LONDON (RIAUPOS.CO) — Kepolisian Essex, Inggris, mengungkapkan hasil penyelidikan terkait penemuan 39 jenazah di dalam truk kontainer pada Rabu (24/10) waktu setempat. Mereka mengatakan bahwa semua jenazah tersebut dipastikan merupakan warga negara Tiongkok yang terdiri dari 38 jenazah dewasa dan 1 remaja. Jenis kelamin adalah 31 laki-laki dan 8 perempuan.
Kontainer itu sendiri dikirim dari Belgia ke Inggris. Hingga saat ini, polisi masih menginterograsi sopir truk kontainer tersebut yang masih belum disebutkan identitasnya. Dia hanya disebutkan seorang laki-laki berumur 25 tahun dan berasal dari Irlandia Utara.
“Kami mengonfirmasikan bahwa 39 jenazah yang ditemukan di kontainer adalah warga negara Tiongkok. Terdiri dari 31 pria dan 8 perempuan,” sebut pernyataan polisi pada Kamis (24/10) seperti dilansir Al Jazeera.
Terkait hal itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan sedang berusaha mengonfirmasi hasil penyelidikan kepolisian Inggris. Pihak kemenlu Tiongkok menyebut hingga saat ini mereka belum bisa memberikan keterangan apa-apa.
Seperti diketahui, polisi Inggris menemukan mayat-mayat tersebut pada Rabu (23/10) pagi di sebuah truk kontainer di sebuah kawasan industri di Grays, sekitar 32 km dari London. Kontainer tersebut dikirim dari pelabuhan Zeebrugge di Belgia pada Selasa (22/10).
Penemuan itu seakan mengingatkan kematian 58 migran asal Tiongkok pada tahun 2000 silam di sebuah truk di Dover, Inggris. Truk tersebut disebut menempuh perjalanan berbulan-bulan dari provinsi Fujian di Tiongkok selatan. Mereka diangkut berbarengan dengan muatan tomat dengan kapal feri dari Zeebrugge.
Di sisi lain, sopir truk kontainer asal Irlandia Utara yang telah ditahan pihak kepolisian masih terus diinterograsi. Dalam penyelidikan awalm dia dikenakan dugaan pembunuhan. Beberapa saat setelah sopir tersebut ditahan, kepolisian Irlandia Utara melakukan penggeledahan di desa Laurelvale, Irlandia Utara, pada Rabu (23/10) malam. Itu merupakan rumah yang ditinggali sang sopir dan keluarganya.
Shaun Sawyer, juru bicara Kepolisian Inggris, memberikan titik terang bahwa 39 jenazah yang ditemukan merupakan korban perdagangan manusia. Namun, itu masih dugaan awal. Inggris, menurut Sawyer, dianggap oleh penjahat yang terorganisir sebagai tempat yang aman bagi para pedagang manusia.
“Anda tidak dapat mengubah Britania Raya menjadi benteng yang kokoh. Kami harus menerima bahwa kami memiliki batas yang masih lemah,” sebut Sawyer kepada Radio BBC.
Penemuan jenazah dalam jumlah besar dan disinyalir sebagai korban perdangan manusia bukan kali pertama terjadi. Pada 27 Agustus 2015, polisi Austria menemukan 71 mayat (8 anak-anak) di dalam sebuah truk di Jalan Raya A4. Di Inggris, tragedi yang paling memilukan sebelumnya terjadi pada 2000. Kala itu 58 orang Tiongkok ditemukan dalam sebuah truk di Dover.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal