NYON (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan undian, Real Madrid memainkan second leg perempat final kontra Chelsea di kandang, Estadio Santiago Bernabeu. Hanya, seiring Atletico Madrid juga memainkan second leg di kandang, Estadio Wanda Metropolitano, UEFA berniat melakukan perubahan agenda.
Hal itu terkait kebijakan di Kota Madrid yang tidak biasa menggelar pertandingan kandang Real dan Atletico di pekan bersamaan. Kabarnya, seiring Atletico adalah juara bertahan La Liga, Los Colchoneros yang ”diuntungkan” dengan tetap memainkan second leg di kandang. Dengan kata lain, Real yang digeser main kandang lebih dulu atau dalam first leg.
Tapi, menilik jadwal yang ditetapkan UEFA sampai malam tadi, Real tetap memainkan second leg di Bernabeu. Keputusan yang berpotensi memengaruhi peluang Los Merengues dalam melewati hadangan Chelsea di 8 Besar.
Di babak 16 Besar, Bernabeu-lah yang membuat Real sukses membalikkan kekalahan 0-1 oleh Paris Saint-Germain dalam first leg di Parc des Princes menjadi kemenangan 3-1. Tactician Chelsea Thomas Tuchel mengakuinya. ”Memainkan second leg di Bernabeu akan sangat sulit karena kita semua tahu bagaimana Real ketika bermain di kandang sendiri,” tutur Tuchel kepada TalkSPORT.
Tuchel dan Chelsea memang punya pengalaman menyingkirkan Real dalam semifinal Liga Champions musim lalu atau saat mereka finis sebagai juara. Hanya, saat itu Chelsea memainkan laga di Bernabeu dalam first leg. ”Kami bisa menahan mereka di Bernabeu (seri 1-1, red) dan itu membuat kami lebih kuat di Stamford Bridge (menang 2-0, red),” sambung Tuchel.
Dalam pertemuan kali ini, Chelsea juga tidak beruntung karena dihukum UEFA tidak bisa memainkan laga kandang tanpa penonton. Jadi, sudah tanpa dukungan di Stamford Bridge, second leg dihelat di Bernabeu. ”Aku rasa pertandingan (dengan format) dua leg diciptakan karena memenuhi keinginan fans dan ada atau tidaknya penonton bisa memengaruhi atmosfer pertandingan,” beber Sang Profesor –julukan Tuchel – kepada Football London.
Yang juga menarik dari duel ini adalah Tuchel dan Ancelotti memiliki rekam jejak sama di dua klub. Yaitu sama-sama pernah menangani Chelsea dan Paris Saint-Germain. Tuchel mungkin telah mempersembahkan gelar Liga Champions untuk Chelsea, tetapi Sang Profesor belum memenangi Premier League sebagaimana yang diraih Ancelotti di musim pertamanya bersama The Blues.
Terusik Empat Gelar dan 63 Pertandingan
Liverpool FC (LFC) di atas kertas dianggap paling beruntung karena menghadapi kontestan delapan besar yang paling tidak diunggulkan. Secara ranking klub UEFA, SL Benfica sekaligus yang terendah. Tetapi, tactician LFC Jurgen Klopp tidak ingin jemawa.
Menurut Klopp, sebelum undian perempat final, LFC bakal menjalani laga sulit di Liga Champions siapa pun lawannya lantaran agenda padat mereka di ajang domestik. Musim ini Kopites –sebutan fans LFC– memiliki asa tinggi melihat Jordan Henderson dkk berprestasi di semua ajang atau empat ajang.
LFC sudah memenangi Piala Liga (EFL Cup), masih bertahan di perempat final Piala FA, dan bersaing dengan Manchester City dalam perebutan juara Premier League. Tentu akan sempurna apabila skuad Klopp memenangkan Si Kuping Lebar, sebutan trofi juara Liga Champions.
Setidaknya, Kopites berharap LFC musim ini mengulang capaian treble winners musim 2000–2001. Kecuali finis ketiga di Premier League, LFC di bawah asuhan mendiang Gerard Houllier kala itu memenangi Piala Liga, Piala FA, dan Piala UEFA.
”Ketika kami memenangi Piala Liga, mereka (Kopites) menginginkan (juara) di ajang lainnya. Hal itu wajar, tetapi kami bisa menjalani lebih dari 60 pertandingan (63 pertandingan untuk menyapu bersih semua gelar musim ini, red). Jumlah pertandingan yang sangat banyak dalam semusim,” tutur Klopp kepada Liverpool Echo. Sebagai perbandingan, musim lalu LFC memainkan 53 pertandingan.
Yang krusial, dua leg kontra Benfica, masing-masing di Estadio da Luz (6/4) dan di Anfield (14/4), berlangsung di antara laga penentuan juara kontra City di Etihad Stadium (11/4). Terkait kans menghadapi Benfica, LFC era Klopp pernah menghadapi klub Portugal lainnya di Liga Champions. Yaitu FC Porto juga dalam fase perempat final pada edisi 2018–2019. The Reds tampil perkasa dalam dua leg, menang 2-0 di Anfield dan 4-1 di Estadio do Dragao. Hanya, Benfica adalah tim penuh kejutan musim ini. Sebut saja mengungguli FC Barcelona di fase grup dan mengeliminasi AFC Ajax di 16 Besar.(io/c19/dns/jpg)