Selasa, 26 November 2024
spot_img

Peluang Ekonomi Kreatif Riau

Berbicara konteks industri ekonomi kreatif di Asia, maka tidak lepas dari dua negara yang identik dengan industri ekonomi kreatif yang telah mendunia. Dua di antaranya adalah Korea dan Jepang. Ketika kita mendengar Korea maka yang terbayang dalam benak kita adalah industri K-Pop yang akhir-akhir ini booming serta digandrungi anak muda seantero dunia khususnya di Indonesia. Begitu juga ketika kita berbicara Jepang, maka yang identik dengan Jepang ialah industri anime atau kartun yang dari dulu menjadi ciri khas dari negara “Matahari Terbit” tersebut. Transformasi mindset ekonomi dunia secara perlahan bergeser dari sumber daya alam oriented menjadi sumber daya manusia yang berbasis skill oriented.

Dalam pola ekonomi kreatif yang sudah digariskan, pemerintah menetapkan 16 sektor ekonomi kreatif yang akan galakkan, antara lain: aplikasi dan pengembangan permainan, arsitektur, desain produk, fashion, desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, periklanan, penerbitan, seni rupa, serta televisi dan radio. Lalu dari 16 sub sektor ekonomi kreatif diatas, jika diklasifikasi satu persatu maka Riau sebagai provinsi dengan julukan “Home of Malay” dirasakan sudah memiliki fitur produk yang “saleble” dan mempunyai distingsi tersendiri dibandingkan daerah lainnya.

Ketertarikan dunia terhadap produk asli kreatif Indonesia bukanlah hanya isapan jempol belaka. Data menunjukkan bahwa untuk 2019 saja ekspor produk ekonomi kreatif mencapai 20 miliar dolar AS. Dari fenomena ini dapat kita simpulkan bahwa produk-produk kreatif lokal khususnya Riau dapat dikembangkan bahkan berpeluang untuk menembus pasar internasional. Beberapa produk lokal Riau sebenarnya sudah mulai menapak pasar nasional dan internasional seperti kain tenun lejo, produk olahan sagu, serta produk-produk baku seperti sawit, pinang, kelapa, dan sumber alam lainnya.

Baca Juga:  Tantangan Kesetaraan Gender

Paling tidak Riau memiliki cita rasa yang khas dalam segi kuliner seperti seluruh makanan olahan sagu, olahan durian, makanan kering, olahan jenis ikan laut dan darat, serta kuliner-kuliner lainnya. Begitu juga dari segi fashion, identitas melayu dapat dijadikan tema didalam pengembangan fashion yang ada. Berangkat dari nilai etnis yang demikian, maka banyak yang dapat dikolaborasikan seperti membangun arsitektur berbasis kemelayuan serta menghasilkan handicraft yang memiliki sisi indigenous product khas Riau. Artinya dari menemukan konsep identitas dan ide keratif, maka kita bisa memodifikasi produk ekonomi kreatif kita kedalam 16 sektor yang telah ditetapkan, bahkan tanpa terkecuali seperti desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film animasi, dan lainnya.

Hanya saja yang harus ditekankan adalah manejerial ekonomi kreatif yang akan kita laksanakan.  Dengan artian harus ada kerja sama antar pelaku ekonomi kreatif sendiri, pemerintah regional Riau beserta kabupaten/kota, serta seluruh masyarakat Riau pada umumnya. Serta membangun ekosistem ekonomi kreatif baik hulu sampai pada tataran hilir baik dari planning hingga menghasilkan outcome bagi seluruh elemen masyarakat Riau.

Selanjutnya secara teritorial, Riau sangat diuntungkan karena letak Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia dan beberapa negara ASEAN lainnya. Tentu ini menjadi nilai tambah bagi Riau dan menempatkan Riau sebagai provinsi yang sebenarnya mudah untuk menjual produk-produk ekonomi kreatif lokal Riau ke negara tetangga dan memanfaatkan margin keuntungan yang optimal dari kurs rupiah terhadap mata uang dunia.

Baca Juga:  Semangat Bela Negara dari Timur Indonesia

Kemiripan etnis dan budaya antara Riau dengan Negara ASEAN lainnya juga dapat dimanfaatkan sebagai peluang ekonomi kreatif. Beberapa tahun terakhir sepertinya masyarakat Riau mulai sadar akan identitas jati diri yang tampak pada banyaknya muncul produk-produk khas melayu seperti penjualan tanjak khas Riau di berbagai fitur baik secara online maupun di gerai-gerai tertentu.

Pada akhirnya tulisan ini bukanlah sebuah konsep paten yang mampu mengurai semua sisi ekonomi kreatif khususnya bagi Provinsi Riau. Melainkan sebagai pemantik dan pengingat kepada para pembaca dan stakeholder terkait dengan ekonomi kreatif khususnya pemerintah daerah. Maka dari itu mulai dari sekarang mari bersama-sama menciptakan ekonomi kreatif berbasis identitas Riau agar kita tidak jadi penonton melainkan subjek dari ekonomi kreatif itu sendiri. Suka tidak suka sejatinya kita telah masuk di zaman yang penuh dengan hiruk pikuk kreatifitas di mana setiap orang berlomba menciptakan hegemoninya masing-masing dan mengambil setiap keuntungan serta menunjukkan identitas mereka masing-masing. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain ikut terjun kedalam pasar kreativitas tanpa batas dan mengambil peran sebagai profit maker.***

Berbicara konteks industri ekonomi kreatif di Asia, maka tidak lepas dari dua negara yang identik dengan industri ekonomi kreatif yang telah mendunia. Dua di antaranya adalah Korea dan Jepang. Ketika kita mendengar Korea maka yang terbayang dalam benak kita adalah industri K-Pop yang akhir-akhir ini booming serta digandrungi anak muda seantero dunia khususnya di Indonesia. Begitu juga ketika kita berbicara Jepang, maka yang identik dengan Jepang ialah industri anime atau kartun yang dari dulu menjadi ciri khas dari negara “Matahari Terbit” tersebut. Transformasi mindset ekonomi dunia secara perlahan bergeser dari sumber daya alam oriented menjadi sumber daya manusia yang berbasis skill oriented.

Dalam pola ekonomi kreatif yang sudah digariskan, pemerintah menetapkan 16 sektor ekonomi kreatif yang akan galakkan, antara lain: aplikasi dan pengembangan permainan, arsitektur, desain produk, fashion, desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, periklanan, penerbitan, seni rupa, serta televisi dan radio. Lalu dari 16 sub sektor ekonomi kreatif diatas, jika diklasifikasi satu persatu maka Riau sebagai provinsi dengan julukan “Home of Malay” dirasakan sudah memiliki fitur produk yang “saleble” dan mempunyai distingsi tersendiri dibandingkan daerah lainnya.

- Advertisement -

Ketertarikan dunia terhadap produk asli kreatif Indonesia bukanlah hanya isapan jempol belaka. Data menunjukkan bahwa untuk 2019 saja ekspor produk ekonomi kreatif mencapai 20 miliar dolar AS. Dari fenomena ini dapat kita simpulkan bahwa produk-produk kreatif lokal khususnya Riau dapat dikembangkan bahkan berpeluang untuk menembus pasar internasional. Beberapa produk lokal Riau sebenarnya sudah mulai menapak pasar nasional dan internasional seperti kain tenun lejo, produk olahan sagu, serta produk-produk baku seperti sawit, pinang, kelapa, dan sumber alam lainnya.

Baca Juga:  Generasi Robbani di Era Milenial

Paling tidak Riau memiliki cita rasa yang khas dalam segi kuliner seperti seluruh makanan olahan sagu, olahan durian, makanan kering, olahan jenis ikan laut dan darat, serta kuliner-kuliner lainnya. Begitu juga dari segi fashion, identitas melayu dapat dijadikan tema didalam pengembangan fashion yang ada. Berangkat dari nilai etnis yang demikian, maka banyak yang dapat dikolaborasikan seperti membangun arsitektur berbasis kemelayuan serta menghasilkan handicraft yang memiliki sisi indigenous product khas Riau. Artinya dari menemukan konsep identitas dan ide keratif, maka kita bisa memodifikasi produk ekonomi kreatif kita kedalam 16 sektor yang telah ditetapkan, bahkan tanpa terkecuali seperti desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film animasi, dan lainnya.

- Advertisement -

Hanya saja yang harus ditekankan adalah manejerial ekonomi kreatif yang akan kita laksanakan.  Dengan artian harus ada kerja sama antar pelaku ekonomi kreatif sendiri, pemerintah regional Riau beserta kabupaten/kota, serta seluruh masyarakat Riau pada umumnya. Serta membangun ekosistem ekonomi kreatif baik hulu sampai pada tataran hilir baik dari planning hingga menghasilkan outcome bagi seluruh elemen masyarakat Riau.

Selanjutnya secara teritorial, Riau sangat diuntungkan karena letak Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia dan beberapa negara ASEAN lainnya. Tentu ini menjadi nilai tambah bagi Riau dan menempatkan Riau sebagai provinsi yang sebenarnya mudah untuk menjual produk-produk ekonomi kreatif lokal Riau ke negara tetangga dan memanfaatkan margin keuntungan yang optimal dari kurs rupiah terhadap mata uang dunia.

Baca Juga:  Pemimpin (Jangan) Memasung Diri Sendiri

Kemiripan etnis dan budaya antara Riau dengan Negara ASEAN lainnya juga dapat dimanfaatkan sebagai peluang ekonomi kreatif. Beberapa tahun terakhir sepertinya masyarakat Riau mulai sadar akan identitas jati diri yang tampak pada banyaknya muncul produk-produk khas melayu seperti penjualan tanjak khas Riau di berbagai fitur baik secara online maupun di gerai-gerai tertentu.

Pada akhirnya tulisan ini bukanlah sebuah konsep paten yang mampu mengurai semua sisi ekonomi kreatif khususnya bagi Provinsi Riau. Melainkan sebagai pemantik dan pengingat kepada para pembaca dan stakeholder terkait dengan ekonomi kreatif khususnya pemerintah daerah. Maka dari itu mulai dari sekarang mari bersama-sama menciptakan ekonomi kreatif berbasis identitas Riau agar kita tidak jadi penonton melainkan subjek dari ekonomi kreatif itu sendiri. Suka tidak suka sejatinya kita telah masuk di zaman yang penuh dengan hiruk pikuk kreatifitas di mana setiap orang berlomba menciptakan hegemoninya masing-masing dan mengambil setiap keuntungan serta menunjukkan identitas mereka masing-masing. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain ikut terjun kedalam pasar kreativitas tanpa batas dan mengambil peran sebagai profit maker.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari