PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Pemerintah pusat telah menetapkan bahwa pelaksanaan Pilkada serentak Desember mendatang tidak akan ditunda. Untuk Provinsi Riau, Pilkada serentak akan dilaksanakan di sembilan daerah. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, juga sudah melakukan upaya agar pilkada di Riau dapat berjalan lancar di tengah pandemi Covid-19.
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, pihaknya pekan lalu sudah menyampaikan kepada para kepala daerah yang ikut pilkada, agar patuh terhadap aturan yang sudah ditetapkan penyelenggara pemilu terutama dalam hal protokol kesehatan. Seperti hal-hal yang tidak diperbolehkan selama masa kampanye di saat pandemi Covid-19.
"Aturan yang sudah ditetapkan tersebut tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena kalau kita ingin pilkada di Riau ini bisa berjalan aman dan lancar, serta tidak timbul klaster penularan Covid-19 dari pilkada, tidak ada jalan lain kita harus disiplin terhadap protokol kesehatan," katanya.
Karena itu Gubri Syamsuar mengharapkan dukungan dari para ketua partai, pasangan calon dan semua pendukung agar mematuhi protokol kesehatan. Sehingga harapannya, meskipun pilkada dilaksanakan di tengah pandemi, semua kegiatan mulai dari kampanye sampai pelaksanaan pemilihan diharapkan tidak ada warga atau petugas yang tertular Covid-19.
"Kalau patuh saja terhadap protokol kesehatan dan aturan yang berlaku, mudah-mudahan tidak ada yang akan tertular Covid-19," sebutnya.
Dilanjutkan Gubri, agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dalam pelaksanaan pilkada, langkah yang harus diambil yakni penegakan hukum. Apalagi saat ini sudah ada tim penegakan hukum terpadu (Gakkumdu), yang terdiri dari pihak kepolisian, jaksa dan Bawaslu.
"Kami harapkan Gakkumdu tersebut dapat berperan. Sehingga tidak ada pasangan calon yang melanggar ketentuan yang sudah dibuat," pintanya.
Sementara itu dari sisi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Gubri menyebut telah menyiapkan langkah kongkret dalam pencegahan dan penanganan Covid-19. Diharapkan, dengan langkah tersebut bisa mengurangi penyebaran Covid-19 di Riau secara signifikan. Langkah yang diambil pihaknya dalam penanganan Covid-19 di Riau yakni dengan menambah kapasitas ruang perawatan bagi pasien positif yang bergejala. Penambahan kapasitas tersebut dilakukan di rumah sakit yakni dalam hal penambahan ruang ICU.
"Dalam rapat bersama pimpinan OPD (organisasi perangkat daerah, red) terkait penanganan Covid 19 saya sudah perintahkan semua rumah sakit harus menambah kapasitas ruang ICU dan ruang isolasi," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, selain menambah kapasitas ruangan perawatan, pihaknya juga sedang mempersiapkan obat-obatan serta alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan para tenaga kesehatan. Sedangkan langkah yang diambil untuk pencegahan penularan Covid-19, yakni dengan memanfaatkan ruang isolasi mandiri yang disiapkan oleh pemerintah seperti hotel dan lainnya.
"Dengan dimanfaatkannya ruangan isolasi bagi pasien yang tak bergejala tersebut, diharapkan tidak terjadi lagi transmisi lokal terutama dari keluarga. Karena dengan isolasi mandiri di rumah bagi pasien OTG, tidak menjamin pasien tersebut tidak akan berkontak dengan anggota keluarga yang lain," sebutnya.
Dijelaskan Gubri, saat ini tingkat penularan pasien positif Covid-19 di Riau lebih banyak didominasi oleh pasien yang tak bergejala atau OTG. Karena secara kasat mata, pasien OTG ini sulit untuk dideteksi.
"Dengan ditempatkannya OTG di ruang isolasi yang sudah disiapkan, pengawasan oleh petugas juga lebih mudah. Hal ini juga diharapkan dapat mempercepat kesembuhan pasien OTG tersebut," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, masih tingginya angka penambahan pasien positif Covid-19 di Riau saat ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya terjadinya transmisi dari pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri dari rumah yang tidak efektif. Karena banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri masih mengabaikan protokol kesehatan.
"Ini karena pasien merasa bebas jika di rumah. Sehingga abai terhadap protokol kesehatan dan akhirnya terjadi transmisi lokal ke keluarga yang lain," sebutnya.
Selanjutnya, ujar Mimi, dikarenakan adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan swab mandiri di rumah sakit swasta. Hal tersebut, kemungkinan dilakukan untuk persyaratan dari perjalanan bisnisnya kemudian ada juga murni untuk mengetahui kondisi fisiknya.
"Faktor lainnya yakni memang betul-betul ada gejala Covid-19. Sehingga pasien tersebut dirawat, dan ketika dilakukan swab hasilnya positif Covid-19," ujarnya.
Faktor selanjutnya yakni, gencarnya pemerintah untuk melakukan swab massal di perkantoran yang bertujuan untuk melakukan tracing kontak dari pasien-pasien positif sebelumnya. Dan yang terakhir yakni masyarakat masih mengabaikan protokol kesehatan. Terutama dalam hal penggunaan masker. "Menjalankan protokol kesehatan seperti penggunaan masker tidak hanya melindungi diri sendiri tapi juga orang lain. Untuk itu mari saling melindungi," ajaknya.
Dalam kesempatan tersebut, Mimi juga menginformasikan adanya penambahan 188 pasien positif Covid-19 di Riau per Rabu (23/9). Dengan demikian, jumlah pasien positif Covid-19 di Riau hingga saat ini sebanyak 5.889 orang.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.652 orang dinyatakan sembuh. Sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 117 orang," paparnya.(sol/esi/hsb/ind/fad)