PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting (tengkes) di Provinsi Riau tahun 2023 sebesar 13,6 persen. Hasil ini lebih rendah dibanding capaian nasional 21,5 persen. Hal tersebut merupakan capaian luar biasa bagi Riau yang menempati urutan ketiga terendah setelah Jambi dan Bali.
Demikian disampaikan Penjabat Gubernur Riau SF Hariyanto dalam keterangannya di Pekanbaru, Rabu (29/5). Pj Gubri menjelaskan prevalensi stunting di Kampar dan Pekanbaru berhasil menyentuh angka satu digit.
“Kabupaten Kampar ini prevalensi stunting-nya 7,6 persen setara dengan Bali. Ini luar biasa satu digit. Begitu juga Kota Pekanbaru itu 8,7 persen, ini 1 digit juga. Artinya terjadi penurunan yang sangat bagus sekali,” ujarnya.
Dengan hasil tersebut, Pj Gubri memandang, realistis jika prevalensi Provinsi Riau berada di angka satu digit pada 2025 mendatang. “Artinya kita masih dimungkinkan. Untuk tahun 2025 saya canangkan angka stunting kita harus bisa satu digit,” ucapnya.
Lebih lanjut disampaikan, jika prevalensi stunting Riau berada di angka satu digit, maka fokus utamanya bukan lagi tentang menurunkan stunting, tetapi menjalankan upaya-upaya pencegahan stunting.
“Jadi saat pranikah dan ibu-ibu hamil itu kita edukasi, serta pemberian susu gratis untuk ibu hamil, vitamin K, serta tablet tambah darah. Nah, inilah upaya yang harus kita lakukan,” terangnya.
Lalu, Pj Gubri menekankan pentingnya kerja sama antarinstansi dalam menangani masalah stunting di Riau. Ia juga menggarisbawahi pentingnya penguatan sistem kesehatan dan gizi masyarakat sebagai langkah preventif dalam mengatasi stunting.
“Stunting merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian serius dari seluruh komponen masyarakat. Perlu kerja sama yang kuat antara unsur pemerintah, swasta dan sektor kesehatan,” jelasnya.
“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak,” tuturnya.(adv/sol)