diri sendiri, baik kita sebagai pemimpin keluarga, pemimpin umat, pemimpin masyarakat, yang seharusnya bisa diteladani untuk anak cucu dan generasi penerus, inilah pemimpin yang bisa diteladani di segala sektor yang diharapkan.

Kita seharusnya bertanya secara mendalam kepada diri kita masing-masing; mampukah kita menjadi manusia teladan yang baik dimanapun posisi kita? kenapa pertanyaan ini perlu kita ajukan? karena keteladanan sangat sulit kita dapatkan saat ini, apa yang salah dengan diri kita sehingga tidak bisa diteladani?

Sepertinya keteladanan itu terletak kepada kejernihan pikiran, kebersihan hati, dan keikhlasan dalam segala perbuatan; dan gigih dalam menegakkan keadilan yang bisa dirasakan oleh seluruh rakyat. Di sinilah letaknya manusia yang bernilai. Kita harus bernilai dipandangan Allah, merawat selalu hubungan yang baik dengannya kita harus tahu dengan perintah dan larangan Allah, perintahnya kita taati, larangannya kita hentikan dan kita takuti, kita juga bernilai dari pandangan manusia yaitu menjaga hubungan baik dengan siapapun rasanya inilah yang bisa dikatakan dengan manusia teladan sekaligus pemimpin yang teladan.

Baca Juga:  [SALAH]: “FIFA Batalkan Kemenangan Qatar atas Indonesia di AFC”

Sebagai pengingat, Gurindam 12 pasal yang keempat: Hati kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggota pun roboh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.

Supaya malu bisa menjadi budaya mari kita renungkan ayat Allah di bawah ini, artinya: “Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Al Jumu’ah : 8).

Supaya kita tidak malu di dunia dan tidak menyesal di akhirat jadilah orang-orang yang cerdas. Syarat utama untuk menjadi orang-orang yang cerdas yaitu banyak-banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan baik, dengan banyak mengingat mati, pikiran kita, perasaan kita, pasti menuju kepada langkah-langkah kebaikan dan kebenaran

Mati bukan suatu “musibah” melainkan pelajaran penting bagi yang masih hidup, untuk bisa berbuat lebih arif dan bijak sebab setiap kita harus merindukan surga, rezeki yang paling mulia itu adalah surga, dan kita harus merindukan wajah Allah dan inilah puncak kenikmatan dari surga.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari