MANILA (RIAUPOS.CO) – Matahari belum menampakkan sinarnya, tapi antrean di tempat-tempat pemungutan suara (TPS) di Filipina sudah mengular. Pemilu serentak untuk memilih presiden hingga pejabat lokal digelar, kemarin (9/5).
Sejatinya TPS baru dibuka pukul 06.00 namun penduduk sudah datang sejak pagi masih gelap. Total ada 65,7 juta penduduk yang memiliki hak pilih. Para pengamat memperkirakan angka partisipasi pemilu kali ini cukup tinggi. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya antrean di TPS ketika sudah melebihi jam tutup pada pukul 19.00.
Tagar #ExtendVotingHoursPH yang meminta perpanjangan jam tutup TPS ramai di jagat twitter. Banyak pihak yang kemungkinan tidak bisa memberikan hak suaranya karena komisi penyelenggara pemilu menolak memperpanjang waktu pemilihan secara nasional.
"Tidak ada alasan memperpanjang karena antrean di beberapa area karena mati lampu dan jumlahnya kecil. Masalah sudah diselesaikan," ujar George Garcia, salah satu komisioner Komisi Pemilu Filipina seperti dikutip The New York Times.
Tidak adanya aliran listrik menjadi masalah. Ini karena pemungutan suara menggunakan mesin voting otomatis. Salah satu kandidat presiden, Leni Robredo, juga harus mengantre selama 2 jam sebelum memberikan suaranya di Magarao, Provinsi Camarines Sur.
Dugaan kecurangan juga bermunculan. Berdasarkan laporan, ada 1.800 mesin voting yang rusak di hari H pemungutan suara. Di lain pihak, mesin penggantinya hanya ada 1.100 saja. Jumlah kerusakan itu dua kali lipat dibandingkan pemilu 2016.
Kelompok advokasi yang terdiri dari para pengacara, jaringan hukum untuk pemilu yang jujur, mengungkapkan bahwa selain masalah teknis ada juga penyimpangan dan pelanggaran pemilu. Salah satunya adalah adanya orang-orang yang berpura-pura sebagai petugas pemilu dan membantu pemilih saat memberikan hak suara.
Suara dari masing-masing TPS dikirimkan ke pusat untuk dilakukan penghitungan secara nasional pada hari ini sekitar pukul 13.00. Beberapa daerah yang terpencil dan tidak memiliki jaringan internet harus membawa langsung hasilnya ke Manila. Filipina terdiri dari sekitar 7.640 pulau. Beberapa orang di desa-desa terpencil bahkan harus berjalan selama 12 jam untuk ke TPS.
Dilansir Agence France-Presse, sekitar separuh dari 70 ribu TPS sudah menyerahkan hasil penghitungan kemarin malam. Hasil sementara menunjukkan bahwa Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong mendapatkan suara dua kali lipat dibanding rival terdekatnya Leni Robredo. Hasil pemilu resmi harus menunggu selama beberapa hari lagi. Pada 2016 lalu, kemenangan Rodrigo Duterte baru diumumkan setelah hampir 3 pekan.
Pesta demokrasi kemarin juga diwarnai tragedi berdarah. Tiga pasukan keamanan yang menjaga TPS di Buluan, Mindanao ditembak mati. Serangan serupa terjadi di Lanao del Sur, Mindanao. Satu pemilih tewas dan dua orang lainnya luka. Meski begitu, secara umum, pemilu Filipina dinilai aman. "Pemilu kali ini masih relatif damai dibandingkan dengan 2019," ujar Kepala Komisi Pemilu Saidamen Pangarungan.
Sementara itu presiden terpilih Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol dilantik hari ini (10/5). Ketika resmi menjabat nanti, Yoon tidak akan berkantor di Blue House seperti para pendahulunya. Dia bersikukuh untuk memindahkan kantor kepresidenan ke kompleks Kementerian Pertahanan di Distrik Yongsan. Blue House akan menjadi tempat yang terbuka untuk umum.
Dari Sri Lanka, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa akhirnya mengundurkan diri kemarin. Keputusan itu dibuat setelah aksi massa yang berujung dengan kerusuhan dan menyebabkan 3 orang tewas dan 150 lainnya luka. Insiden terjadi ketika sekitar 3 ribu pendukung Rajapaksa berusaha membongkar tenda demonstan di Galle Face, Kolombo. Dua kubu akhirnya bentrok.
Anggota parlemen Amarakeerthi Athukorala dari partai yang berkuasa menembak dua orang sebelum akhirnya bunuh diri karena dikepung oleh massa antipemerintah. Pascabentrok, Rajapaksa memenuhi tuntutan demonstran untuk mundur.(sha/bay/jpg)