Jumat, 20 September 2024

Fakta Baru, Bali Jadi Target Selanjutnya

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Densus 88 Antiteror menemukan fakta baru terkait Rabbial Muslim Nasution (RMN), 24, pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Dia diduga terpapar paham radikal dari istrinya yang berinisial DA. Hasil penelusuran polisi, DA ternyata intens mengunjungi narapidana teroris (napiter) di Lapas Wanita Kelas II Medan.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan, DA telah diamankan pada Rabu malam (13/11). Dalam pemeriksaan diketahui bahwa DA lebih dulu terpapar paham radikal dibanding suaminya. ”DA ini yang diduga membuat suaminya memiliki paham radikal,” ungkapnya.

Petugas juga menggeledah rumah DA. Namun, belum ditemukan adanya bahan peledak. Hanya ada senjata tajam dan sejumlah buku catatan. ”Dari penyelidikan Densus 88 Antiteror, diketahui DA sangat aktif di media sosial,” paparnya. Dari komunikasi di media sosial itu, petugas mencium adanya rencana teror di Bali. Beruntung, rencana tersebut berhasil diendus dan digagalkan. Namun, polisi masih mencari siapa eksekutor dan lokasi target.

Peran DA bukan hanya itu. Densus juga mendeteksi aktivitas DA yang intens berkunjung ke Lapas Wanita Kelas II Medan. Berdasar hasil pemeriksaan, DA sering mengunjungi napiter berinisial I. Dia menjelaskan, densus masih mencari bukti terkait jaringan pelaku bom bunuh diri itu. Apakah memang pelaku ini lone wolf atau terhubung dengan kelompok teroris. ”Hubungan pastinya masih dikaji,” terangnya.

- Advertisement -

Hingga kemarin, jenis dan perakit bom yang meledak di Mapolrestabes Medan belum diketahui. Dedi mengakui daya ledaknya lumayan besar. Namun, belum bisa dipastikan apakah bom tersebut masuk kategori high atau low explosive. ”Tunggu dari labfor,” katanya.

Hingga kemarin, jumlah terduga teroris yang ditangkap bertambah dari delapan menjadi sepuluh orang. Yakni, lima orang di Riau, tiga orang di Banten, satu orang di Bekasi, dan satu orang di Jawa Tengah. ”Masih diteliti hubungannya dengan aksi di Medan,” ungkapnya.

- Advertisement -

Sumut Pos menelusuri napiter berinisial I yang disebutkan sering dikunjungi DA. Hasil pencarian mengarah kepada IPS alias I alias TS alias SBS, 38. Dia adalah satu-satunya napiter di Medan. I ditangkap terkait rencana bom bunuh diri di Istana Negara pada 2016. Dia bahkan disebut sudah disiapkan sebagai calon eksekutor atau ”pengantin” dalam rencana bom bunuh diri di Bali. Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur pada 2017 menghukum I dengan pidana penjara 4 tahun dan denda Rp 50 juta subsider 2 bulan kurungan.

Baca Juga:  Nyambi Jadi Pengedar Sabu, Sopir Ekspedisi di Rohil Diamankan Polisi

Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta Surta Duma Sihombing membenarkan bahwa I adalah warga binaan mereka. ”Orangnya ada (di Lapas Kelas II-A Tanjung Gusta), tapi nggak boleh juga kami ngomong atau infokan apa pun juga, harus densus,” sebut Surta. Disinggung komunikasi antara DA dengan I, Surta enggan memberikan penjelasan detail. Dia meminta wartawan menanyakan langsung ke densus. ”Dia di bawah naungan densus. Nggak bisa kami ngomong,” tutur Surta. Kenapa I menjalani hukuman di Medan? Surta menyatakan, I dipindahkan dari Rutan Mako Brimob, Depok, setelah ada kerusuhan di rutan tersebut beberapa tahun lalu.

Penggeledahan

Densus bersama Polda Sumatera Utara menemukan rumah jaringan atau teman RMN alias Dedek di Jalan Serdang, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (13/11) pukul 16.00 WIB. Pantauan Sumut Pos, petugas langsung menggeledah rumah yang dihuni Abu Salman Alfarisi dan Fahmi itu. Selama proses olah tempat kejadian perkara (TKP) berlangsung, petugas mengamankan DA tidak jauh dari lokasi penggeledahan. Petugas juga mengamankan seorang perempuan bersama dua anak yang diketahui istri Fahmi. Kedua perempuan bercadar bersama dua anak itu dibawa ke Mapolres Pelabuhan Belawan.

”Dia (DA) itu adik ipar Salman Alfarisi,” ucap warga yang ditemui Sumut Pos di lokasi. Penggeledahan berlangsung sampai pukul 23.00 WIB. Petugas berhasil mengamankan sejumlah barang yang dicurigai sebagai bahan perakit bom. Yakni, sembilan pipa bulat, tas kulit berwarna cokelat, HP android, dan bungkusan berbalut putih.

