Rabu, 18 September 2024

Menyambung dari Ujung, Terowongan Dirancang di Tengah

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sebagai sirip atau koridor pendukung Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), ruas Tol Pekanbaru-Padang terus digesa. Kendala lahan menjadi persoalan tersendiri di wilayah Sumatera Barat. Karenanya, konstruksi diawali dengan memulai dari kedua ujung ruas, di sisi Padang dan sisi Pekanbaru. Menariknya, jalan bebas hambatan sepanjang 254 kilometer ini, pada sisi tengahnya disiapkan terowongan sekitar 10 kilometer.

Dari sisi Padang, sedang dikebut pekerjaan untuk ruas Padang-Sicincin dan Sicincin-Kapalohilalang. Panjangnya 36,6 kilometer. Progresnya per akhir Januari 2021, sejak diresmikan pembangunannya tiga tahun lalu (2018) oleh Presiden Joko Widodo, pembebasan lahan jalan tol ini baru mencapai 10,97 persen atau sekitar 5,07 kilometer.

Sementara dari sisi Pekanbaru, terdapat ruas Pekanbaru-Bangkinang yang sudah tuntas konstruksinya 56 persen dari total panjang 40 kilometer. Sedangkan untuk rencana pembuatan terowongan, menurut informasi yang dirangkum Riau Pos dari pelaksana pekerjaan PT Hutama Karya, selaku BUMN yang ditunjuk pemerintah sekarang masih dalam tahap rancangan.

"Ya, saat ini Hutama Karya tengah merancang pembuatan terowongan atau tunnel di ruas Tol Pekanbaru-Padang," kata EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Muhammad Fauzan.

- Advertisement -

Disampaikan Fauzan kepada Riau Pos, mengawali Februari kemarin, perihal terowongan yang masih dalam tahap rancangan posisinya sekarang masih basic design (desain awal).

"Di mana teknik pembuatan terowongan tersebut akan berada di seksi Pangkalan-Payakumbuh sepanjang 10 kilometer," ungkapnya.

- Advertisement -

Jika melihat ruasnya, seksi Pangkalan-Payakumbuh ini diperkirakan berada pada kilometer 120+100 sampai dengan kilometer 130+800 dari arah Pekanbaru. Atau pada posisi di tengah-tengan Jalan Tol Pekanbaru-Padang. Mengenai progres dari seksi Pekanbaru, lanjut Fauzan, memang memasuki awal tahun 2021 dan masih dihadapkan dengan pandemi Covid-19, HK terus melanjutkan penyelesaian pembangunan JTTS. Termasuk ruas Pekanbaru-Padang. Pihaknya pun optimis proyek ini dapat tuntas tahun 2021 ini.

"Pembangunan konstruksi pada Tol Pekanbaru–Bangkinang cukup progresif. Hingga saat ini, progres konstruksinya sudah mencapai 56 persen. Sedangkan untuk proses pembebasan lahan yakni kegiatan pemberian uang ganti kerugian (UGK) bagi masyarakat terus berjalan dengan metode pembayaran langsung melalui LMAN oleh Kementerian PUPR," bebernya.

Karenanya, HK berharap kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembangunan tol ini dapat mendukung, sehingga target yang telah ditentukan untuk dapat menyelesaikan konstruksi Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Pekanbaru–Bangkinang di tahun 2021 dapat tercapai.

Masih terkait seksi Pekanbaru-Bangkinang, Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti menyampaikan pengerjaan Tol Pekanbaru–Bangkinang memiliki tantangan tersendiri, salah satunya terkait dengan faktor cuaca. Di mana dengan intensitas curah hujan yang tinggi membuat tim proyek harus melakukan sejumlah pekerjaan untuk menangani tanah yang basah, seperti pembuatan subdrain, memasang pompa di sekitar lokasi pekerjaan dan pekerjaan perkuatan tanah (soil improvement).

Baca Juga:  Tambahan 116 Kasus Baru di Riau

 "Ini menjadi tantangan yang kerap kali dijumpai di lapangan. Namun, kami selaku kontraktor berupaya untuk menghadirkan solusi terbaik agar proyek ini dapat selesai tepat waktu dan menghadirkan kualitas yang disyaratkan. Kami juga rutin berkoordinasi dengan owner yakni Hutama Karya sehingga tak hanya selesai tepat waktu namun kualitas konstruksi jalan yang kami bangun juga maksimal," terang Aji.

Tol Pekanbaru–Bangkinang dirancang untuk memiliki 6 jembatan dan 2 rest area (tempat peristirahatan). Sejumlah pekerjaan fisik yang telah dilakukan yakni pekerjaan main road, overpass, box traffic, dan box drain.

Tol yang memiliki main road sepanjang 40 km dengan kecepatan pada ruas tol ini direncanakan 80 km/jam, akan membantu menyambungkan jalur darat dari Pekanbaru hingga Bangkinang dengan waktu tempuh yang lebih cepat. Jarak dari Pekanbaru-Bangkinang jika melewati jalan nasional adalah sekitar 58 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 40 menit.

Jika Tol Pekanbaru–Bangkinang ini sudah dapat digunakan, dijelaskannya, masyarakat akan dapat mempersingkat jarak tempuh dari Pekanbaru ke Bangkinang hanya dalam waktu 30 sampai dengan 45 menit. Sebagai informasi, Tol Pekanbaru–Bangkinang telah menerapkan teknologi Building Information Modelling (BIM) dalam tahap desain dan konstruksinya. Teknologi BIM merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan karakter fungsional suatu objek bangunan.

Sementara itu dari sisi Padang, persoalan pembebasan lahan menjadi kendala utama lambatnya pengerjaan proyek jalan tol Padang-Sicincin-Kapalohilalang sepanjang 36,6 kilometer. Hampir sebagian besar lahan merupakan tanah ulayat. Hal itu disampaikan Pimpinan PT Hutama Karya Sumbar, Marthen Robert Singal dalam Focus Group Discussion (FGD) Sesi I yang diadakan Padang Ekspres Group (RPG) di Adinegoro Room Graha Pena Padang, Kamis (4/2) dalam rangkaian Hari Pers Nasional Tahun 2021.

Dijelaskannya, sejak diresmikan pembangunannya tiga tahun lalu oleh Presiden Joko Widodo, progres pembebasan lahan jalan tol ini baru mencapai 10,97 persen atau sekitar 5,07 kilometer.

"Kalau untuk progres konstruksi baru mencapai 38,206 persen. Kalau untuk pengerjaan konstruksi ini kami tidak ada hambatan berarti," ujarnya.

Dalam diskusi yang mengangkat tema Solusi Percepatan Pembangunan Tol sebagai Infrastruktur Strategis Nasional di Sumbar, ia menyebut jalan tol ini ditargetkan beroperasi 2022. Namun menurutnya, syaratnya proses pembebasan lahan tuntas awal tahun ini.

"Kalau persoalan lahan tuntas di awal semester 2021 ini, maka kami bisa bekerja secara frontal dan cepat," jelasnya.

Saat ini, katanya, sudah selesai dilakukan beberapa tahapan mulai dari tahap inventarisasi kepemilikan lahan, kemudian tahap pengukuran. "Yang belum itu adalah tahap administrasi," ujarnya.

Ia menegaskan, kendala penuntasan jalan tol ini terletak pada persoalan pembebasan lahan karena hampir sebagian besar lahan yang dilewati merupakan tanah ulayat.

Baca Juga:  Komitmen Mengedepankan Inovasi, PGN Raih IDX Channel Innovation Awards

"Tanah di Sumbar itu ada kekuatannya. Karena hampir 80 persen adalah tanah ulayat," sebutnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang turut hadir dalam FGD tersebut, memastikan pembangunan jalan tol sebagai proyek strategis nasional terus dilakukan dan pasti akan diselesaikan oleh pemerintah. Ya, Tol Pekanbaru-Padang atau sebaliknya, terus digesa pekerjaannya. Sinergitas bersama seluruh stakeholder dalam mengebut pekerjaan menjadi optimisme orang nomor satu di Sumbar tersebut.

"Pembangunan jalan tol prosesnya tetap jalan. Sebab ada (disinformasi) yang menyatakan berhenti dan uang habis," tegas Gubernur Sumbar.

Menurut gubernur dua periode itu, PT Hutama Karya (HK) sebagaimana paparannya dalam FGD sudah menyatakan terus melakukan proses pembangunan sejak groundbreaking Presiden Februari 2018.

"Semuanya all-out termasuk tokoh masyarakat untuk pembangunan jalan tol ini. Pak Presiden pun saat groundbreaking juga sudah minta izin bangun jalan tol kepada tokoh masyarakat yang hadir waktu itu," jelas Irwan Prayitno.

Diakui gubernur, memang jika dibandingkan pembangunan di Pekanbaru lebih cepat. Proses pembebasan lahan dan ganti ruginya lebih cepat. Sedangkan di Sumbar sebagaimana disampaikan HK, sekitar 80 persen merupakan tanah kaum atau ulayat yang pemiliknya hingga ratusan orang sehingga perlu dilakukan upaya persuasif.

"Jalan tol ini pasti jadi. Tak ada satupun rakyat yang bisa menghambat. Kalau menghambat, penegak hukum akan turun tangan. Ini perintah presiden dan undang-undang. Namun demikian upaya yang dilakukan pemerintah daerah persuasif bersama tokoh masyarakat. Pendekatan dengan ninik mamak. Kita tidak mau refresif. Apalagi ini program nasional. Untuk kepentingan masyarakat. Jadi, kita persuasif. Jika ingin cepat bisa saja dengan melibatkan penegak hukum," jelasnya.

Diungkapkan Irwan Prayitno, memang perlu dilakukan sosialisasi yang intens kepada masyarakat di sekitar lokasi pembangunan sehingga tidak ada disinformasi. "Jadi, tidak usah takut dengan masalah tanah. Undang dan datangi pemilik tanah. Jalan ini percepat akses barang. Hidup pertanian, peternakan dan pariwisata kita. Ramai kunjungan wisata kita jika jalan tol ini selesai," kata Irwan Prayitno.

Sementara itu, Koordinator Bidang Intelijen Kejati Sumbar La Ode Muhammad Nusrim menegaskan bahwa tidak ada masalah berarti  dengan pembangunan tol.

"Memang dalam pembangunan ada kendala seperti pembebeasan lahan dan ganti rugi tanah. Namun, itu semua sudah teridentifikasi dan bisa diselesaikan. Saya juga ingatkan jangan percaya pada sumber yang tidak jelas. Saya terima kasih media bantu sosialisasi ini. Tidak ada hambatan  berarti. Harga yang sebelumnya harus di-update lagi, data terbaru. Jadi tidak ada masalah lagi soal harga. Tidak akan terulang lagi kejadian penlok 1," ujarnya.(egp/rpg)

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sebagai sirip atau koridor pendukung Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), ruas Tol Pekanbaru-Padang terus digesa. Kendala lahan menjadi persoalan tersendiri di wilayah Sumatera Barat. Karenanya, konstruksi diawali dengan memulai dari kedua ujung ruas, di sisi Padang dan sisi Pekanbaru. Menariknya, jalan bebas hambatan sepanjang 254 kilometer ini, pada sisi tengahnya disiapkan terowongan sekitar 10 kilometer.

Dari sisi Padang, sedang dikebut pekerjaan untuk ruas Padang-Sicincin dan Sicincin-Kapalohilalang. Panjangnya 36,6 kilometer. Progresnya per akhir Januari 2021, sejak diresmikan pembangunannya tiga tahun lalu (2018) oleh Presiden Joko Widodo, pembebasan lahan jalan tol ini baru mencapai 10,97 persen atau sekitar 5,07 kilometer.

Sementara dari sisi Pekanbaru, terdapat ruas Pekanbaru-Bangkinang yang sudah tuntas konstruksinya 56 persen dari total panjang 40 kilometer. Sedangkan untuk rencana pembuatan terowongan, menurut informasi yang dirangkum Riau Pos dari pelaksana pekerjaan PT Hutama Karya, selaku BUMN yang ditunjuk pemerintah sekarang masih dalam tahap rancangan.

"Ya, saat ini Hutama Karya tengah merancang pembuatan terowongan atau tunnel di ruas Tol Pekanbaru-Padang," kata EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Muhammad Fauzan.

Disampaikan Fauzan kepada Riau Pos, mengawali Februari kemarin, perihal terowongan yang masih dalam tahap rancangan posisinya sekarang masih basic design (desain awal).

"Di mana teknik pembuatan terowongan tersebut akan berada di seksi Pangkalan-Payakumbuh sepanjang 10 kilometer," ungkapnya.

Jika melihat ruasnya, seksi Pangkalan-Payakumbuh ini diperkirakan berada pada kilometer 120+100 sampai dengan kilometer 130+800 dari arah Pekanbaru. Atau pada posisi di tengah-tengan Jalan Tol Pekanbaru-Padang. Mengenai progres dari seksi Pekanbaru, lanjut Fauzan, memang memasuki awal tahun 2021 dan masih dihadapkan dengan pandemi Covid-19, HK terus melanjutkan penyelesaian pembangunan JTTS. Termasuk ruas Pekanbaru-Padang. Pihaknya pun optimis proyek ini dapat tuntas tahun 2021 ini.

"Pembangunan konstruksi pada Tol Pekanbaru–Bangkinang cukup progresif. Hingga saat ini, progres konstruksinya sudah mencapai 56 persen. Sedangkan untuk proses pembebasan lahan yakni kegiatan pemberian uang ganti kerugian (UGK) bagi masyarakat terus berjalan dengan metode pembayaran langsung melalui LMAN oleh Kementerian PUPR," bebernya.

Karenanya, HK berharap kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembangunan tol ini dapat mendukung, sehingga target yang telah ditentukan untuk dapat menyelesaikan konstruksi Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Pekanbaru–Bangkinang di tahun 2021 dapat tercapai.

Masih terkait seksi Pekanbaru-Bangkinang, Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti menyampaikan pengerjaan Tol Pekanbaru–Bangkinang memiliki tantangan tersendiri, salah satunya terkait dengan faktor cuaca. Di mana dengan intensitas curah hujan yang tinggi membuat tim proyek harus melakukan sejumlah pekerjaan untuk menangani tanah yang basah, seperti pembuatan subdrain, memasang pompa di sekitar lokasi pekerjaan dan pekerjaan perkuatan tanah (soil improvement).

Baca Juga:  Hari Ini, Ada Penambahan Satu Kasus Positif Corona di Riau 

 "Ini menjadi tantangan yang kerap kali dijumpai di lapangan. Namun, kami selaku kontraktor berupaya untuk menghadirkan solusi terbaik agar proyek ini dapat selesai tepat waktu dan menghadirkan kualitas yang disyaratkan. Kami juga rutin berkoordinasi dengan owner yakni Hutama Karya sehingga tak hanya selesai tepat waktu namun kualitas konstruksi jalan yang kami bangun juga maksimal," terang Aji.

Tol Pekanbaru–Bangkinang dirancang untuk memiliki 6 jembatan dan 2 rest area (tempat peristirahatan). Sejumlah pekerjaan fisik yang telah dilakukan yakni pekerjaan main road, overpass, box traffic, dan box drain.

Tol yang memiliki main road sepanjang 40 km dengan kecepatan pada ruas tol ini direncanakan 80 km/jam, akan membantu menyambungkan jalur darat dari Pekanbaru hingga Bangkinang dengan waktu tempuh yang lebih cepat. Jarak dari Pekanbaru-Bangkinang jika melewati jalan nasional adalah sekitar 58 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 40 menit.

Jika Tol Pekanbaru–Bangkinang ini sudah dapat digunakan, dijelaskannya, masyarakat akan dapat mempersingkat jarak tempuh dari Pekanbaru ke Bangkinang hanya dalam waktu 30 sampai dengan 45 menit. Sebagai informasi, Tol Pekanbaru–Bangkinang telah menerapkan teknologi Building Information Modelling (BIM) dalam tahap desain dan konstruksinya. Teknologi BIM merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan karakter fungsional suatu objek bangunan.

Sementara itu dari sisi Padang, persoalan pembebasan lahan menjadi kendala utama lambatnya pengerjaan proyek jalan tol Padang-Sicincin-Kapalohilalang sepanjang 36,6 kilometer. Hampir sebagian besar lahan merupakan tanah ulayat. Hal itu disampaikan Pimpinan PT Hutama Karya Sumbar, Marthen Robert Singal dalam Focus Group Discussion (FGD) Sesi I yang diadakan Padang Ekspres Group (RPG) di Adinegoro Room Graha Pena Padang, Kamis (4/2) dalam rangkaian Hari Pers Nasional Tahun 2021.

Dijelaskannya, sejak diresmikan pembangunannya tiga tahun lalu oleh Presiden Joko Widodo, progres pembebasan lahan jalan tol ini baru mencapai 10,97 persen atau sekitar 5,07 kilometer.

"Kalau untuk progres konstruksi baru mencapai 38,206 persen. Kalau untuk pengerjaan konstruksi ini kami tidak ada hambatan berarti," ujarnya.

Dalam diskusi yang mengangkat tema Solusi Percepatan Pembangunan Tol sebagai Infrastruktur Strategis Nasional di Sumbar, ia menyebut jalan tol ini ditargetkan beroperasi 2022. Namun menurutnya, syaratnya proses pembebasan lahan tuntas awal tahun ini.

"Kalau persoalan lahan tuntas di awal semester 2021 ini, maka kami bisa bekerja secara frontal dan cepat," jelasnya.

Saat ini, katanya, sudah selesai dilakukan beberapa tahapan mulai dari tahap inventarisasi kepemilikan lahan, kemudian tahap pengukuran. "Yang belum itu adalah tahap administrasi," ujarnya.

Ia menegaskan, kendala penuntasan jalan tol ini terletak pada persoalan pembebasan lahan karena hampir sebagian besar lahan yang dilewati merupakan tanah ulayat.

Baca Juga:  Kapolri: Bedakan Kritik dan Pencemaran Nama Baik

"Tanah di Sumbar itu ada kekuatannya. Karena hampir 80 persen adalah tanah ulayat," sebutnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang turut hadir dalam FGD tersebut, memastikan pembangunan jalan tol sebagai proyek strategis nasional terus dilakukan dan pasti akan diselesaikan oleh pemerintah. Ya, Tol Pekanbaru-Padang atau sebaliknya, terus digesa pekerjaannya. Sinergitas bersama seluruh stakeholder dalam mengebut pekerjaan menjadi optimisme orang nomor satu di Sumbar tersebut.

"Pembangunan jalan tol prosesnya tetap jalan. Sebab ada (disinformasi) yang menyatakan berhenti dan uang habis," tegas Gubernur Sumbar.

Menurut gubernur dua periode itu, PT Hutama Karya (HK) sebagaimana paparannya dalam FGD sudah menyatakan terus melakukan proses pembangunan sejak groundbreaking Presiden Februari 2018.

"Semuanya all-out termasuk tokoh masyarakat untuk pembangunan jalan tol ini. Pak Presiden pun saat groundbreaking juga sudah minta izin bangun jalan tol kepada tokoh masyarakat yang hadir waktu itu," jelas Irwan Prayitno.

Diakui gubernur, memang jika dibandingkan pembangunan di Pekanbaru lebih cepat. Proses pembebasan lahan dan ganti ruginya lebih cepat. Sedangkan di Sumbar sebagaimana disampaikan HK, sekitar 80 persen merupakan tanah kaum atau ulayat yang pemiliknya hingga ratusan orang sehingga perlu dilakukan upaya persuasif.

"Jalan tol ini pasti jadi. Tak ada satupun rakyat yang bisa menghambat. Kalau menghambat, penegak hukum akan turun tangan. Ini perintah presiden dan undang-undang. Namun demikian upaya yang dilakukan pemerintah daerah persuasif bersama tokoh masyarakat. Pendekatan dengan ninik mamak. Kita tidak mau refresif. Apalagi ini program nasional. Untuk kepentingan masyarakat. Jadi, kita persuasif. Jika ingin cepat bisa saja dengan melibatkan penegak hukum," jelasnya.

Diungkapkan Irwan Prayitno, memang perlu dilakukan sosialisasi yang intens kepada masyarakat di sekitar lokasi pembangunan sehingga tidak ada disinformasi. "Jadi, tidak usah takut dengan masalah tanah. Undang dan datangi pemilik tanah. Jalan ini percepat akses barang. Hidup pertanian, peternakan dan pariwisata kita. Ramai kunjungan wisata kita jika jalan tol ini selesai," kata Irwan Prayitno.

Sementara itu, Koordinator Bidang Intelijen Kejati Sumbar La Ode Muhammad Nusrim menegaskan bahwa tidak ada masalah berarti  dengan pembangunan tol.

"Memang dalam pembangunan ada kendala seperti pembebeasan lahan dan ganti rugi tanah. Namun, itu semua sudah teridentifikasi dan bisa diselesaikan. Saya juga ingatkan jangan percaya pada sumber yang tidak jelas. Saya terima kasih media bantu sosialisasi ini. Tidak ada hambatan  berarti. Harga yang sebelumnya harus di-update lagi, data terbaru. Jadi tidak ada masalah lagi soal harga. Tidak akan terulang lagi kejadian penlok 1," ujarnya.(egp/rpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari