Jumat, 22 November 2024

Golkar Perlu Figur yang Merangkul

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS) — Partai Golkar diprediksi bakal mengalami perpecahan lagi. Kemungkinan itu diungkapkan oleh Politisi senior Golkar Ahmadi Noor Supit.

Ia menyinyalir, Golkar akan kembali dalam fase terbelah seperti saat munculnya kubu Munas Bali kontra Munas Ancol. Menurutnya, bibit perpecahan itu terlihat dari tersingkirnya para pendukung Bambang Soesatyo (Bamsoet) dari posisi di alat kelengkapan DPR (AKD) ataupun kepanitiaan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar.

- Advertisement -

Ahmadi yang juga Ketua Tim Pemenangan Bamsoet menuding Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bertindak sewenang-wenang. Menurut Ahmadi, pihak-pihak yang terafiliasi dengan Bamsoet termasuk di Fraksi Partai Golkar DPR langsung disingkirkan.

"Ada pencoretan terhadap seluruh anggota kepanitiaan Munas Golkar yang terindikasi pro-Bamsoet oleh saudara Airlangga Hartarto pada hari ini," ujar Ahmadi di Jakarta, Rabu (20/11).

Ahmadi menambahkan, hal itu berpotensi memunculkan perlawanan dan melahirkan munas tandingan seperti Ancol vs Bali pada waktu lalu yang membuat perpecahan Golkar tak terhindarkan.

- Advertisement -

"Golkar pecah lagi karena tindakan antidemokrasi dan intimidatif dari ketum saat ini dan orang-orang dekat sekelilingnya," tegasnya.

Sementara itu, senior Partai Golkar Freddy Latumahina menuturkan, kader-kader di daerah-daerah banyak yang mengaku sudah kehilangan ketokohan Golkar.

Baca Juga:  Pemerintah Klaim Sudah Sesuai Aturan

"Ini membuat semua orang yang cinta pada Partai Golkar bertanya-tanya. Mekanisme tingkat pusat tidak jalan, seperti ada kesalahan konsolidasi organisasi dan kesengajaan," kata Freddy.

Freddy meyakini, kader yang betul-betul mencintai Golkar pasti akan bersuara melihat kondisi partai saat ini. "Kami pastikan, ini bukan karena masalah pribadi, tapi agar partai ini selamat menjalani agenda politik selanjutnya," tuturnya.

Diketahui, pada Pileg 2019, suara Partai Golkar berada diperingkat tiga dengan perolehan 17.229.789 suara atau 12,31 persen. Di atasnya ada Partai Gerindra dan PDIP. Padahal saat Pileg 2014, Golkar berhasil meraih 18.432.312 suara atau 14,75 persen.

"Kesimpulan akhirnya, harus ada perubahan, Golkar perlu orang baru," paparnya.

Terakhir, Freddy berharap, DPD I objektif menilai kondisi Golkar saat ini. Tantangan yang akan dihadapi Golkar ke depan akan semakin berat. Karena itu, Golkar butuh sosok pemimpin yang bisa merangkul semua kader.

"Mengakar dan bisa merangkul dan berjuang bersama meraih suara yang hilang di Pileg 2019," paparnya.

Selain Freddy, tokoh senior Golkar yang ikut mendukung Bamsoet menjadi ketua umum periode 2019-2024 yakni, MS Hidayat, Marzuki Darusman, Pontjo Sutowo, Paskah Suzetta.

Sementara itu di tempat berbeda, Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengakui, Partai Golkar selama 1,5 tahun di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto sempat mengalami Turbulensi Politik yang luar biasa.

Baca Juga:  Pegamat Politik: Aneh, Fachrul Razi Ditunjuk Jadi Menteri Agama

Namun menurutnya, Golkar berhasil keluar dan tetap mempertahankan posisinya sebagai pemenang kedua dalam Pileg 2019 dengan perolehan 85 kursi, nomor dua setelah PDIP.

"Kalau ada orang yang menilai Golkar minim prestasi di bawah kepemimpinan Airlangga, saya kira pengamat ini tidak mengamati dinamika Partai Golkar secara komprehensif," kata Ace Hasan.

Ace juga mengatakan, mayoritas internal Partai Golkar menginginkan Airlangga Hartarto kembali memimpin. Aspirasi itu terlihat saat para Ketua DPD Partai Golkar menyampaikan pandangan umum di acara Rapat pimpinan nasional (Rapimnas).

Para pimpinan daerah yang disebut mendukung Airlangga Hartarto, di antaranya Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara dan Riau. Kemudian, Kalimantan Timur, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, DKI Jakarta, Bengkulu, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Yogyakarta.

"Ada yang secara eksplisit menyatakan dukungannya kepada Airlangga disampaikan Sulbar, Banten, Sulteng, Kalteng, Jateng, NTB, Kaltara, Sulsel, Papua, Maluku, Malut, Babel dan Jambi," ujar Ace.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

JAKARTA (RIAUPOS) — Partai Golkar diprediksi bakal mengalami perpecahan lagi. Kemungkinan itu diungkapkan oleh Politisi senior Golkar Ahmadi Noor Supit.

