Selama lebih dari satu dekade, Thailand mendominasi cabor voli indoor di Asia Tenggara. Sejak 1977, Thailand mengumpulkan 21 titel SEA Games. Di sektor putri, mereka menguasai emas selama 24 tahun. Pada SEA Games 2019 nanti, mampukah Indonesia mendobrak dominasi itu?
INDONESIA kali terakhir merebut emas pada SEA Games 2009. Kala itu, skuad didominasi pemain Surabaya Samator. Misalnya Joni Sugiyatno, Affan Priyo Wicaksono, dan Ayip Rizal. Joni kini didapuk sebagai asisten pelatih timnas voli putra. Sayang, setelah generasi emas tersebut, prestasi kita menurun.
Sementara itu, puasa emas sektor putri lebih lama lagi. Mereka kali terakhir mendapat emas pada edisi 1983. Setelah 10 kali SEA Games, yakni pada 2017, akhirnya tim putri Indonesia mendapatkan hasil yang lumayan. Di Malaysia, Amalia Fajrina dkk meraih perak.
Pada SEA Games 2019, PP PBVSI mematok target cukup tinggi. Tim putra ditarget emas dan tim putri ditarget mempertahankan perak.
Joni menyatakan, kesempatan memenuhi target tersebut terbuka tahun ini. Menurut dia, Thailand yang masih menjadi musuh terkuat sedang melakukan regenerasi pemain. Artinya, pemain yang diturunkan tidak sama dengan SEA Games sebelumnya.
"Kami juga regenerasi, tapi hanya 50 persen. Kami lihat tim ini punya kesempatan. Ini waktu yang bagus untuk meraih emas lagi," tegas Joni ketika ditemui di padepokan voli Sentul, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Skuad tim putra yang dikirim ke Filipina nanti memang masih didominasi muka-muka lama. Kebanyakan merupakan veteran SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Sebut saja Rivan Nurmulki, Sigit Andrian, Rendy Febriant Tamamilang, Dio Zulfikri, Hernanda Zulfi, dan Doni Haryono. Karena itu, dari segi skuad, semestinya tidak ada masalah.
Yang dikhawatirkan Joni justru persiapan tim. Menurut dia, Rendy dkk minim jam terbang. Selama menjalani pelatnas, mereka hanya sekali mencicipi tryout di luar negeri. Tepatnya pada Asian Men’s Volleyball Championship di Iran September lalu. Dalam kompetisi tersebut, Rivan dkk menempati posisi ke-12 dari 16 tim.
Di sisi lain, pelatih tim putri Octavian mengakui tidak mudah bagi timnya saat ini bersaing di SEA Games. Bahkan, meraih perak pun sebenarnya berat. Absennya beberapa pemain senior menjadi kendala. Salah satunya Aprilia Manganang yang absen karena cedera lutut. Padahal, Aprilia merupakan salah satu pilar yang mengantarkan Indonesia meraih perak dua tahun lalu.
"Tim ini hampir 60–70 persen berisi pemain baru. Bahkan, ini jadi SEA Games pertama bagi beberapa di antara mereka," jelas Octavian kemarin.
"Tetapi, kami optimistis bisa mencapai target meski tanpa Aprilia," imbuhnya.
Berkebalikan dengan tim putra, selama pelatnas, tim putri sudah mencicipi tiga tryout. Pertama saat Asian Women’s Volleyball Championship 2019 di Korea Selatan Agustus lalu. Amalia Fajrina dkk menempati posisi ke-8 dari 13 tim peserta.
Kemudian, pada dua seri ASEAN Grand Prix 2019 di Thailand dan Filipina Oktober lalu, mereka menjadi runner-up. Pada babak final, Indonesia (lagi-lagi) kalah oleh Thailand.
"Lawan terberat sudah pasti Thailand. Lalu, kami juga antisipasi Vietnam dan tuan rumah Filipina yang persiapannya lumayan gila dengan pemain naturalisasi," jelas Octavian.
"Ya sudah kami siap dengan pemain yang ada saat ini," imbuh pria yang pada Livoli 2019 lalu melatih PGN Popsivo Polwan tersebut.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi