Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Istri dan Anak Bunuh Suami, Jenazah Dicor di Lantai Musala

JEMBER (RIAUPOS.CO) – Bahar Mario, 26, dan Busani, 47, tertunduk saat menghadapi sorot kamera wartawan di Mapolres Jember kemarin (7/11).

Keduanya menjadi tersangka pembunuhan Surono, ayah dan suami para pelaku. Kasus itu menjadi perhatian publik karena jenazah korban ditemukan terpendam di bawah musala rumah di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember.

Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal dalam rilis kemarin menjelaskan, pembunuhan itu dilatarbelakangi warisan dan asmara. Barang bukti yang diamankan adalah sarung, kaus yang dipakai korban, martil, serta sebuah linggis dengan panjang sekitar 50 sentimeter dan berat 10 kilogram. ”Linggis ini diduga digunakan tersangka untuk menghabisi korban. Barang itu kami temukan di bawah jasad korban,” ujar Alfian kepada Jawa Pos Radar Jember.

Diduga, pembunuhan itu dilakukan pada akhir April 2019. Sebelum korban dihabisi, Bahar mengutarakan niatnya membunuh ayah kandungnya itu kepada Busani. ”Busani langsung bilang, iya aku ikhlas,” ujar Alfian.

Bahar menganggap ayahnya pelit. Ketika dimintai uang, Surono selalu mengaku tidak punya. Sementara itu, Busani merestui pembunuhan tersebut karena memiliki selingkuhan bernama JM. Kematian Surono membuat rencananya menikah dengan JM berjalan mulus. ”Selain itu, tersangka ingin menguasai warisan. Korban punya lahan kopi dan menghasilkan Rp 100 juta lebih setiap tahun,” ujar Kapolres.

Skenario pembunuhan dijalankan. Busani menghubungi Bahar yang saat itu tinggal di Bali. Dia meminta anak keduanya tersebut pulang. Saat itu juga Bahar pulang. Dia tiba di rumah sekitar pukul 23.00. Bahar mengetuk jendela rumah dengan pelan. Busani lalu membuka pintu rumahnya. Kepada si ibu, Bahar sempat bertanya tentang alat untuk membunuh bapaknya. Busani kemudian menyerahkan sebuah martil. Namun, Bahar menolak. Sebab, martil tersebut terlalu ringan dan sulit dipakai untuk membunuh Surono.

Baca Juga:  Bareskrim Disebut Keluarkan Surat Jalan untuk Djoko Tjandra

Bahar lalu memeriksa tiga kamar di rumahnya. Dia mencari alat untuk membunuh korban. Didapatilah sebuah linggis. Bahar lalu mematikan lampu rumah. Dengan memakai penerangan headlamp, Bahar menuju kamar depan, tempat ayahnya tidur. Tanpa ba-bi-bu, Bahar mengayunkan linggis ke wajah korban. Sekali pukul, pipi kiri korban remuk. ”Sekali pukul, bapak langsung mati,” ujar Bahar. Saat aksi sadis itu berlangsung, Busani ikut menyaksikan.

Bahar lalu mengambil uang Rp 6 juta di dalam tas milik ayahnya.

Dia lalu menyeret mayat ayahnya ke belakang rumah. Di sanalah dia mengubur Surono, lantas menaburkan semen, dan menyiramnya dengan air. Tak lama kemudian, semen itu mengeras.

Cor-coran Kuburan Retak

Sebulan kemudian Busani kembali menghubungi Bahar. Dia menceritakan tempat mengubur Surono yang retak. Masih melalui telepon, Bahar menyuruh ibunya membeli semen untuk ditabur di atas kuburan yang retak tersebut, lalu menyiraminya dengan air. Untuk menghilangkan jejak, di atas tanah kuburan itu dibangun musala. Bagian bawah dicor ulang, lalu dipasangi keramik.

Dua bulan berlalu. Busani menikah dengan JM, kekasih gelapnya. Dia dan suaminya tinggal di rumah yang pernah ditinggali Surono itu. Bahar pun kembali ke Bali.

Baca Juga:  Penyakitan, Qomar Tersangkut Ijazah Palsu Tidak Ditahan

Tujuh bulan kemudian, Busani kembali menelepon Bahar. Dia mengadu karena JM meninggalkannya. JM ternyata kembali ke istri pertama yang baru datang dari Malaysia. Busani meminta Bahar pulang. Malam itu juga Bahar pulang. Saat Bahar bertemu ibunya, lahirlah skenario baru. Yakni, menjebloskan JM ke penjara.

Sesuai skenario, Bahar menemui kepala dusun (Kasun). Dia bercerita, Surono dibunuh J dan mayatnya dikubur di lantai musala. Kasun langsung meneruskan cerita Bahar ke Mapolsek Ledokombo. Polisi menyambut laporan tersebut dengan mengamankan Busani, Bahar, dan J. Mereka dibawa ke Mapolsek Ledokombo.

Tim dari Polda Jatim lantas membongkar lantai musala. Hasilnya, ditemukan tulang belulang yang diyakini milik Surono. Saat tulang belulang diangkat, terlihat linggis yang dipakai membunuh korban. Setelah proses otopsi, jenazah korban yang sudah berupa tulang belulang dikubur di tempat pemakaman umum setempat.

Penemuan mayat korban membuat Polres Jember mengambil alih penyidikan. Busani dan Bahar dibawa ke Mapolres Jember. Namun, J tetap diperiksa di Mapolsek Ledokombo. Saat itulah Busani dan Bahar terlibat saling tuduh sebagai pembunuh Surono.

Selama tiga hari, mereka ngotot dengan cerita versi masing-masing. Pada hari keempat pemeriksaan, Busani akhirnya menceritakan pembunuhan yang sebenarnya.

Busani mengaku sakit hati karena Surono memiliki selingkuhan. Untuk melampiaskan sakit hati tersebut, Busani berselingkuh dengan JM yang masih tetangga sendiri. Bahar akhirnya juga mengaku membunuh Surono.

JEMBER (RIAUPOS.CO) – Bahar Mario, 26, dan Busani, 47, tertunduk saat menghadapi sorot kamera wartawan di Mapolres Jember kemarin (7/11).

Keduanya menjadi tersangka pembunuhan Surono, ayah dan suami para pelaku. Kasus itu menjadi perhatian publik karena jenazah korban ditemukan terpendam di bawah musala rumah di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember.

- Advertisement -

Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal dalam rilis kemarin menjelaskan, pembunuhan itu dilatarbelakangi warisan dan asmara. Barang bukti yang diamankan adalah sarung, kaus yang dipakai korban, martil, serta sebuah linggis dengan panjang sekitar 50 sentimeter dan berat 10 kilogram. ”Linggis ini diduga digunakan tersangka untuk menghabisi korban. Barang itu kami temukan di bawah jasad korban,” ujar Alfian kepada Jawa Pos Radar Jember.

Diduga, pembunuhan itu dilakukan pada akhir April 2019. Sebelum korban dihabisi, Bahar mengutarakan niatnya membunuh ayah kandungnya itu kepada Busani. ”Busani langsung bilang, iya aku ikhlas,” ujar Alfian.

- Advertisement -

Bahar menganggap ayahnya pelit. Ketika dimintai uang, Surono selalu mengaku tidak punya. Sementara itu, Busani merestui pembunuhan tersebut karena memiliki selingkuhan bernama JM. Kematian Surono membuat rencananya menikah dengan JM berjalan mulus. ”Selain itu, tersangka ingin menguasai warisan. Korban punya lahan kopi dan menghasilkan Rp 100 juta lebih setiap tahun,” ujar Kapolres.