Ia menyinyalir, Golkar akan kembali dalam fase terbelah seperti saat munculnya kubu Munas Bali kontra Munas Ancol. Menurutnya, bibit perpecahan itu terlihat dari tersingkirnya para pendukung Bambang Soesatyo (Bamsoet) dari posisi di alat kelengkapan DPR (AKD) ataupun kepanitiaan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar.

- Advertisement -

Ahmadi yang juga Ketua Tim Pemenangan Bamsoet menuding Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bertindak sewenang-wenang. Menurut Ahmadi, pihak-pihak yang terafiliasi dengan Bamsoet termasuk di Fraksi Partai Golkar DPR langsung disingkirkan.

"Ada pencoretan terhadap seluruh anggota kepanitiaan Munas Golkar yang terindikasi pro-Bamsoet oleh saudara Airlangga Hartarto pada hari ini," ujar Ahmadi di Jakarta, Rabu (20/11).

- Advertisement -

Ahmadi menambahkan, hal itu berpotensi memunculkan perlawanan dan melahirkan munas tandingan seperti Ancol vs Bali pada waktu lalu yang membuat perpecahan Golkar tak terhindarkan.

"Golkar pecah lagi karena tindakan antidemokrasi dan intimidatif dari ketum saat ini dan orang-orang dekat sekelilingnya," tegasnya.

Sementara itu, senior Partai Golkar Freddy Latumahina menuturkan, kader-kader di daerah-daerah banyak yang mengaku sudah kehilangan ketokohan Golkar.

Baca Juga:  Bersiap Lebih Dini Hadapi Pilpres, NasDem Siapkan Konvensi Capres

"Ini membuat semua orang yang cinta pada Partai Golkar bertanya-tanya. Mekanisme tingkat pusat tidak jalan, seperti ada kesalahan konsolidasi organisasi dan kesengajaan," kata Freddy.

Freddy meyakini, kader yang betul-betul mencintai Golkar pasti akan bersuara melihat kondisi partai saat ini. "Kami pastikan, ini bukan karena masalah pribadi, tapi agar partai ini selamat menjalani agenda politik selanjutnya," tuturnya.

Diketahui, pada Pileg 2019, suara Partai Golkar berada diperingkat tiga dengan perolehan 17.229.789 suara atau 12,31 persen. Di atasnya ada Partai Gerindra dan PDIP. Padahal saat Pileg 2014, Golkar berhasil meraih 18.432.312 suara atau 14,75 persen.

"Kesimpulan akhirnya, harus ada perubahan, Golkar perlu orang baru," paparnya.

Terakhir, Freddy berharap, DPD I objektif menilai kondisi Golkar saat ini. Tantangan yang akan dihadapi Golkar ke depan akan semakin berat. Karena itu, Golkar butuh sosok pemimpin yang bisa merangkul semua kader.

"Mengakar dan bisa merangkul dan berjuang bersama meraih suara yang hilang di Pileg 2019," paparnya.

Selain Freddy, tokoh senior Golkar yang ikut mendukung Bamsoet menjadi ketua umum periode 2019-2024 yakni, MS Hidayat, Marzuki Darusman, Pontjo Sutowo, Paskah Suzetta.

Sementara itu di tempat berbeda, Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengakui, Partai Golkar selama 1,5 tahun di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto sempat mengalami Turbulensi Politik yang luar biasa.

Baca Juga:  Prabowo Jumpa Jokowi, Amien Rais: Kok Tiba-tiba Nyelonong

Namun menurutnya, Golkar berhasil keluar dan tetap mempertahankan posisinya sebagai pemenang kedua dalam Pileg 2019 dengan perolehan 85 kursi, nomor dua setelah PDIP.

"Kalau ada orang yang menilai Golkar minim prestasi di bawah kepemimpinan Airlangga, saya kira pengamat ini tidak mengamati dinamika Partai Golkar secara komprehensif," kata Ace Hasan.

Ace juga mengatakan, mayoritas internal Partai Golkar menginginkan Airlangga Hartarto kembali memimpin. Aspirasi itu terlihat saat para Ketua DPD Partai Golkar menyampaikan pandangan umum di acara Rapat pimpinan nasional (Rapimnas).

Para pimpinan daerah yang disebut mendukung Airlangga Hartarto, di antaranya Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara dan Riau. Kemudian, Kalimantan Timur, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, DKI Jakarta, Bengkulu, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Yogyakarta.

"Ada yang secara eksplisit menyatakan dukungannya kepada Airlangga disampaikan Sulbar, Banten, Sulteng, Kalteng, Jateng, NTB, Kaltara, Sulsel, Papua, Maluku, Malut, Babel dan Jambi," ujar Ace.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari