Nasdem Cemburu Mega-Prabowo Makin Mesra

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-Ma’ruf Amin, dinamika politik Tanah Air terus berkembang. Belakangan PDIP dan Partai Gerindra terlihat makin mesra. Kemesraan dua seteru Pilpres 2019 itu memicu cemburu parpol Koalisi Indonesia Kerja, terutama Partai Nasdem.

Pandangan itu dikemukakan Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Andriadi Achmad. Dia menilai terjadi perang urat syaraf di internal Koalisi Indonesia Kerja. “Sebenarnya ada apa dengan Nasdem setelah kedekatan PDIP-Gerindra. Sepertinya Nasdem cemburu buta. Seolah tidak rela dimadu oleh PDIP. Terlihat perang argumen antara politisi Nasdem versus PDIP-Gerindra,” ujar Andriadi Achmad, Senin (12/8).

- Advertisement -

Andriadi melihat bentuk kecemburuan dari Partai Nasdem terlihat dari beberapa manuvernya. Seperti Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Lalu Surya Paloh mengumpulkan parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf tanpa kehadiran PDIP dan lain-lain. Politisi Nasdem Bestari Barus mendorong Wali Kota Surabaya Risma untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2020.

Sementara kemesraan yang ditunjukkan PDIP-Gerindra dimulai dari pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta. Lalu berlanjut dengan pertemuan Prabowo dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta.

- Advertisement -

Kemesraan yang cukup menarik perhatian publik yakni kehadiran Prabowo Subianto di Kongres PDIP yang berlangsung di Bali, Kamis (8/8). Pada pidato politiknya, Megawati Soekarnoputri pun beberapa kali menyebut nama Prabowo. “Pidato Megawati ketika itu seakan tidak ada lagi pertarungan antara kedua tokoh bangsa tersebut sebelumnya,” ujar direktur Nusantara Institute PolCom SRC itu.

Lebih jauh Andri berpen­dapat, kecemburuan Nasdem tidak terlepas dari ada­nya matahari kembar di kelompok KIK, yakninya Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh.

Adagium tidak ada matahari kembar  itu sebenarnya terlihat sejak koalisi pendukung Jokowi – JK di Pilpres 2014 dan Jokowi–Ma’ruf Amin di Pilpres 2019. Megawati dan Surya Paloh terlihat saling bersaing dalam memperbutkan posisi the king maker dalam koalisi.

Kegerahan inilah yang menimbulkan ketidaknyamanan Megawati (PDIP) atas Surya Paloh (Nasdem). Oleh karena itu, setelah pilpres 2019 menjadi puncak ketegangan antara Megawati-Surya Paloh dan terlihat berujung seperti pecah kongsi.(jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-Ma’ruf Amin, dinamika politik Tanah Air terus berkembang. Belakangan PDIP dan Partai Gerindra terlihat makin mesra. Kemesraan dua seteru Pilpres 2019 itu memicu cemburu parpol Koalisi Indonesia Kerja, terutama Partai Nasdem.

Pandangan itu dikemukakan Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Andriadi Achmad. Dia menilai terjadi perang urat syaraf di internal Koalisi Indonesia Kerja. “Sebenarnya ada apa dengan Nasdem setelah kedekatan PDIP-Gerindra. Sepertinya Nasdem cemburu buta. Seolah tidak rela dimadu oleh PDIP. Terlihat perang argumen antara politisi Nasdem versus PDIP-Gerindra,” ujar Andriadi Achmad, Senin (12/8).

Andriadi melihat bentuk kecemburuan dari Partai Nasdem terlihat dari beberapa manuvernya. Seperti Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Lalu Surya Paloh mengumpulkan parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf tanpa kehadiran PDIP dan lain-lain. Politisi Nasdem Bestari Barus mendorong Wali Kota Surabaya Risma untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2020.

Sementara kemesraan yang ditunjukkan PDIP-Gerindra dimulai dari pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta. Lalu berlanjut dengan pertemuan Prabowo dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta.

Kemesraan yang cukup menarik perhatian publik yakni kehadiran Prabowo Subianto di Kongres PDIP yang berlangsung di Bali, Kamis (8/8). Pada pidato politiknya, Megawati Soekarnoputri pun beberapa kali menyebut nama Prabowo. “Pidato Megawati ketika itu seakan tidak ada lagi pertarungan antara kedua tokoh bangsa tersebut sebelumnya,” ujar direktur Nusantara Institute PolCom SRC itu.

Lebih jauh Andri berpen­dapat, kecemburuan Nasdem tidak terlepas dari ada­nya matahari kembar di kelompok KIK, yakninya Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh.

Adagium tidak ada matahari kembar  itu sebenarnya terlihat sejak koalisi pendukung Jokowi – JK di Pilpres 2014 dan Jokowi–Ma’ruf Amin di Pilpres 2019. Megawati dan Surya Paloh terlihat saling bersaing dalam memperbutkan posisi the king maker dalam koalisi.

Kegerahan inilah yang menimbulkan ketidaknyamanan Megawati (PDIP) atas Surya Paloh (Nasdem). Oleh karena itu, setelah pilpres 2019 menjadi puncak ketegangan antara Megawati-Surya Paloh dan terlihat berujung seperti pecah kongsi.(jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya