Situasi di mana seseorang secara aktif mencari pekerjaan tetapi tidak dapat menemukannya adalah pengangguran. Ini adalah kriteria utama untuk mengukur kesehatan ekonomi yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Tingkat pengangguran adalah hasil utama yang menunjukkan situasi di negara ini.
Ekonomi India telah bergeser dari yang sebagian besar berbasis pekerjaan pertanian ke ekonomi di mana pekerjaan adalah campuran pertanian, manufaktur dan jasa, ekonomi sebagian besar telah melihat “pertumbuhan pengangguran” antara tahun 1980-an dan 2007. Di tahun 2008 pengangguran di India terjadi karena runtuhnya sektor properti yang menyebabkan terjadinya resesi dan menyebabkan tingkat pengangguran menjadi 10,0 persen dan terus meningkat lebih dari dua kali lipat sebelum krisis.
Pengangguran di India mulai terjadi karena rendahnya keterampilan pendidikan dan kejuruan dari pekerja, kurangnya dukungan pemerintah dengan kompleksnya masalah hukum yang di India serta rendahnya infrastruktur, kurangnya dukungan keuangan dan pasar untuk industri skala kecil sehingga sebagian besar tenaga kerja tersebut bekerja di sektor yang tidak terorganisir. Pengangguran di India menjadi masalah karena bukan hanya tingginya tingkat pengangguran di India akan tetapi tingkat pekerjaan yang rendah dan tenaga kerja perempuan sering putus asa untuk memperoleh pekerjaan sehingga hasil dari kajian yang dilakukan oleh Centre for Monitoring Indian Economy (CMIE) menunjukkan bahwa jalan India untuk menuju kemakmuran yaitu dengan menyediakan lapangan pekerjaan untuk hampir 60 persen penduduk India.
Tingkat pengangguran di India terus mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat , berdasarkan grafik yang disajikan dibawah ini terlihat bawah selama kurun waktu 2009-2020 tingkat pengangguran di india berada pada angka 5,6 persen dan cenderung turun di tahun 2019 menjadi 5,27 namun cenderung meningkat pesat di tahun 2020 karena adanya wabah Covid-19.
Perekonomian India sedang melewati fase penting dari transformasi struktural, di mana pangsa dan jumlah pekerja di bidang pertanian telah menurun dengan kenaikan yang sesuai dalam pekerjaan di sektor non-pertanian sejak Mei 2004. Kapan unemployment menjadi suatu masalah di India? Data menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, ketika pengangguran meningkat dan partisipasi angkatan kerja menurun, peluang kerja bagi kaum muda India semakin memburuk. Pada 2019, dilaporkan bahwa tingkat pengangguran India pada 2017-18 adalah yang terburuk dalam lebih dari empat dekade, menurut survei NSSO
Salah satu masalah sosial utama di India adalah pengangguran. Karena undang-undang perburuhan India tidak fleksibel dan membatasi, dan infrastrukturnya buruk, yang sebenarnya merupakan alasan utama situasi pengangguran India. Pada September 2018, menurut Pemerintah India, India memiliki 31 juta orang yang menganggur. Dan ini merupakan kondisi terburuk yang terjadi di India. Sesuai statistik yang disediakan oleh departemen Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Keterampilan negara bagian di India, jumlah total yang terdaftar yang dipekerjakan di negara bagian adalah 19.63.376; Dari mereka, 16.65.866 adalah yang berpendidikan atau terampil dan 2.97.510 yang tidak terampil.
Selanjutnya, sesuai statistik, negara memiliki 942 lulusan kedokteran yang menganggur, 7.804 lulusan teknik pengangguran, 327 lulusan kedokteran hewan pengangguran, 832 lulusan Agri pengangguran, 16.575 pascasarjana, 3.97.824 lulusan umum, 6.82.796 kandidat yang lulus HSLC, 5.67.340 HSLC lulus kandidat dan 46.137 lainnya. Kurangnya pendidikan berbasis keterampilan di sekolah dan perguruan tinggi adalah alasan utama pengangguran. Sistem pendidikan terutama berkaitan dengan kualitas dan pengetahuan dan ujian tertulis lebih dari tugas-tugas berbasis praktis.
Tingkat pengangguran negara India naik menjadi 27,11% selama masa Covid-19, naik dari level di bawah 7% sebelum dimulainya pandemi pada pertengahan Maret. Tingkat pengangguran tertinggi di India berada di daerah perkotaan, yang merupakan jumlah zona merah terbanyak karena kasus virus corona, yaitu 29,22%, dibandingkan dengan 26,69% untuk daerah pedesaan.***
Sri Maryanti, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Andalas Padang