SIAK (RIAUPOS.CO) — Kabupaten Siak mengikuti pawai budaya di Bali. Bupati Siak Alfedri dan istri Hj Rasidah memimpin langsung rombongan pada Festival Pusaka Nusantara 2019 dan Rakernas JKPI VII, 21-24 Juni tersebut. Mengenakan pakaian Melayu lengkap berwarna abu-abu, bertanjak bagi pria dan perempuannya berkerudung, rombongan melintasi jalanan Amlapura, Karangasem, Bali dengan tampilan memukau.
Momen ini menjadi ajang bagi Alfedri guna mempromosikan kekayaan dan keberagaman Negeri Istana di mata nasional dan disaksikan wisatawan dalam maupun luar negeri tersebut. Berbagai penampilan delegasi Siak dalam helat ini pun diapresiasi tuan rumah dan kabupaten yang tergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Ya, delegasi Siak menghadirkan penampilan terbaik bersama jajaran kepala OPD. Sebab, Rakernas JKPI VIII pada 2020 mendatang, Siak didaulat sebagai tuan rumah. Dengan mengangkat keberagaman adat, tradisi, dan budaya yang dimiliki masing-masing kabupaten/kota yang jadi identitas dan merupakan kekayaan nusantara. Utusan Siak mengangkat tema Melayu Siak Tempo Dulu di Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Melintasi panggung utama pawai budaya, diceritakan Siak yang berawal dari sebuah kerajaan. Kabupaten Siak merupakan sebuah warisan Melayu Islam, berada di bantaran Sungai Siak (Jantan). Memiliki peran neoparsial strategis, di mana sejak abad 17 hingga kini merupakan jalur keluar masuknya hasil bumi dari pedalaman Sumatera. Siak yang berkontribusi besar bagi perdagangan dunia di masa kolonial. Di mana menguasai pelabuhan antar bangsa di Melaka. Juga diceritakan Kerajaan Siak didirikan 1723 M oleh Raja Kecik dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, putra dari Raja Johor bergelar Sultan Mahmudsyah.
Dalam perjalanannya Kerajaan Siak memiliki 12 sultan. Beberapa kali mengalami perpindahan ibu kota kerajaan, dari Buantan ke Mempura. Kemudian ke Senapelan dan terakhir di Kota Tinggi. Karenanya dalam pawai yang berlangsung meriah, pakaian yang digunakan merupakan gambaran suasana Melayu tempo dulu. Dalam kesempatan itu juga diselingi penampilan silat sunting yang dibawakan peserta pawai budaya asal Negeri Istana yang memukau tuan rumah dan pengunjung.
Tak hanya silat sunting, sebagai salah satu Dewan Presidium JKPI, Kabupaten Siak juga menampilkan beragam tradisi seni budaya khas Melayu tempo dulu, dengan melibatkan sejumlah penggiat seni budaya dari Siak. Termasuk memboyong mahasiswa Siak yang tengah menimba ilmu di Kota Gudeg Jogjakarta.
SIAK (RIAUPOS.CO) — Kabupaten Siak mengikuti pawai budaya di Bali. Bupati Siak Alfedri dan istri Hj Rasidah memimpin langsung rombongan pada Festival Pusaka Nusantara 2019 dan Rakernas JKPI VII, 21-24 Juni tersebut. Mengenakan pakaian Melayu lengkap berwarna abu-abu, bertanjak bagi pria dan perempuannya berkerudung, rombongan melintasi jalanan Amlapura, Karangasem, Bali dengan tampilan memukau.
Momen ini menjadi ajang bagi Alfedri guna mempromosikan kekayaan dan keberagaman Negeri Istana di mata nasional dan disaksikan wisatawan dalam maupun luar negeri tersebut. Berbagai penampilan delegasi Siak dalam helat ini pun diapresiasi tuan rumah dan kabupaten yang tergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
- Advertisement -
Ya, delegasi Siak menghadirkan penampilan terbaik bersama jajaran kepala OPD. Sebab, Rakernas JKPI VIII pada 2020 mendatang, Siak didaulat sebagai tuan rumah. Dengan mengangkat keberagaman adat, tradisi, dan budaya yang dimiliki masing-masing kabupaten/kota yang jadi identitas dan merupakan kekayaan nusantara. Utusan Siak mengangkat tema Melayu Siak Tempo Dulu di Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Melintasi panggung utama pawai budaya, diceritakan Siak yang berawal dari sebuah kerajaan. Kabupaten Siak merupakan sebuah warisan Melayu Islam, berada di bantaran Sungai Siak (Jantan). Memiliki peran neoparsial strategis, di mana sejak abad 17 hingga kini merupakan jalur keluar masuknya hasil bumi dari pedalaman Sumatera. Siak yang berkontribusi besar bagi perdagangan dunia di masa kolonial. Di mana menguasai pelabuhan antar bangsa di Melaka. Juga diceritakan Kerajaan Siak didirikan 1723 M oleh Raja Kecik dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, putra dari Raja Johor bergelar Sultan Mahmudsyah.
- Advertisement -
Dalam perjalanannya Kerajaan Siak memiliki 12 sultan. Beberapa kali mengalami perpindahan ibu kota kerajaan, dari Buantan ke Mempura. Kemudian ke Senapelan dan terakhir di Kota Tinggi. Karenanya dalam pawai yang berlangsung meriah, pakaian yang digunakan merupakan gambaran suasana Melayu tempo dulu. Dalam kesempatan itu juga diselingi penampilan silat sunting yang dibawakan peserta pawai budaya asal Negeri Istana yang memukau tuan rumah dan pengunjung.
Tak hanya silat sunting, sebagai salah satu Dewan Presidium JKPI, Kabupaten Siak juga menampilkan beragam tradisi seni budaya khas Melayu tempo dulu, dengan melibatkan sejumlah penggiat seni budaya dari Siak. Termasuk memboyong mahasiswa Siak yang tengah menimba ilmu di Kota Gudeg Jogjakarta.