Ketua KPKR, Aprianda, mengatakan, Makrab dan kompetensi konservasi itu penting dilaksanakan. Selain untuk menyamakan persepsi, pandangan, visi dan misi sebagai pengurus komunitas yang baru dibentuk beberapa bulan lalu, juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang konservasi sebagai bekal diri. Dari 26 pengurus, yang berkesempatan hadir sebanyak 15 orang.
’’Kami yang bergabung dalam KPKR ini sedang proses belajar, belajar berkomunitas, belajar konservasi. Kenapa konservasi jadi pilihan, karena saat bertemu kami seide dan memiliki keinginan yang sama untuk menjadi bagian dalam konservasi dan lingkungan. Makrab dan kompetenai konservasi ini kami buat dengan harapan agar ke depan bisa lebih baik lagi, bisa bersama-sama memahami lagi untuk apa dan mengapa harus konservasi dan bersikap konservatif. Makanya, kami mengajak kakak-kakak senior di bidang lingkungan dan konservasi ini untuk berbagi ilmu dengan kami dalam diskusi ringan, ’’ kata pemuda asli Pekanbaru yang akrab disapa Nanda ini.
Pembicara yang dihadirkan dalam diskusi tersebut yakni, Kepala Resort TWA Buluhcina Hendri, Owner Roemah Petoealank Andre Rafley, Koordinator Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) Riau Asmet Chaniago dan Human Wildlife Conflict Mitigation Specialist WWF Indonesia Zul Fahmi. Masing-masing mereka berbicara tentang pentingnya konservasi dan menjaga alam untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.
’’Melihat adek-adek yang bersemangat belajar konservasi dan lingkungan ini, saya pun jadi semangat dan sangat senang. Saya memang bicara soal ekowisata karena hal ini tidak lepas dari konservasi. Tanpa konservasi yang baik, eko wisata di suatu tempat tidak akan berjalan dengan baik. Konservasi itu sangat luas artinya. Bukan hanya menjaga lingkungan sebagai kawasan konservasi, tapi diri kita yang justru harus bersikap konservatif dimana pun berada. Lingkungan bersih, turut menyosialisasikan bagaimana pentingnya menjaga hutan, sampai ikut aksi seperti penanaman dan lainnya. Itu semua sikap konservatif,’’ ujar Koordinator LPE Riau, Asmet Chaniago usai diskusi.
Hal lain tentang konservasi juga disampaikan sedemikian rupa oleh pembicara lainnya, Andre Rafley yang berbicara tentang monteneering dan konservasi serta Zul Fahmi tentang konflik manusia dan satwa liar serta hubungannya dengan konservasi. Hendri selaku Kepala Resort TWA Buluhcina yang berada di Wilayah II BBKSDA Riau, juga mengaku senang menjadi salah satu pembicara dan menyambut baik kegiatan tersebut.
’’Semakin banyak kegiatan lingkungan di TWA ini, semakin bagus. Manfaatkan tempat ini untuk kegiatan-kegiatan lingkungan, yang penting jalin komunikasi. Nah, kegiatan seperti Makrab yang diwarnai dengan diskusi ini sangat menarik. Pas alamnya dan semakin mendekatkan diri kita dengan konservasi,’’ kata Hendri.
Selain diskusi tentang konservasi, seluruh pengurus KPKR yang hadir juga mengikuti prosesi penanaman pohon yang dilaksanakan Keluarga Notariat Gadjah Mada kersama dengan BBKSDA Riau Ahad siang, serta menyusuri Sungai Kampar hingga Danau Pinang Luar dan Pinang Dalam.