PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Harga cabai merah di Pekanbaru kembali membuat pedagang dan pembeli mengeluh. Meski sempat turun Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram, awal pekan ini harga cabai merah Bukittinggi tetap tinggi, dijual Rp95 ribu hingga Rp100 ribu per kg di Pasar Pagi Arengka.
Sardi, salah seorang pedagang cabai, mengaku kesulitan mendapatkan pasokan. Harga dari distributor juga ikut naik sehingga pedagang terpaksa menyesuaikan harga jual. “Sudah hampir tiga pekan harga cabai tinggi. Musim hujan membuat pasokan dari daerah produksi berkurang, ditambah lagi kabar longsor di Sumbar,” jelasnya.
Kondisi ini juga dirasakan pembeli. Ardianti (41), warga Pekanbaru, mengatakan dirinya sempat senang saat harga cabai turun, namun kini kembali meroket. “Tadi saya beli Rp85 ribu, tapi cabainya sudah layu. Kalau yang bagus Rp100 ribu. Semua bahan pangan mahal, bingung sekarang,” ujarnya.
Kepala DKP Pekanbaru, M Jamil, menyebut lonjakan harga terjadi karena pasokan dari Medan dan Lampung tidak masuk, sehingga hanya mengandalkan cabai Bukittinggi. “Kalau pasokan dari daerah penghasil berkurang, otomatis harga naik,” katanya.
Untuk meredam lonjakan harga, Pemko Pekanbaru terus memantau pasar, mengoperasikan mobil Pak AMAN, dan menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di 15 kecamatan. “Akhir pekan lalu GPM digelar di Tenayan Raya, dan akan dilanjutkan ke beberapa kecamatan lain,” tambahnya.
Tidak hanya di Pekanbaru, harga cabai juga tinggi di Indragiri Hulu (Inhu). Di pasar rakyat Kota Rengat, harga cabai merah keriting asal Sumbar tembus Rp100 ribu per kg, naik dari Rp90 ribu akhir pekan lalu. Cabai dari luar Sumbar pun ikut naik dari Rp70 ribu menjadi Rp80 ribu per kg.
Kepala Disperindag Inhu, Ergusfian, mengatakan harga kebutuhan pokok lain masih stabil, hanya cabai yang mengalami kenaikan. “Faktor cuaca di daerah asal membuat pasokan berkurang, itulah sebabnya harga naik,” jelasnya.