Sementara itu, Abu Salman Alfarisi bersama istrinya, Wulandari, serta Fahmi tidak ditemukan di dalam rumah. Mereka dikabarkan menghilang sebelum penggeledahan.

Baca Juga:  Ajak Mahasiswa Jangan Turun ke Jalan, Jokowi Minta Menristekdikti

Olah TKP kembali dilanjutkan Tim Inafis Polda Sumut pada Kamis (14/11) pukul 15.00 WIB. Petugas kembali memeriksa seluruh barang yang ada di rumah tersebut. Petugas kembali mengamankan sejumlah barang mencurigakan. Hingga berita ini ditulis, tidak ada keterangan resmi dari petugas di lapangan.

Penggeledahan itu mengagetkan warga sekitar rumah tempat tinggal Salman-Fahmi. Pasalnya, rumah sewa yang berada di lorong selebar 1,5 meter itu sering dijadikan tempat pengajian dari kalangan mereka. ”Selama ini Salman dan Fahmi memang sering kami lihat mengaji. Selain mereka, ada teman-temannya yang datang berjumlah empat sampai lima orang. Tapi, kami tidak tahu seperti apa aktivitas pengajiannya,” beber Sutri, warga sekitar.

Selama ini, Abu Salman bersama istrinya, Wulandari, dan tiga anaknya jarang bersosialisasi dengan masyarakat. Begitu juga Fahmi yang rumahnya bersebelahan dengan Salman. ”Mereka baru tiga tahun menyewa di situ, tapi orangnya tertutup,” lanjut perempuan 26 tahun itu.

Menurut dia, Salman dan Fahmi sebenarnya warga asli di lingkungan tersebut. Rumah orang tua mereka tidak jauh dari rumah yang mereka sewa. ”Kalau Salman itu orang (keturunan, Red) India, dia masuk Islam sebelum berumah tangga,” terang Sutri. Salman diketahui bekerja sebagai buruh bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Sedangkan pekerjaan Fahmi tidak menentu, terkadang menjual minyak solar. ”Mereka berdua itu orangnya baik, cuma agak tertutup. Aktivitas pengajian itu sudah berlangsung selama setahun ini. Bahkan, istri mereka mulai pakai cadar baru setahun ini juga,” lanjutnya.

Secara terpisah, Wakil Ketua Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Belawan Ganda Simbolon membenarkan bahwa Salman bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Belawan. Mengenai kesehariannya, menurut cerita yang dia dengar, Salman rajin beribadah. ”Dulu tidak begitu taat ibadah, tapi setahun ini rajin salat. Bahkan, sejak itu dia (Salman) sering menyendiri kalau sedang istirahat kerja,” ungkap Ganda.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Densus 88 Antiteror menemukan fakta baru terkait Rabbial Muslim Nasution (RMN), 24, pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Dia diduga terpapar paham radikal dari istrinya yang berinisial DA. Hasil penelusuran polisi, DA ternyata intens mengunjungi narapidana teroris (napiter) di Lapas Wanita Kelas II Medan.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan, DA telah diamankan pada Rabu malam (13/11). Dalam pemeriksaan diketahui bahwa DA lebih dulu terpapar paham radikal dibanding suaminya. ”DA ini yang diduga membuat suaminya memiliki paham radikal,” ungkapnya.

Petugas juga menggeledah rumah DA. Namun, belum ditemukan adanya bahan peledak. Hanya ada senjata tajam dan sejumlah buku catatan. ”Dari penyelidikan Densus 88 Antiteror, diketahui DA sangat aktif di media sosial,” paparnya. Dari komunikasi di media sosial itu, petugas mencium adanya rencana teror di Bali. Beruntung, rencana tersebut berhasil diendus dan digagalkan. Namun, polisi masih mencari siapa eksekutor dan lokasi target.

Peran DA bukan hanya itu. Densus juga mendeteksi aktivitas DA yang intens berkunjung ke Lapas Wanita Kelas II Medan. Berdasar hasil pemeriksaan, DA sering mengunjungi napiter berinisial I. Dia menjelaskan, densus masih mencari bukti terkait jaringan pelaku bom bunuh diri itu. Apakah memang pelaku ini lone wolf atau terhubung dengan kelompok teroris. ”Hubungan pastinya masih dikaji,” terangnya.

Hingga kemarin, jenis dan perakit bom yang meledak di Mapolrestabes Medan belum diketahui. Dedi mengakui daya ledaknya lumayan besar. Namun, belum bisa dipastikan apakah bom tersebut masuk kategori high atau low explosive. ”Tunggu dari labfor,” katanya.

Hingga kemarin, jumlah terduga teroris yang ditangkap bertambah dari delapan menjadi sepuluh orang. Yakni, lima orang di Riau, tiga orang di Banten, satu orang di Bekasi, dan satu orang di Jawa Tengah. ”Masih diteliti hubungannya dengan aksi di Medan,” ungkapnya.

Sumut Pos menelusuri napiter berinisial I yang disebutkan sering dikunjungi DA. Hasil pencarian mengarah kepada IPS alias I alias TS alias SBS, 38. Dia adalah satu-satunya napiter di Medan. I ditangkap terkait rencana bom bunuh diri di Istana Negara pada 2016. Dia bahkan disebut sudah disiapkan sebagai calon eksekutor atau ”pengantin” dalam rencana bom bunuh diri di Bali. Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur pada 2017 menghukum I dengan pidana penjara 4 tahun dan denda Rp 50 juta subsider 2 bulan kurungan.

Baca Juga:  Nyambi Jadi Pengedar Sabu, Sopir Ekspedisi di Rohil Diamankan Polisi

Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta Surta Duma Sihombing membenarkan bahwa I adalah warga binaan mereka. ”Orangnya ada (di Lapas Kelas II-A Tanjung Gusta), tapi nggak boleh juga kami ngomong atau infokan apa pun juga, harus densus,” sebut Surta. Disinggung komunikasi antara DA dengan I, Surta enggan memberikan penjelasan detail. Dia meminta wartawan menanyakan langsung ke densus. ”Dia di bawah naungan densus. Nggak bisa kami ngomong,” tutur Surta. Kenapa I menjalani hukuman di Medan? Surta menyatakan, I dipindahkan dari Rutan Mako Brimob, Depok, setelah ada kerusuhan di rutan tersebut beberapa tahun lalu.

Penggeledahan

Densus bersama Polda Sumatera Utara menemukan rumah jaringan atau teman RMN alias Dedek di Jalan Serdang, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (13/11) pukul 16.00 WIB. Pantauan Sumut Pos, petugas langsung menggeledah rumah yang dihuni Abu Salman Alfarisi dan Fahmi itu. Selama proses olah tempat kejadian perkara (TKP) berlangsung, petugas mengamankan DA tidak jauh dari lokasi penggeledahan. Petugas juga mengamankan seorang perempuan bersama dua anak yang diketahui istri Fahmi. Kedua perempuan bercadar bersama dua anak itu dibawa ke Mapolres Pelabuhan Belawan.

”Dia (DA) itu adik ipar Salman Alfarisi,” ucap warga yang ditemui Sumut Pos di lokasi. Penggeledahan berlangsung sampai pukul 23.00 WIB. Petugas berhasil mengamankan sejumlah barang yang dicurigai sebagai bahan perakit bom. Yakni, sembilan pipa bulat, tas kulit berwarna cokelat, HP android, dan bungkusan berbalut putih.

Sementara itu, Abu Salman Alfarisi bersama istrinya, Wulandari, serta Fahmi tidak ditemukan di dalam rumah. Mereka dikabarkan menghilang sebelum penggeledahan.

Baca Juga:  Ajak Mahasiswa Jangan Turun ke Jalan, Jokowi Minta Menristekdikti

Olah TKP kembali dilanjutkan Tim Inafis Polda Sumut pada Kamis (14/11) pukul 15.00 WIB. Petugas kembali memeriksa seluruh barang yang ada di rumah tersebut. Petugas kembali mengamankan sejumlah barang mencurigakan. Hingga berita ini ditulis, tidak ada keterangan resmi dari petugas di lapangan.

Penggeledahan itu mengagetkan warga sekitar rumah tempat tinggal Salman-Fahmi. Pasalnya, rumah sewa yang berada di lorong selebar 1,5 meter itu sering dijadikan tempat pengajian dari kalangan mereka. ”Selama ini Salman dan Fahmi memang sering kami lihat mengaji. Selain mereka, ada teman-temannya yang datang berjumlah empat sampai lima orang. Tapi, kami tidak tahu seperti apa aktivitas pengajiannya,” beber Sutri, warga sekitar.

Selama ini, Abu Salman bersama istrinya, Wulandari, dan tiga anaknya jarang bersosialisasi dengan masyarakat. Begitu juga Fahmi yang rumahnya bersebelahan dengan Salman. ”Mereka baru tiga tahun menyewa di situ, tapi orangnya tertutup,” lanjut perempuan 26 tahun itu.

Menurut dia, Salman dan Fahmi sebenarnya warga asli di lingkungan tersebut. Rumah orang tua mereka tidak jauh dari rumah yang mereka sewa. ”Kalau Salman itu orang (keturunan, Red) India, dia masuk Islam sebelum berumah tangga,” terang Sutri. Salman diketahui bekerja sebagai buruh bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Sedangkan pekerjaan Fahmi tidak menentu, terkadang menjual minyak solar. ”Mereka berdua itu orangnya baik, cuma agak tertutup. Aktivitas pengajian itu sudah berlangsung selama setahun ini. Bahkan, istri mereka mulai pakai cadar baru setahun ini juga,” lanjutnya.

Secara terpisah, Wakil Ketua Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Belawan Ganda Simbolon membenarkan bahwa Salman bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Belawan. Mengenai kesehariannya, menurut cerita yang dia dengar, Salman rajin beribadah. ”Dulu tidak begitu taat ibadah, tapi setahun ini rajin salat. Bahkan, sejak itu dia (Salman) sering menyendiri kalau sedang istirahat kerja,” ungkap Ganda.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari