SURABAYA (RIAUPOS.CO) — Potensi pasar perkantoran masih terbuka lebar di Surabaya. Khususnya kawasan Surabaya Barat. Apalagi, pemerintah terus berusaha menggenjot investasi dalam negeri lewat berbagai insentif proproperti.
Presiden Direktur Satoria Group Alim Satria mengatakan bahwa potensi pasar properti semakin terbuka. Stabilitas politik dan kebijakan pemerintah bisa menarik minat investor asing.
"Setelah kabinet terbentuk, properti sudah picking up. Banyak investor yang masuk seperti dari AS (Amerika Serikat) sampai Korea Selatan (Korsel)," ujarnya, kemarin (6/12).
Menurut Alim, upaya pemerintah menarik minat investor asing sudah tepat. Kebijakan serupa diterapkan di Tiongkok selama puluhan tahun.
"Jadi, ekonomi Tiongkok bisa maju karena tiga poin. Selain investasi, memperhatikan konsumsi domestik dan menggenjot ekspor," ungkapnya.
Dengan strategi itu, dia berharap GDP Indonesia bisa tumbuh 6 persen. Jika investasi asing di dalam negeri bertambah, kebutuhan terhadap perkantoran meningkat. Karena itu, Satoria Tower hadir. Belum lama ini Alim meneken pengikatan jual beli dengan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk.
"Mereka memborong tiga lantai untuk dijadikan kantor utama BNI wilayah Surabaya Barat," paparnya.
Hingga kini, penjualan Satoria Tower sudah mencapai 60 persen dari total 20.000 meter persegi luas ruang perkantoran yang ditawarkan. Perusahaan yakin penjualan akan meningkat seiring rampungnya pembangunan.
"Apalagi yang kami tawarkan premium office yang sangat fleksibel. Mulai luas 36 meter persegi sampai 1.300 meter persegi," tambah Direktur Marketing Satoria Tower Ivi Santoso.
Selain korporasi besar, Satoria Tower membidik para pengusaha start-up. Bidang usaha yang disasar juga beragam. "Sejauh ini yang sudah beli bidang usahanya bermacam-macam. Dokter, notaris, pelayaran. Luasan office yang dibutuhkan juga bervariasi sesuai keperluan," paparnya.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi