Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Survei Menunjukkan, 43 Persen Rakyat Takut Bicara Politik

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei nasional yang bertajuk  ’’Kondisi Demokrasi dan Ekonomi Politik Nasional Pasca-Kerusuhan 21-22 Mei’’. Hasilnya, angka kepuasan demokrasi Indonesia masih terbilang masih cukup tinggi.

Namun, fakta itu diiringi oleh tingginya angka responden yang mengaku takut berbicara soal politik setelah kerusuhan 21-22 Mei. Berdasarkan data SMRC, sekitar 59 persen dari 1.220 responden menganggap cukup puas dengan jalannya demokrasi selama ini. Sedangkan 7 persen respondennya menyatakan merasa sangat puas.

Di sisi lain, ada sekitar 26 persen responden yang menyatakan kurang puas, 4 persen mengaku tidak puas sama sekali dan 4 persen sisanya tidak menjawab. Dalam surveinya tersebut, ada sekitar 43 persen responden Indonesia menyatakan takut berbicara politik pasca kerusuhan 21-22 Mei 2019. Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan dengan periode awal Joko Widodo (Jokowi) memimpin pada 2014 lalu yang hanya sebesar 17 persen.

Baca Juga:  PT TUN Jakarta Tolak Gugatan Moeldoko

’’Saat ini ada peningkatan, itu menyebabkan publik takut untuk berbicara politik,’’ kata Direktur Program SMRC Sirojuddin Abbas, di kantornya, Menteng, Jakarta, Minggu (16/6/2019).

Tren tersebut juga lebih jauh meningkat daripada periode kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2009 lalu. Abbas mengatakan, pada era SBY hanya sebesar 16 persen masyarakat yang takut berbicara politik.

’’Ini perlu kita catat bahwa saat ini ada tren kenaikan perasaan takut di masyarakat untuk berbicara politik. Ada penurunan kualitas,’’ katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan saat ini ada pula masyarakat Indonesia yang masih mau berbicara politik. Dalam temuannya, sebesar 35 persen masyarakat Indonesia masih sering bicara politik.

Baca Juga:  Jokowi: Yang Namanya Kalah Ya Mesti Tak Puas

Sedangkan, yang mengaku jarang bicara politik sebesar 25 persen, tidak pernah bicara politik sebesar 26 persen, selalu bicara politik 8 persen, dan tidak menjawab 7 persen.

’’Sebagian besar jarang bicara politik,’’ katanya. Survei SMRC kali ini digelar dengan responden warga yang berusia 17 tahun atau lebih atau yang sudah menikah dalam rentang waktu 20 Mei-1 Juni 2019. Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1220 responden.

Kendati demikian, responden yang dapat diwawancarai secara valid 1078 atau 88 persen. Margin of error kurang lebih 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.(igmanibrahim)

Sumber: Jawapos.com
Editor: Fopin A Sinaga

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei nasional yang bertajuk  ’’Kondisi Demokrasi dan Ekonomi Politik Nasional Pasca-Kerusuhan 21-22 Mei’’. Hasilnya, angka kepuasan demokrasi Indonesia masih terbilang masih cukup tinggi.

Namun, fakta itu diiringi oleh tingginya angka responden yang mengaku takut berbicara soal politik setelah kerusuhan 21-22 Mei. Berdasarkan data SMRC, sekitar 59 persen dari 1.220 responden menganggap cukup puas dengan jalannya demokrasi selama ini. Sedangkan 7 persen respondennya menyatakan merasa sangat puas.

- Advertisement -

Di sisi lain, ada sekitar 26 persen responden yang menyatakan kurang puas, 4 persen mengaku tidak puas sama sekali dan 4 persen sisanya tidak menjawab. Dalam surveinya tersebut, ada sekitar 43 persen responden Indonesia menyatakan takut berbicara politik pasca kerusuhan 21-22 Mei 2019. Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan dengan periode awal Joko Widodo (Jokowi) memimpin pada 2014 lalu yang hanya sebesar 17 persen.

Baca Juga:  Elite Gerindra Tidak Khawatir Gugatan PDIP ke PTUN

’’Saat ini ada peningkatan, itu menyebabkan publik takut untuk berbicara politik,’’ kata Direktur Program SMRC Sirojuddin Abbas, di kantornya, Menteng, Jakarta, Minggu (16/6/2019).

- Advertisement -

Tren tersebut juga lebih jauh meningkat daripada periode kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2009 lalu. Abbas mengatakan, pada era SBY hanya sebesar 16 persen masyarakat yang takut berbicara politik.

’’Ini perlu kita catat bahwa saat ini ada tren kenaikan perasaan takut di masyarakat untuk berbicara politik. Ada penurunan kualitas,’’ katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan saat ini ada pula masyarakat Indonesia yang masih mau berbicara politik. Dalam temuannya, sebesar 35 persen masyarakat Indonesia masih sering bicara politik.

Baca Juga:  Jokowi: Yang Namanya Kalah Ya Mesti Tak Puas

Sedangkan, yang mengaku jarang bicara politik sebesar 25 persen, tidak pernah bicara politik sebesar 26 persen, selalu bicara politik 8 persen, dan tidak menjawab 7 persen.

’’Sebagian besar jarang bicara politik,’’ katanya. Survei SMRC kali ini digelar dengan responden warga yang berusia 17 tahun atau lebih atau yang sudah menikah dalam rentang waktu 20 Mei-1 Juni 2019. Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1220 responden.

Kendati demikian, responden yang dapat diwawancarai secara valid 1078 atau 88 persen. Margin of error kurang lebih 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.(igmanibrahim)

Sumber: Jawapos.com
Editor: Fopin A Sinaga
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari