Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Riau Masuk Daerah Waspada Bahaya Hidrometeorologi

JAKARTA (RIAU POS.CO) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan (21-27 November 2020) di beberapa wilayah Indonesia. 

Berdasarkan analisis cuaca, BMKG memprakirakan dalam periode waktu tersebut potensi cuaca ekstrem dan curah hujan berintensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bahaya hidrometeorologi dalam sepekan ke depan. Bahaya tersebut dapat berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor maupun angin kencang. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, BMKG menginformasikan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia barat Bengkulu dan di Laut Jawa selatan Kalimantan. Keadaan ini membentuk daerah pertemuan atau  perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di perairan utara Aceh, mulai dari Sumatera Utara hingga perairan barat Bengkulu, di Selat Karimata bagian utara, Papua bagian barat hingga Maluku bagian selatan, serta dari Kalimantan Tengah hingga Selat Karimata bagian selatan. 

"Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,"ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Sabtu (21/11) kemaren.

Baca Juga:  Sempat Viral, Pelaku Pungli di Jalan Perbatasan Riau-Sumbar Ditangkap  

Lebih lanjut, Guswanto menyampaikan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. 

"Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Ekuatorial di wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr Raditya Jati dalam keterangan pers yang diterima Riaupos.co, Ahad (22/11/2020) menjelaskan, perkembangan bencana banjir dibeberapa wilayah
berdasarkan data pemutakhiran pada Jumat (20/11), pukul 18.00 WIB, enam kecamatan terdampak banjir yang meluas di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Banjir terjadi pada Selasa lalu (17/11) sekitar pukul 02.30 WIB. 

BPBD setempat mencatat enam kecamatan terdampak, yakni Kecamatan Kroya, Sampang, Sidereja, Bantarsari, Kedungreja dan Cipari. Sebanyak 2.187 KK (5.677 jiwa) mengungsi. BPBD menginformasikan warga meninggal dunia sebanyak 2 orang, sedangkan kerugian materiil mencakup sektor pemukiman, 4 unit rumah roboh, 12 rusak berat, 5 rusak sedang. dan 44 rusak ringan. Banjir juga menyebabkan 24 unit tanggul jebol. 

"Banjir masih menggenangi beberapa wilayah dengan tinggi muka air hingga 60 cm. Saat ini, kebutuhan mendesak berupa logistik permakanan dan non-permakananan serta masker," ujar Dr Raditya Jati.

Lanjutnya, sedangkan banjir di Kabupaten Aceh Singkil, Provinis Aceh, menyebabkan ratusan keluarga terdampak. Perkembangan per Sabtu (21/11), pukul 20.08 WIB, dua kecamatan, yakni Simpang Kanan dan Gunung Meriah terdampak dengan total jumlah desa mencapai 10 desa. 

Baca Juga:  PWI Riau Gelar Lomba Baca Puisi Antarwartawan

Banjir ini dipicu hujan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Lae Cinendang pada Jumat lalu (20/11), pukul 22.00 WIB. Berikut ini desa yang terdampak banjir di Kecamatan Simpang Kanan, Desa Ujung Limus, Silatong, Tanjung Mas, Lae Riman, Cibubukan dan Serasah, sedangkan di Kecamatan Gunung Meriah antara lain Desa Rimo, Cingkam, Penjahitan dan Tanah Merah.

"Banjir masih mengenangi wilayah terdampak. BPBD masih terus melakukan pendataan untuk korban terdampak maupun kerusakan di dua kecamatan tadi,"sebutnya.
    
Lebih lanjut dijelaskannya, sementara masih di kawasan Sumatera, banjir melanda Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Bencana ini terjadi akibat hujan dengan intensitas pada Jumat lalu (20/11), sekitar pukul 22.30 WIB. Saat kejadian, tinggi muka air antara 100 – 150 cm.

Namun demikian, genangan telah surut dan warga yang mengungsi telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Data per Sabtu (21/11), pukul 17.30 WIB, BPBD Kabupaten Padang Pariaman mencatat 25 hektar sawah dan 10 hektar ladang tergenang. Saat ini sudah tidak ada pengungsian. 

"Diharapkan masyarakat  dapat mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana. Menyikapi potensi bahaya, masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca, salah satunya aplikasi teknologi berbasis telepon pintar Info BMKG untuk mengakses informasi cuaca hingga tingkat kecamatan. Melalui aplikasi yang disediakan oleh BMKG, warga dapat mempersiapkan diri dan keluarga dalam menghadapi cuaca,"pungkasnya. 

 

Laporan: Dofi Iskandar (Pekanbaru)

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAU POS.CO) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan (21-27 November 2020) di beberapa wilayah Indonesia. 

Berdasarkan analisis cuaca, BMKG memprakirakan dalam periode waktu tersebut potensi cuaca ekstrem dan curah hujan berintensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.

- Advertisement -

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bahaya hidrometeorologi dalam sepekan ke depan. Bahaya tersebut dapat berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor maupun angin kencang. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, BMKG menginformasikan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia barat Bengkulu dan di Laut Jawa selatan Kalimantan. Keadaan ini membentuk daerah pertemuan atau  perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di perairan utara Aceh, mulai dari Sumatera Utara hingga perairan barat Bengkulu, di Selat Karimata bagian utara, Papua bagian barat hingga Maluku bagian selatan, serta dari Kalimantan Tengah hingga Selat Karimata bagian selatan. 

- Advertisement -

"Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,"ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Sabtu (21/11) kemaren.

Baca Juga:  Kematian Akibat Covid-19 di Riau Terus Menurun

Lebih lanjut, Guswanto menyampaikan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. 

"Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Ekuatorial di wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr Raditya Jati dalam keterangan pers yang diterima Riaupos.co, Ahad (22/11/2020) menjelaskan, perkembangan bencana banjir dibeberapa wilayah
berdasarkan data pemutakhiran pada Jumat (20/11), pukul 18.00 WIB, enam kecamatan terdampak banjir yang meluas di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Banjir terjadi pada Selasa lalu (17/11) sekitar pukul 02.30 WIB. 

BPBD setempat mencatat enam kecamatan terdampak, yakni Kecamatan Kroya, Sampang, Sidereja, Bantarsari, Kedungreja dan Cipari. Sebanyak 2.187 KK (5.677 jiwa) mengungsi. BPBD menginformasikan warga meninggal dunia sebanyak 2 orang, sedangkan kerugian materiil mencakup sektor pemukiman, 4 unit rumah roboh, 12 rusak berat, 5 rusak sedang. dan 44 rusak ringan. Banjir juga menyebabkan 24 unit tanggul jebol. 

"Banjir masih menggenangi beberapa wilayah dengan tinggi muka air hingga 60 cm. Saat ini, kebutuhan mendesak berupa logistik permakanan dan non-permakananan serta masker," ujar Dr Raditya Jati.

Lanjutnya, sedangkan banjir di Kabupaten Aceh Singkil, Provinis Aceh, menyebabkan ratusan keluarga terdampak. Perkembangan per Sabtu (21/11), pukul 20.08 WIB, dua kecamatan, yakni Simpang Kanan dan Gunung Meriah terdampak dengan total jumlah desa mencapai 10 desa. 

Baca Juga:  Jadwal Pelantikan Bupati Inhu Terpilih Menunggu Kemendagri

Banjir ini dipicu hujan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Lae Cinendang pada Jumat lalu (20/11), pukul 22.00 WIB. Berikut ini desa yang terdampak banjir di Kecamatan Simpang Kanan, Desa Ujung Limus, Silatong, Tanjung Mas, Lae Riman, Cibubukan dan Serasah, sedangkan di Kecamatan Gunung Meriah antara lain Desa Rimo, Cingkam, Penjahitan dan Tanah Merah.

"Banjir masih mengenangi wilayah terdampak. BPBD masih terus melakukan pendataan untuk korban terdampak maupun kerusakan di dua kecamatan tadi,"sebutnya.
    
Lebih lanjut dijelaskannya, sementara masih di kawasan Sumatera, banjir melanda Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Bencana ini terjadi akibat hujan dengan intensitas pada Jumat lalu (20/11), sekitar pukul 22.30 WIB. Saat kejadian, tinggi muka air antara 100 – 150 cm.

Namun demikian, genangan telah surut dan warga yang mengungsi telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Data per Sabtu (21/11), pukul 17.30 WIB, BPBD Kabupaten Padang Pariaman mencatat 25 hektar sawah dan 10 hektar ladang tergenang. Saat ini sudah tidak ada pengungsian. 

"Diharapkan masyarakat  dapat mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana. Menyikapi potensi bahaya, masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca, salah satunya aplikasi teknologi berbasis telepon pintar Info BMKG untuk mengakses informasi cuaca hingga tingkat kecamatan. Melalui aplikasi yang disediakan oleh BMKG, warga dapat mempersiapkan diri dan keluarga dalam menghadapi cuaca,"pungkasnya. 

 

Laporan: Dofi Iskandar (Pekanbaru)

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari