Jumat, 22 Agustus 2025
spot_img

Dosen UIR Ingatkan Ancaman Gempa Besar, Riau Tetap Harus Siaga

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) menggelar sosialisasi kebencanaan di SMK Migas Teknologi Riau, baru-baru ini. Kegiatan yang dipimpin Catur Cahyaningsih ini membahas deretan gempa bumi besar dunia sekaligus menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat.

Sejumlah gempa dahsyat yang terjadi sepanjang 2025 menjadi perhatian. Mulai dari gempa Mw 8,8 di Kamchatka, Rusia (30 Juli) yang memicu tsunami lintas Pasifik, gempa Mw 7,7 di Myanmar (28 Maret) yang merenggut ribuan korban jiwa, hingga gempa Mw 7,1 di Tibet, Tiongkok (7 Januari) yang menewaskan lebih dari seratus orang.

Menanggapi fenomena tersebut, tim UIR menjelaskan bahwa gempa bumi tidak menjalar dari satu negara ke negara lain. Namun, aktivitas tektonik global tetap saling berhubungan melalui pergerakan lempeng besar dunia. Ancaman bagi Indonesia, tegas mereka, berasal dari subduksi zona megathrust Sunda serta sesar-sesar aktif lokal, bukan dari rambatan gempa Myanmar, Tibet, atau Kamchatka.

Baca Juga:  Kunjungi Riau Pos, Bupati Siak Afni Z Siap Tingkatkan Kolaborasi dengan Media

Daerah paling berisiko gempa besar di Indonesia meliputi pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Sesar aktif di Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga berpotensi memicu gempa merusak. Meski Riau berada di Paparan Sunda yang relatif aman, guncangan gempa dari wilayah Sumatra Barat atau lepas pantai masih bisa terasa.

Catur Cahyaningsih mengingatkan bahwa jarak dari sumber gempa bukan alasan untuk lengah. Bangunan bertingkat, tanah lunak, atau wilayah tepi sungai di Riau bisa memperkuat guncangan. “Fokus kami adalah memahami sumber bahaya, mengurangi risiko melalui bangunan yang lebih kuat dan tata ruang yang tepat, serta membangun budaya respon cepat. Kesiapsiagaan adalah investasi keselamatan,” ujarnya.

Baca Juga:  SMKN 1 Pangkalan Kerinci Buka Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun 2025 Secara Daring

Meski risiko tsunami langsung di Riau rendah karena berhadapan dengan Selat Malaka, masyarakat yang beraktivitas di pesisir dan pulau terluar tetap disarankan mengetahui jalur evakuasi jika sedang berada di kawasan rawan. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana di masa depan.(nto/c)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) menggelar sosialisasi kebencanaan di SMK Migas Teknologi Riau, baru-baru ini. Kegiatan yang dipimpin Catur Cahyaningsih ini membahas deretan gempa bumi besar dunia sekaligus menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat.

Sejumlah gempa dahsyat yang terjadi sepanjang 2025 menjadi perhatian. Mulai dari gempa Mw 8,8 di Kamchatka, Rusia (30 Juli) yang memicu tsunami lintas Pasifik, gempa Mw 7,7 di Myanmar (28 Maret) yang merenggut ribuan korban jiwa, hingga gempa Mw 7,1 di Tibet, Tiongkok (7 Januari) yang menewaskan lebih dari seratus orang.

Menanggapi fenomena tersebut, tim UIR menjelaskan bahwa gempa bumi tidak menjalar dari satu negara ke negara lain. Namun, aktivitas tektonik global tetap saling berhubungan melalui pergerakan lempeng besar dunia. Ancaman bagi Indonesia, tegas mereka, berasal dari subduksi zona megathrust Sunda serta sesar-sesar aktif lokal, bukan dari rambatan gempa Myanmar, Tibet, atau Kamchatka.

Baca Juga:  Pascasarjana UIN Suska Bahas Pariwisata Halal

Daerah paling berisiko gempa besar di Indonesia meliputi pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Sesar aktif di Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga berpotensi memicu gempa merusak. Meski Riau berada di Paparan Sunda yang relatif aman, guncangan gempa dari wilayah Sumatra Barat atau lepas pantai masih bisa terasa.

Catur Cahyaningsih mengingatkan bahwa jarak dari sumber gempa bukan alasan untuk lengah. Bangunan bertingkat, tanah lunak, atau wilayah tepi sungai di Riau bisa memperkuat guncangan. “Fokus kami adalah memahami sumber bahaya, mengurangi risiko melalui bangunan yang lebih kuat dan tata ruang yang tepat, serta membangun budaya respon cepat. Kesiapsiagaan adalah investasi keselamatan,” ujarnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Meningkat, Tiga Daerah di Riau Sumbang 9 Titik Panas

Meski risiko tsunami langsung di Riau rendah karena berhadapan dengan Selat Malaka, masyarakat yang beraktivitas di pesisir dan pulau terluar tetap disarankan mengetahui jalur evakuasi jika sedang berada di kawasan rawan. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana di masa depan.(nto/c)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) menggelar sosialisasi kebencanaan di SMK Migas Teknologi Riau, baru-baru ini. Kegiatan yang dipimpin Catur Cahyaningsih ini membahas deretan gempa bumi besar dunia sekaligus menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat.

Sejumlah gempa dahsyat yang terjadi sepanjang 2025 menjadi perhatian. Mulai dari gempa Mw 8,8 di Kamchatka, Rusia (30 Juli) yang memicu tsunami lintas Pasifik, gempa Mw 7,7 di Myanmar (28 Maret) yang merenggut ribuan korban jiwa, hingga gempa Mw 7,1 di Tibet, Tiongkok (7 Januari) yang menewaskan lebih dari seratus orang.

Menanggapi fenomena tersebut, tim UIR menjelaskan bahwa gempa bumi tidak menjalar dari satu negara ke negara lain. Namun, aktivitas tektonik global tetap saling berhubungan melalui pergerakan lempeng besar dunia. Ancaman bagi Indonesia, tegas mereka, berasal dari subduksi zona megathrust Sunda serta sesar-sesar aktif lokal, bukan dari rambatan gempa Myanmar, Tibet, atau Kamchatka.

Baca Juga:  UAS dan Das’ad Latif Kompak Ajak Tolak Politik Uang

Daerah paling berisiko gempa besar di Indonesia meliputi pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Sesar aktif di Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga berpotensi memicu gempa merusak. Meski Riau berada di Paparan Sunda yang relatif aman, guncangan gempa dari wilayah Sumatra Barat atau lepas pantai masih bisa terasa.

Catur Cahyaningsih mengingatkan bahwa jarak dari sumber gempa bukan alasan untuk lengah. Bangunan bertingkat, tanah lunak, atau wilayah tepi sungai di Riau bisa memperkuat guncangan. “Fokus kami adalah memahami sumber bahaya, mengurangi risiko melalui bangunan yang lebih kuat dan tata ruang yang tepat, serta membangun budaya respon cepat. Kesiapsiagaan adalah investasi keselamatan,” ujarnya.

Baca Juga:  84.957 Peserta UTBK- SBMPTN Diimbau Datang Lebih Awal

Meski risiko tsunami langsung di Riau rendah karena berhadapan dengan Selat Malaka, masyarakat yang beraktivitas di pesisir dan pulau terluar tetap disarankan mengetahui jalur evakuasi jika sedang berada di kawasan rawan. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana di masa depan.(nto/c)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari