Selasa, 2 Juli 2024

Pendisiplinan Masyarakat Harus dengan Pendekatan Humanis

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta pada pemerintah agar melakukan pendekatan humanis dan persuasif dalam mendisiplinan masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena negara melibatkan penuh aparat TNI dan Polri.

"Proses pendisiplinan masyarakat di masa pandemi ini, harus dalam konteks pemberdayaan masyarakat agar bisa dan bersedia memenuhi syarat protokol kesehatan di masa wabah Covid-19," ujar Rerie saapaan Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/5).

- Advertisement -

Sehingga, jelas Rerie, upaya pendisiplinan tidak melulu dilakukan dalam bentuk hukuman fisik atau denda, tetapi lebih pada penyadaran secara humanistis untuk menaati protokol kesehatan.

"Jadi nanti aparat kepolisian dan TNI tidak membawa pentungan apalagi senjata. Mereka cukup dibekali cadangan masker dan hand sanitizer misalnya, untuk diberikan kepada warga yang tidak memakainya di area publik," ujar Legislator Partai Nasdem itu.

Sebelumnya, pada Rabu (27/5), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, sekitar 340.000 personel TNI dan Polri akan dilibatkan dalam proses penegakan disiplin masyarakat untuk memasuki kondisi kenormalan baru di masa pandemi Covid-19.

- Advertisement -
Baca Juga:  Sekjen Gerindra Minta Kadernya Desak Kepala Daerah Cairkan Insentif Nakes

Jumlah ratusan ribu aparat itu, jelas Rerie dialokasikan untuk bertugas pada 1.800 titik yang berada di empat provinsi serta 25 kabupaten dan kota.

Rerie memahami, bila kepolisian meminta bantuan TNI untuk menegakkan disiplin masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan di masa wabah Covid-19 di tanah air.

"Mengingat jumlah masyarakat yang akan diajak untuk disiplin jauh lebih banyak daripada jumlah aparat kepolisian," ujarnya.

Meski begitu dalam tata laksana pendisiplinan masyarakat, Rerie menegaskan, pemerintah hendaknya mengacu pasal 30 UUD 1945, yang pada ayat 3 dan 4 menegaskan, (3) TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Sedangkan pada ayat (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Baca Juga:  RUU Omnibus Law Berpotensi Maladministrasi

"Jadi jelas dalam upaya pendisiplinan masyarakat di masa wabah Covid-19 lead sector-nya adalah kepolisian, bila kepolisian kekurangan personel bisa minta bantuan kepada TNI," ujarnya.

Dalam proses pendisiplinan yang dilaksanakan aparat kepolisian dan TNI, menurut Rerie, juga hendaknya dilakukan sosialisasi cara mencuci tangan, mencuci masker kain dengan benar, budaya antre dengan jarak minimal satu meter dan menghindari kerumunan. "Sehingga setiap lapisan masyarakat benar-benar memahami tata cara bersosialisasi yang baru."

Karena itu, Rerie berharap dalam proses pendisiplinan masyarakat teknis komunikasinya lebih ke arah persuasif, bukan semata-mata perintah yang hanya akan menimbulkan ketakutan bukan kesadaran.

"Dengan cara tersebut masyarakat diharapkan memenuhi protokol kesehatan atas dasar kesadaran bukan karena takut kena sanksi," pungkasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta pada pemerintah agar melakukan pendekatan humanis dan persuasif dalam mendisiplinan masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena negara melibatkan penuh aparat TNI dan Polri.

"Proses pendisiplinan masyarakat di masa pandemi ini, harus dalam konteks pemberdayaan masyarakat agar bisa dan bersedia memenuhi syarat protokol kesehatan di masa wabah Covid-19," ujar Rerie saapaan Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/5).

Sehingga, jelas Rerie, upaya pendisiplinan tidak melulu dilakukan dalam bentuk hukuman fisik atau denda, tetapi lebih pada penyadaran secara humanistis untuk menaati protokol kesehatan.

"Jadi nanti aparat kepolisian dan TNI tidak membawa pentungan apalagi senjata. Mereka cukup dibekali cadangan masker dan hand sanitizer misalnya, untuk diberikan kepada warga yang tidak memakainya di area publik," ujar Legislator Partai Nasdem itu.

Sebelumnya, pada Rabu (27/5), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, sekitar 340.000 personel TNI dan Polri akan dilibatkan dalam proses penegakan disiplin masyarakat untuk memasuki kondisi kenormalan baru di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga:  PKS Ingatkan Partai Pengusung Prabowo - Sandi Jangan Seperti Kacang Lupa Kulit

Jumlah ratusan ribu aparat itu, jelas Rerie dialokasikan untuk bertugas pada 1.800 titik yang berada di empat provinsi serta 25 kabupaten dan kota.

Rerie memahami, bila kepolisian meminta bantuan TNI untuk menegakkan disiplin masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan di masa wabah Covid-19 di tanah air.

"Mengingat jumlah masyarakat yang akan diajak untuk disiplin jauh lebih banyak daripada jumlah aparat kepolisian," ujarnya.

Meski begitu dalam tata laksana pendisiplinan masyarakat, Rerie menegaskan, pemerintah hendaknya mengacu pasal 30 UUD 1945, yang pada ayat 3 dan 4 menegaskan, (3) TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Sedangkan pada ayat (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Baca Juga:  Minta Daerah Fokus PHPU Pileg dan Pilkada

"Jadi jelas dalam upaya pendisiplinan masyarakat di masa wabah Covid-19 lead sector-nya adalah kepolisian, bila kepolisian kekurangan personel bisa minta bantuan kepada TNI," ujarnya.

Dalam proses pendisiplinan yang dilaksanakan aparat kepolisian dan TNI, menurut Rerie, juga hendaknya dilakukan sosialisasi cara mencuci tangan, mencuci masker kain dengan benar, budaya antre dengan jarak minimal satu meter dan menghindari kerumunan. "Sehingga setiap lapisan masyarakat benar-benar memahami tata cara bersosialisasi yang baru."

Karena itu, Rerie berharap dalam proses pendisiplinan masyarakat teknis komunikasinya lebih ke arah persuasif, bukan semata-mata perintah yang hanya akan menimbulkan ketakutan bukan kesadaran.

"Dengan cara tersebut masyarakat diharapkan memenuhi protokol kesehatan atas dasar kesadaran bukan karena takut kena sanksi," pungkasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari