Puasa merupakan suatu ibadah yang output-nya menjadi orang muttaqin. Di satu hadis, Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa untuk berhasil kualitas puasa, ada dua syarat yang harus dipenuhi: Dasar iman dan mengharap Ridha Allah SWT. Dua syarat ini merupakan jalan seorang yang berpuasa diampuni dosa-dosanya di masa lalu. Jika dua syarat ini tidak terpenuhi, maka puasa dianggap sia-sia. Bahkan kata Nabi yang agung, orang yang berpuasa tidak memenuhi persyaratan ikhlas, hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga.
Puasa sebagai ibadah merupakan wujud penghambaan seseorang kepada Allah SWT. Namun di sisi lain, puasa menjadi cermin reformasi seorang muslim sebagai perwujudan mutaqin.
Status muttaqin merupakan prestasi tertinggi seorang hamba. Ia merupakan perwujudan jihad dalam merealisasikan kehambaan sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Zakaria Anshori dalam kitab Minhajut Thulab mengartikan jihad kurang lebih bagini: Pertama, qiyamu bihujaji dien adalah jihad dalam merealisasikan ajaran Islam sebagai hujah dalam menyelesaikan masalah dengan dasar dasar syariat; kedua, bahlu muskilatin adalah suatu jihad dalam rangka menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat; ya’muru bil ma’ruf wa yanhauna ‘anil munkar adalah jihad dalam rangka menegakan nilai-nilai kebaikan dan menutup potensi-potensi keburukan dan kemudaratan di tengah masyarakat; daf’u durur adalah jihad dalam rangka mencegah hal-hal yang merusak agama, bangsa dan juga negara dengan memperkuat pemahaman agama dan juga pertahanan negara; yutimul ma’asi adalah jihad dalam rangka membangun etos kerja untuk menciptakan kekuatan di bidang ekonomi.
Berdasarkan pemaparan di atas, puasa merupakan tangga prestasi seorang muslim. Dia bukan sebatas mapan dalam keimanan spiritual, juga berprestasi dalam membawa perubahan tatanan kehidupan masyarakat, ekonomi, pendidkan dan aspek lain menjadi lebih baik.
Ibadah puasa sangat besar dampak sosialnya, di antaranya pertama dengan berpuasa, maka seorang muslim akan merasakan betapa sakitnya saat lapar dan haus. Lapar dan haus adalah pelajaran yang penting bagi seorang yang memiliki harta berlimpah. Walau harta berlimpah ia tidak bisa makan dan minum. Ini artinya seseorang diajarkan bagaimana merasakan lapar dan haus sebagaimana orang miskin.
Kedua, seseorang yang berpuasa, ia bersedekah, maka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Artinya Ramadan ini menganjurkan umat Islam membantu sesama umat Islam. Bahkan seseorang yang memberi makanan/minuman untuk berbuka puasa umat Islam lainnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang bepuasa, yang ia beri sedekah makanan tersebut.
Ketiga, Ramadan bulan yang penuh berkah, maka dianjurkan untuk banyak beribadah dan bersedekah, untuk mendapatkan keberkahan hidup. Jika selama ini ibadah hanya untuk pribadi, maka bulan Ramadan ini banyak anjuran untuk beribadah, bersedekah dan menolong sesama muslim. Termasuk zakat fitrah, yang ditunaikan saat Ramadan.
Demikian besarnya nilai-nilai sosial ibadah puasa Ramadan ini. Oleh karena itu puasanya ini hendaknay mengasah kepedulian kita pada sesama umat Islam. Semoga Ramadan kali ini memberi dampak pada sisi kepedulian pada sesama umat Islam.***