Skenario pembunuhan dijalankan. Busani menghubungi Bahar yang saat itu tinggal di Bali. Dia meminta anak keduanya tersebut pulang. Saat itu juga Bahar pulang. Dia tiba di rumah sekitar pukul 23.00. Bahar mengetuk jendela rumah dengan pelan. Busani lalu membuka pintu rumahnya. Kepada si ibu, Bahar sempat bertanya tentang alat untuk membunuh bapaknya. Busani kemudian menyerahkan sebuah martil. Namun, Bahar menolak. Sebab, martil tersebut terlalu ringan dan sulit dipakai untuk membunuh Surono.

Baca Juga:  Wako Raih Penghargaan Bergengsi dari Appernas Jaya

Bahar lalu memeriksa tiga kamar di rumahnya. Dia mencari alat untuk membunuh korban. Didapatilah sebuah linggis. Bahar lalu mematikan lampu rumah. Dengan memakai penerangan headlamp, Bahar menuju kamar depan, tempat ayahnya tidur. Tanpa ba-bi-bu, Bahar mengayunkan linggis ke wajah korban. Sekali pukul, pipi kiri korban remuk. ”Sekali pukul, bapak langsung mati,” ujar Bahar. Saat aksi sadis itu berlangsung, Busani ikut menyaksikan.

Bahar lalu mengambil uang Rp 6 juta di dalam tas milik ayahnya.

Dia lalu menyeret mayat ayahnya ke belakang rumah. Di sanalah dia mengubur Surono, lantas menaburkan semen, dan menyiramnya dengan air. Tak lama kemudian, semen itu mengeras.

Cor-coran Kuburan Retak

Sebulan kemudian Busani kembali menghubungi Bahar. Dia menceritakan tempat mengubur Surono yang retak. Masih melalui telepon, Bahar menyuruh ibunya membeli semen untuk ditabur di atas kuburan yang retak tersebut, lalu menyiraminya dengan air. Untuk menghilangkan jejak, di atas tanah kuburan itu dibangun musala. Bagian bawah dicor ulang, lalu dipasangi keramik.

Dua bulan berlalu. Busani menikah dengan JM, kekasih gelapnya. Dia dan suaminya tinggal di rumah yang pernah ditinggali Surono itu. Bahar pun kembali ke Bali.

Baca Juga:  Program Padat Karya Mangrove KLHK di Riau Serap 1.552 Tenaga Kerja

Tujuh bulan kemudian, Busani kembali menelepon Bahar. Dia mengadu karena JM meninggalkannya. JM ternyata kembali ke istri pertama yang baru datang dari Malaysia. Busani meminta Bahar pulang. Malam itu juga Bahar pulang. Saat Bahar bertemu ibunya, lahirlah skenario baru. Yakni, menjebloskan JM ke penjara.

Sesuai skenario, Bahar menemui kepala dusun (Kasun). Dia bercerita, Surono dibunuh J dan mayatnya dikubur di lantai musala. Kasun langsung meneruskan cerita Bahar ke Mapolsek Ledokombo. Polisi menyambut laporan tersebut dengan mengamankan Busani, Bahar, dan J. Mereka dibawa ke Mapolsek Ledokombo.

Tim dari Polda Jatim lantas membongkar lantai musala. Hasilnya, ditemukan tulang belulang yang diyakini milik Surono. Saat tulang belulang diangkat, terlihat linggis yang dipakai membunuh korban. Setelah proses otopsi, jenazah korban yang sudah berupa tulang belulang dikubur di tempat pemakaman umum setempat.

Penemuan mayat korban membuat Polres Jember mengambil alih penyidikan. Busani dan Bahar dibawa ke Mapolres Jember. Namun, J tetap diperiksa di Mapolsek Ledokombo. Saat itulah Busani dan Bahar terlibat saling tuduh sebagai pembunuh Surono.

Selama tiga hari, mereka ngotot dengan cerita versi masing-masing. Pada hari keempat pemeriksaan, Busani akhirnya menceritakan pembunuhan yang sebenarnya.

Busani mengaku sakit hati karena Surono memiliki selingkuhan. Untuk melampiaskan sakit hati tersebut, Busani berselingkuh dengan JM yang masih tetangga sendiri. Bahar akhirnya juga mengaku membunuh Surono.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari